Episode 3 - Teman Baru

Budak itu masih terduduk di lantai. Ia menatap Scarra dengan kedua tangannya menyilang menutupi dadanya.

Tubuhnya tidak terlalu tinggi bahkan ia sedikit kurus, namun bola matanya bersinar begitu indah. Mata itu berwarna hijau, sama seperti bola mata milik para kaum Elf.

Dengan rambut putihnya yang terurai sebahu, budak itu terlihat sangat cantik. Namun beberapa bekas luka di tubuhnya, telah menutupi kecantikannya.

Scarra terperangah, matanya melotot dan ia tidak menyangka. Wanita itu sebenarnya memiliki paras yang cantik, namun penampilannya yang kumel telah membuat Scarra tidak menyadarinya.

"A-Anu... Te-Terimakasih!" Ucap wanita itu dengan mata yang berlinang.

Scarra mengulurkan tangannya, dan membantunya berdiri. "Namamu...?"

"Yu-Yuki, tuan." Jawab Yuki terbata-bata.

"Ah... Yuki, ya... Nama yang imut." Gumam Scarra, "Ini... Ambillah!"

Yuki terperanga, ia menatap Scarra dengan penuh keheranan. Bagaimana tidak, cincin seharga 100 keping emas itu, diberikan begitu saja kepadanya.

"Eh! Apa Anda tidak salah, tuan?"

"Tidak, sudah kuputuskan. Sekarang kamu bebas."

"Be-Benarkah...?" Tanya Yuki memastikan.

"Ya!" Jawab Scarra seraya tersenyum, dan kemudian ia pun berlalu pergi.

Yuki sangat senang namun di sisi lain ia juga cukup cemas. Yuki tidak tahu harus pergi kemana, ia sudah tidak punya tempat untuk kembali.

Di tengah keramaian kota, Yuki berjalan seorang diri tanpa tujuan yang jelas dan ia telah berjalan cukup jauh.

Hingga kemudian, sesuatu hal telah membuat langkahnya terhenti. Ia berhenti tepat di depan sebuah gerobak roti, yang saat itu sedang ditinggal pergi oleh pemiliknya.

Setelah melirik kesana-kemari, Yuki pun mendekati gerobak tersebut.

Dengan perlahan dan cukup hati-hati, Yuki kemudian menjulurkan tangannya. Ia mencoba mengambil beberapa potong roti yang ada di sana.

Namun tiba-tiba, dari arah belakang, seseorang muncul dan lalu menghentikannya. Pria itu mencengkram tangan Yuki.

"Aw, sakit! Lepaskan! Aku tidak berniat mencurinya!" Teriak Yuki kepanikan.

"Maaf, cengkramanku terlalu kuat, ya?" Pria itu pun melepaskan cengkeramannya.

"Eh! Suara ini... Tu-Tuan...?"

Scarra sebenarnya belum benar-benar pergi, ia mengikuti Yuki dan terus memperhatikannya dari kejauhan.

"Ayo, ikut aku!" Pinta Scarra dengan nada sedikit memaksa.

"Ja-Jangan, tuan... Aku mohon, jangan laporkan aku!"

"Hahaha... Memangnya siapa yang mau melaporkanmu? Aku hanya ingin mengajakmu makan, sebentar saja. Kamu mau, kan?"

"Eh?!" Yuki menatap Scarra dengan wajahnya yang memerah.

Saat itu Yuki ingin sekali mengatakan "Ya" dan ia bahkan hampir saja mengatakannya. Namun kesadaran akan statusnya telah memberatkannya.

"Ti-Tidak-tidak...." Yuki menggelengkan kepalanya. "Aku tidak pantas! Budak sepertiku tidak pantas makan bersama Anda!" Jawab Yuki seraya menundukkan kepalanya.

"Ah... Jadi, kamu tidak mau makan denganku, ya?"

"Eh! Tidak-tidak... Bu-Bukan itu maksudnya...."

"Jadi, tunggu apa lagi?! Ayo kita pergi!" Scarra langsung menarik tangan Yuki, dan kali ini ia tidak memberikannya kesempatan untuk menjawab.

Mau tak mau, dan meskipun sedikit ragu, akhirnya Yuki pun menurutinya.

***

Di tengah perjalanan, tiba-tiba langkah Scarra terhenti.

"Ada apa, tuan?" Tanya Yuki.

"Hmm... Rasanya... Tidak mungkin jika aku membawanya dengan penampilan seperti ini." Scarra memandangi Yuki.

"Ayo, ikut aku!" Scarra menarik Yuki dan membawanya masuk ke sebuah toko.

"Tu-Tuan... Kenapa?! Ada apa?!" Tanya Yuki seraya sedikit cemas.

Sesampainya mereka di dalam toko, seseorang pun menghampirinya dan kemudian menyapanya. Dia adalah pemilik toko tersebut.

"Ola hallo, tuan tampan. Selamat datang di Butik Jirah Elodia! Butik termodis Sejagad Raya! Jadi... Apa ada yang bisa ekeu bantu?" Sambut pemilik toko tersebut yang kemudian diakhiri dengan kedipan mata.

Penjaga toko itu adalah seorang pria, namun pakaian serta perilakunya terlihat sangat kewanita-wanitaan.

"Eh! Bu-Butik... Jirah?" Scarra mencoba menahan tawa.

Pemilik toko tersebut menatap mesum ke arah Scarra. Ia memperhatikan tubuh Scarra dari atas hingga kebawah.

"Uhh...." Desahnya, seraya menggigit salah satu jari jemarinya.

Scarra terdiam mematung, keringat dingin perlahan keluar dari keningnya. "Sial, sepertinya aku salah masuk toko."

"Kenapa diam saja, tuan?" Tanya pemilik toko dengan nada sedikit menggoda.

Melihat Scarra yang hanya terdiam mematung, pemilik toko itu pun lantas mendekatinya. Ia memutari Scarra dan memperhatikan tubuhnya dari dekat.

"Apa... Tuan mencari jirah?" Bisik pemilik toko sambil sedikit meraba.

"Uuh... Tubuh anda kekar sekali! Tapi jangan khawatir, ekeu punya satu jirah yang paling bagus! Bakal sedikit ketat sih, tapi itu pasti cocok di tubuh Anda. Hihihi...." Terangnya seraya sedikit tertawa mesum.

"Ah, tidak-tidak. Bukan aku yang mau beli, tapi dia?" Menunjuk ke arah Yuki.

"Eh! A-Aku?!" Yuki Terkejut.

Mendengar hal itu, sikap sang pemilik toko pun seketika berubah. "Oh, dia?" Tanya sang pemilik toko dengan tatapan yang sinis.

"Hmm... Jadi, mau cari baju yang seperti apa? Eh, kamu cari sendiri aja deh...." Ujar pemilik toko, seraya berlalu pergi meninggalkan mereka berdua.

"Tuan, apa aku tidak salah dengar?" Tanya Yuki.

"Kenapa?"

"Aku kan...."

"Kalau alasannya karena uang, jangan khawatir, aku yang akan membayarnya. Kamu tinggal pilih saja mana yang kamu suka."

"Ta-Tapi...?"

"Mau menolak permintaan tuanmu lagi?"

"Eh!" Yuki terkejut, ia menatap sang penyelamat hidupnya dengan wajah kemerah.

"Oi, Yuki?!"

"Eh! Maaf-Maaf. A-Anu... A-Aku mau. Ma-Mana mungkin aku menolak permintaan dari tuanku." Jelas Yuki terbata-bata seraya tersipu malu.

"Hahaha... Baguslah. Tunggu apa lagi? Ayo cepat pilih!"

"Baik!" Dengan kegirangan Yuki pun memilih beberapa pakaian yang ada di sana, lalu ia pun mencobanya satu persatu.

"Tuan... Bagaimana?" Tanya Yuki dengan pakaian barunya seraya tersenyum.

"Sudah kuduga... Dia sangat cantik." Wajah Scarra matang memerah, kala ia menatap Yuki dengan pakaian barunya.

"Tuan...?"

"Eh, emm... Coba yang lain!"

"Baiklah."

10 menit berlalu

"Kalau ini, bagaimana?" Berputar-putar memperlihatkan baju tersebut dari segala sisinya.

Saat itu pakaian yang Yuki gunakan adalah jenis pakaian dari class maid. Pakaian ini memiliki design yang sangat mirip dengan baju sekolah siswi jepang di tingkat menengah.

Pakaian itu memiliki dasar warna hitam. Roknya pendek sepaha dan stokingnya transfaran hingga ke lutut.

Pajang bajunya hanya hingga ke pusar, lengannya pendek dan kerah atasnya terbuka lebar.

Scarra menelan ludahnya kencang-kencang, ia tak mampu mengedipkan matanya. "Se-Se-Sempurna!" Ucapnya terbata-bata.

Yuki tersipu malu, ia menundukkan kepalanya seraya mengepalkan kedua tangannya.

Scarra yang melihat hal itu hanya tersenyum seraya berperang melawan pikiran mesumnya.

***

Setelah memilih beberapa pakaian, Scarra dan Yuki kemudian melanjutkan perjalanannya.

Mereka mencari sebuah tempat makan yang telah Yuki rekomendasikan.

Yuki berlari mendahului Scarra, ia kemudian menunjuk satu kedai yang ada di hadapannya. Kedai itu bernama Dining Tales.

"Tuan, itu dia tempatnya! Tempat yang tadi aku ceritakan!" Teriaknya begitu bersemangat.

Terlihat jelas di hadapan Scarra, dua buah payudara bergejolak layaknya ombak ketika Yuki melewatinya.

"Hwaa.... Mengerikan!" Darah keluar dari hidung Scarra.

BRAAGG

Pintu dibuka. Scarra dan Yuki mulai memasuki kedai tersebut.

Saat itu dengan penampilan barunya, Yuki telah mencuri perhatian orang-orang yang ada di kedai tersebut.

Satu persatu mereka melirik ke arah Yuki. Seolah terpesona akan kecantikannya. Dan mereka pun terus menatapnya seraya saling berbisik.

"Ca-Ca-Cantik sekali! Wanita itu cantik sekali!"

"Mengagumkan!"

"Oi, bukankah wanita itu budaknya Baron?" Bisik salah satu petualang ke petualang yang lain.

"Baron? Tidak mungkin! Setahuku, Baron tidak pernah menjual budak-budaknya, apa lagi jika secantik itu!"

"Tapi...  Wanita itu, rambutnya putih!"

"Dasar bodoh! Memangnya wanita yang rambutnya putih itu cuma satu, apa?!" Menjitak kepala temannya.

"Wah... Dia cantik sekali! Aku jadi ingin memilikinya!" Sahut petualang lain seraya memikirkan hal-hal mesum.

"Sadarlah cabul! Budak seperti itu... Kau tidak akan mampu mendapatkannya!"

Salah satu hunter berdiri dari tempat duduknya, "Tuan, budakmu cantik sekali! Apa kau mau menjualnya?" Tanya hunter tersebut.

Scarra terdiam dan hanya tersenyum.

"Jika kau mau, aku akan membayarnya dengan harga yang pantas." Sambung hunter tersebut.

"Hahaha... Tidak, terimakasih."

"Janganlah terburu-buru, cobalah pikirkan dulu." Hunter itu menghampiri Scarra, dan berdiri tepat di sampingnya.

"Aku sudah memikirkannya, loh." Tegas Scarra dengan muka ramahnya.

"Begini saja...." Sang hunter kemudian mengeluarkan satu kantong kecil yang berisikan emas di dalamnya.

BRUUKK

Kantong emas itu ia letakan di atas meja, tepat di hadapan Scarra.

"Sepuluh keping emas! Aku akan memberimu sepuluh keping emas ini, untuk budak itu." Tawar hunter tersebut.

"Se-Sepuluh... Emas?!" Para petualang yang sedang menguping pembicaraan itu pun seketika terkejut.

"Membuka tawaran dengan sepuluh keping emas...? B-Bukankah... Itu terlalu tinggi?!"

"Hanya untuk seorang budak, tentu saja itu terlalu tinggi! Sepertinya, hunter itu sudah tidak waras!"

"Mungkinkah... Ada sesuatu pada budak itu yang tidak bisa kita lihat?" Para petualang terheran-heran, mereka silih bersautan dan keadaan pun mulai gaduh.

"Sebenarnya siapa hunter itu?!"

"Seseorang yang rela mengeluarkan hartanya sebanyak itu hanya demi seorang budak, bukankah itu sudah jelas...? Hunter itu, dia pasti dari keluarga bangsawan!"

Sahutan dari para petualang itu sedikitnya telah memberi Scarra informasi.

Informasi yang telah membuatnya terduduk lemas kala mendengarnya.

"Apa mereka bilang... Sepuluh keping emas... Terlalu tinggi? Sial, aku bahkan memberi orang itu seratus keping emas." Sesal Scarra.

"Jadi, bagaimana... Apa kau mau menjualnya?"

Scarra menyenggol salah satu gelas yang ada di sampingnya, dan ia melakukannya dengan sengaja.

Gelas itu terjatuh dan kemudian pecah. Suaranya membuat semua orang yang ada di dalamnya seketika terkejut.

Namun tak ada satupun dari mereka yang berani berkomentar.

"Jawabanku yang tadi itu... Apa masih kurang jelas?" Tanya Scarra dengan wajah dinginnya.

"Ah-Ahaha, baiklah-baiklah... Aku mengerti."

Dengan wajah yang sedikit pucat dan tanpa berkata-kata, hunter itu pun kemudian kembali ke tempat duduknya. Ia bergabung kembali bersama para kelompoknya.

"Ada apa, Dion? Kau yakin ingin melepaskannya?" Tanya salah satu anggota kelompoknya.

"Sayang sekali, budak itu sangat cantik. Aku pun sampai ingin memilikinya." Sahut anggota yang lain.

"Kalian tadi sudah dengar sendiri, kan? Pria itu menolak tawaranku." Jawab Dion dengan ekspresi datarnya seraya menggigit daging ditangannya.

"Eh! Bukankah kau selalu mendapatkan apapun yang kamu mau? Meski seringkali harus dengan cara yang kotor?"

"Ya, benar... Kau seperti bukan dirimu saja."

"Diamlah! Cepat, habiskan makanan kalian! Kita akan segera pergi dari sini!"

"Eh!" Para anggota Dion saling melirik satu sama lain, mereka keheranan. Dion tidak seperti dirinya yang biasanya.

"Apa-apaan tadi itu...? Aura pembunuhnya kuat sekali," Gumam Dion di dalam hatinya.

Selama percakapan itu Yuki hanya tertunduk diam dan terlihat sangat cemas.

Scarra memahaminya, Ia pun lantas menenangkan Yuki serta kemudian meyakinkannya.

Scarra berjanji bahwa ia tidak akan menjual Yuki kepada siapapun. Ia telah memutuskan untuk menerima Yuki sebagai budaknya.

Keputusan itu membuat Yuki lega, dan ia mulai kembali bersemangat.

Mereka mulai memesan semua makanan terbaik di kedai itu. Dan memakannya dengan begitu lahapnya.

Mereka berbincang, bercanda dan saling tertawa. Hingga tidak terasa hari pun mulai semakin gelap.

[Penginapan Erissan]

"Eh... Hanya tersisa satu kamar lagi?"

Scarra menoleh ke arah Yuki yang saat itu sedang menunggunya di sofa, dan ia terlihat cukup kelelahan.

"Hmm... Apa boleh buat." Scarra mengambil kamar yang tersisa itu.

"Maaf, sudah membuatmu menunggu."

"Eh, tidak-tidak. Aku tidak apa-apa. Tuan tidak seharusnya berkata seperti itu." Yuki jadi salah tingkah.

"Ja-Jadi, kamarnya... Apa tuan mendapatkannya?" Lanjut Yuki terbata-bata.

"Ini...." Menunjukan kunci kamar.

"B-Baiklah." Yuki beranjak dan berjalan mengikuti Scarra.

Saat itu langkah Yuki cukup pelan, kepalanya tertunduk dan ia diam seribu bahasa.

"Dia kenapa sih, kok tiba-tiba jadi pendiam gitu. Aneh sekali." Gumam Scarra.

BRAAG

Pintu kamar pun dibuka, namun Yuki masih tetap menundukan kepalanya. Ia masih tetap diam.

"Hmm...." Scarra merasakan ada sesuatu yang aneh pada Yuki. Namun ia mencoba untuk tidak memikirkannya.

Setibanya di dalam kamar, Scarra langsung duduk di sebuah sofa. Ia membuka inventorinya dan mulai memeriksa perlengkapan miliknya.

Scarra mencoba mempersiapkan beberapa perlengkapan yang akan ia gunakan untuk ujiannya besok.

Dan saking terlalu fokusnya, sampai-sampai Scarra tidak menyadari bahwa Yuki saat itu sedang melepaskan seluruh pakaiannya.

Yuki berjalan melewati Scarra begitu saja, dengan hanya tinggal menggunakan pakaian dalamnya saja.

"Yu-Yuki! Sejak kapan, dia...?" Scarra terperangah, ia tidak bisa berhenti menatap Yuki.

Yuki berjalan menuju ranjang dan ia berbaring begitu saja di sana, dengan kedua tangannya yang silih menyilang menutupi bagian intim tubuhnya.

Saat itu mendadak keadaan menjadi sangat hening, keduanya terdiam dan tak saling berbicara. Hingga beberapa saat Yuki pun mencoba membuka pembicaraan.

"Tu-Tuan... Apa Anda tidak akan tidur?" Tanya Yuki dengan pandangan yang membelakangi.

"I-Iya...." Dengan kaki yang gemetaran, Scarra berjalan menuju ranjang. "Sial, kakiku... Berjalan dengan sendirinya." Scarra menelan ludahnya.

Scarra berbaring di samping Yuki, dan ia mulai merebahkan kakinya.

Saat itu jantungnya berdetak cukup kencang, perasaanya mulai tidak karuan diikuti dengan burung yang mulai tegang. "Sial."

Scarra melirik ke arah Yuki, ia memandangi tubuhnya yang saat itu sedang membelakanginya. Pikiran-pikiran mesum pun mulai bermunculan dari benaknya.

"Gawat, lebih baik aku tidur saja." Scarra memejamkan matanya dan mencoba untuk tertidur. Namun rasa gairah itu telah mempersulitnya.

"A-Anu...?" Yuki terlihat sangat gugup. "Tu-Tuan, apa Anda sudah tidur?"

"Belum... Ke-Kenapa?"

"Jujur saja, hari ini aku sangat senang. Aku tidak pernah diperlakukan seperti ini." Ujar Yuki seraya masih membelakangi Scarra.

"Tuan, Te-Terimakasih...." Sambung Yuki.

"Ah itu... Tidak perlu dipikir...." Belum selesai Scarra berbicara, Yuki langsung menciumnya dan melumut bibirnya.

"Eh! Yu-Yu... Emm...?!"

Ciuman itu berlangsung hingga beberapa saat. Sampai akhirnya, Scarra melepaskannya.

"Apa yang kau lakukan?!"

"Tu-Tu-Tuan... Ma-Maaf, aku tidak bermaksud!" Yuki terkejut dan ia terlihat sangat ketakutan.

"Jelaskan padaku?!"

"A-Aku hanya ingin membuat Anda senang. Bu-Bukankah, aku ini budakmu?" Jelas Yuki terbata-bata.

Saat itu Scarra telah lupa, bahwa seorang tuan dapat melakukan apa saja terhadap budaknya. Dan tugas seorang budak tidak lain hanyalah untuk membuat senang tuannya.

Seketika Scarra langsung memeluk Yuki. Ia memeluknya cukup erat.

"Kamu bukan lagi seorang budak. Jadi, berhentilah berfikir seperti itu. Mulai sekarang, kamu adalah adikku. Jika kamu melakukannya, maka aku akan senang." Bisik Scarra.

Yuki terkejut, matanya berlinang dan ia terharu bahagia. "Kakak!" Yuki membalas pelukan Scarra.

Dalam pelukan itu, tubuh Yuki tercium sangat harum. Meski terasa kasar di bagian bekas lukanya, namun di bagian yang lain, kulitnya terasa begitu lembut.

"Wanita indah sepertimu... Tak seharusnya menjadi seorang budak." Bisik Scarra seraya mencium lembut lehernya.

Mendengar bisikan itu, Yuki pun tak tertahankan lagi. Ia tenggelam dalam kebahagiaan.

Yuki memeluk Scarra semakin erat, membaringkannya dan kemudian meluapkan seluruh kebahagiaanya.

Hingga akhirnya mereka pun terlelap tidur bersama, menghabiskan malam yang panjang dalam pelukan yang hangat.

***

Matahari mulai terbit, burung-burung silih berkicau ria, suara para penduduk kini mulai terdengar semakin ramai, dan karenanya Scarra pun mulai terbangun dari tidurnya.

Saat itu tepat di hadapannya, Yuki masih tertidur lelap di atas tubuhnya, namun dengan tali bra yang sudah terlepas.

Melihat hal itu Scarra tertegun. Ia tertunduk seraya memegang keningnya. *"Bodoh, apa yang sudah ku lakukan...?" *

Scarra menyesal dan sekaligus kesal, malam itu ia tidak mampu menghentikan Yuki.

"Yuki, bangunlah! Sudah pagi!" Menggoyangkan bahu Yuki.

"Emm... Iya, kak. Sudah pagi yah... Apa semalam kaka tidur nyenyak?" Tanya Yuki dengan mata yang masih setengah tertutup, seraya memasang kembali tali bra miliknya yang telah terlepas.

"Ah... Iya. Nyenyak kok." Jawab Scarra seraya beranjak dari tempat tidurnya.

Melihat hal itu Yuki langsung cemas. "Kakak mau kemana? Aku mohon jangan tinggalkan aku!"

"Oh iya, aku belum bilang ya? Hari ini aku ada ujian hunter. Jadi, aku harus pergi." Jelas Scarra seraya bersiap-siap.

"Tapi...."

"Jangan khawatir, Aku pasti akan kembali."

"Benarkah...?! Janji?!"

"Iya, Janji!" Scarra menghampiri Yuki dan kemudian memberinya beberapa koin emas.

"Gunakan ini untuk membeli apa yang kamu butuhkan. Dan ingat! Jangan pernah coba-coba mencuri lagi! Mengerti?!"

"Mengerti!" Teriak Yuki seraya tersenyum bahagia. "Aku akan menyiapkan makan malam yang lezat untuk kakak. Jadi, jangan telat, yah!" Ujar Yuki dengan senyuman termanisnya.

"Hahaha... Mendengarnya, membuatku jadi tak sabar. Baiklah, Aku berangkat!"

BRUKK

Suara pintu ditutup.

***

[Aliansi Gagak Hitam]

Pagi itu sebelum ujian hunter dimulai, para anggota terkuat Guild Gagak Hitam dikumpulkan. Mereka mengadakan rapat tertutup.

10 besar Hunter Rank S Gagak Hitam telah hadir, dan mereka telah duduk di tempatnya masing-masing.

Namun Kousei (Rimaster Guild Gagak Hitam) masih belum juga muncul, Dan hal itu sedikit menimbulkan kegaduhan.

Di sisi lain, Kousei sedang termenung seraya memandangi hamparan Kota Acela dari ruangannya.

"Hmm...." Kousei menarik nafasnya dalam-dalam.

Saat itu, Kousei teringat akan panutannya. Ia adalah Master Guild Gagak Hitam yang sesungguhnya.

Sang master sebenarnya telah lama pergi, dan tidak ada sedikit pun kabar tentang keberadaanya.

Sebagian orang meyakini, bahwa sang master sebenarnya telah lama mati.

Namun tidak dengan Kousei, ia sangat yakin bahwa panutannya itu masih hidup hingga saat ini.

Selama ia tidak mendengar kabar tentang kematiannya, maka ia akan terus meyakininnya tetap hidup.

Tak berselang lama, seorang hunter penjaga pun datang.

"Master, mereka sudah menunggu Anda di aula. Keadaan sudah mulai tidak kondusif." Jelas hunter itu dari luar ruangan.

"Baiklah, Aku datang!" Kousei pun keluar dari ruangannya. Ia pergi menuju Aula Pertemuan dengan rasa hampa di hatinya.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

DNK • SLOTH SINN

DNK • SLOTH SINN

up

2021-06-05

0

John Singgih

John Singgih

bablas angine malam itu

2021-05-17

0

Katakiri

Katakiri

Ahi..hi..hi.hi..hi!!

2021-02-26

0

lihat semua
Episodes
1 Prologue
2 Episode 1 - Awal Baru
3 Episode 2 - Kota Acela
4 Episode 3 - Teman Baru
5 Episode 4 - Rapat Internal Gagak Hitam
6 Episode 5 - Kerasnya Sang Paladin
7 Episode 6 - Titik Batas
8 Episode 7 - Pertarungan Sengit
9 Episode 8 - Kepercayaan
10 Episode 9 - Perayaan Yang Singkat
11 Episode 10 - Tugas Pertama
12 Episode 11 - Sambutan Desa Ashura
13 Episode 12 - Kelompok Misterius
14 Episode 13 - Bertahanlah, Sang Gagak
15 Episode 14 - Bertahanlah, Sang Gagak II
16 Episode 15 - Pertarungan Sesungguhnya
17 Episode 16 - Pertarungan Sesungguhnya II
18 Episode 17 - Keteguhan Hati
19 Episode 18 - Dunia Yang Berbeda
20 Episode 19 - Pelatihan Gagak Muda
21 Episode 20 - Siluman Ular Araken
22 Episode 21 - Tebasan Sang Samurai
23 Episode 22 - Seruan Perang, XGuard
24 Episode 23 - Kematian Kapten #7 XGuard
25 Episode 24 - Aliansi Mawar Merah
26 Episode 25 - Tujuan Baru
27 Episode 26 - Kousei dan Arashi
28 Episode 27 - Pertarungan Yang Tak Terlupakan
29 Episode 28 - Misteri Kastil Tua
30 Episode 29 - Penjaga Kastil Tua
31 Episode 30 - Sang Monster Terkuat, Werewolf
32 Episode 31 - Membuat Ikatan
33 Episode 32 - Werewolf Sang Pahlawan Masa Lalu
34 Episode 33 - Pertemuan Tiga Aliansi
35 Episode 34 - Pertemuan Tiga Aliansi II
36 Episode 35 - Ruangan Rahasia
37 Episode 36 - Aku Bukan Penyusup
38 Episode 37 - Di Hadapkan Sebuah Pilihan.
39 Episode 38 - Keputusan Dan Keyakinan
40 Episode 39 - The Executioner
41 Episode 40 - Keluarga Baru
42 Episode 41 - Majulah
43 Episode 42 - Konflik
44 Episode 43 - Bersatunya Para Sahabat
45 Episode 44 - Pasukan Khusus
46 Episode 45 - Pohon Persembunyian XGuard
47 Episode 46 - Penjemputan Penduduk Ashura
48 Episode 47 - Regu Harimau
49 Episode 48 - Sambutan Regu Harimau
50 Episode 49 - Pertarungan Pertama Regu Harimau
51 Episode 50 - Hidup Atau Mati
52 Episode 51 - Hidup Atau Mati II
53 Episode 52 - Hidup Atau Mati III
54 Episode 53 - Si Cantik Dan Si Buruk Rupa, Kapten XGuard.
55 Episode 54 - Kuatnya Sang Supreme Commander
56 Episode 55 - Pertarungan Sang Supreme Commander
57 Episode 56 - Kekuatan Buah Iblis Dan Ilusi.
58 Episode 57 - Kelahiran Sekaligus Kematian
59 Episode 58 - Kembali Kerumah
Episodes

Updated 59 Episodes

1
Prologue
2
Episode 1 - Awal Baru
3
Episode 2 - Kota Acela
4
Episode 3 - Teman Baru
5
Episode 4 - Rapat Internal Gagak Hitam
6
Episode 5 - Kerasnya Sang Paladin
7
Episode 6 - Titik Batas
8
Episode 7 - Pertarungan Sengit
9
Episode 8 - Kepercayaan
10
Episode 9 - Perayaan Yang Singkat
11
Episode 10 - Tugas Pertama
12
Episode 11 - Sambutan Desa Ashura
13
Episode 12 - Kelompok Misterius
14
Episode 13 - Bertahanlah, Sang Gagak
15
Episode 14 - Bertahanlah, Sang Gagak II
16
Episode 15 - Pertarungan Sesungguhnya
17
Episode 16 - Pertarungan Sesungguhnya II
18
Episode 17 - Keteguhan Hati
19
Episode 18 - Dunia Yang Berbeda
20
Episode 19 - Pelatihan Gagak Muda
21
Episode 20 - Siluman Ular Araken
22
Episode 21 - Tebasan Sang Samurai
23
Episode 22 - Seruan Perang, XGuard
24
Episode 23 - Kematian Kapten #7 XGuard
25
Episode 24 - Aliansi Mawar Merah
26
Episode 25 - Tujuan Baru
27
Episode 26 - Kousei dan Arashi
28
Episode 27 - Pertarungan Yang Tak Terlupakan
29
Episode 28 - Misteri Kastil Tua
30
Episode 29 - Penjaga Kastil Tua
31
Episode 30 - Sang Monster Terkuat, Werewolf
32
Episode 31 - Membuat Ikatan
33
Episode 32 - Werewolf Sang Pahlawan Masa Lalu
34
Episode 33 - Pertemuan Tiga Aliansi
35
Episode 34 - Pertemuan Tiga Aliansi II
36
Episode 35 - Ruangan Rahasia
37
Episode 36 - Aku Bukan Penyusup
38
Episode 37 - Di Hadapkan Sebuah Pilihan.
39
Episode 38 - Keputusan Dan Keyakinan
40
Episode 39 - The Executioner
41
Episode 40 - Keluarga Baru
42
Episode 41 - Majulah
43
Episode 42 - Konflik
44
Episode 43 - Bersatunya Para Sahabat
45
Episode 44 - Pasukan Khusus
46
Episode 45 - Pohon Persembunyian XGuard
47
Episode 46 - Penjemputan Penduduk Ashura
48
Episode 47 - Regu Harimau
49
Episode 48 - Sambutan Regu Harimau
50
Episode 49 - Pertarungan Pertama Regu Harimau
51
Episode 50 - Hidup Atau Mati
52
Episode 51 - Hidup Atau Mati II
53
Episode 52 - Hidup Atau Mati III
54
Episode 53 - Si Cantik Dan Si Buruk Rupa, Kapten XGuard.
55
Episode 54 - Kuatnya Sang Supreme Commander
56
Episode 55 - Pertarungan Sang Supreme Commander
57
Episode 56 - Kekuatan Buah Iblis Dan Ilusi.
58
Episode 57 - Kelahiran Sekaligus Kematian
59
Episode 58 - Kembali Kerumah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!