Pagi itu cuaca sangat cerah, dan sorotan matahari terasa cukup hangat menyentuh tubuhnya.
Rhaka terlentang di atas rumput yang tebal, rumput itu benar-benar terasa sangat lembut.
Dengan matanya yang masih terpejam, dirinya tersenyum. Udara yang sejuk, membelai lembut tubuhnya.
Rhaka terlelap dalam kenyamanan tersebut, hingga akhirnya suara aneh dari sekawanan burung mulai menyadarkannya.
"Tunggu...." Rhaka terbangun dan mulai membuka matanya. Dia terperanjat, mendapati pemandangan yang tidak biasa di depannya.
Hamparan rumput yang hijau, terbentang luas di hadapannya. Pepohonan yang tumbuh lebat disekitarnya, semakin menambah kesan keindahan di tempat tersebut.
Kemana pun Rhaka memandang, di ujung pandangannya selalu tertutup oleh bukit yang indah.
"Ha! Dimana ini?"
Rhaka memeriksa keadaan di sekitarnya. Dan saat itu dia cukup terkejut dengan apa yang dia kenakan.
Sebenarnya penampilannya tidaklah terlalu buruk. Jubah yang sedikit longgar, panjang dan juga terurai, tentu itu adalah jubah seorang samurai.
Namun di mata Rhaka, penampilannya saat itu sangatlah jadul. Akan tetapi ia tidak punya pilihan lain selain mengenakannya.
Belum usai dari semua rasa herannya, terlihat beberapa kali pantulan cahaya muncul di balik rerumputan. Hal itu telah menarik perhatiannya.
Rhaka menghampiri cahaya itu dan mencoba memastikannya.
Ternyata, cahaya itu berasal dari sebilah pedang katana berwarna hitam, yang tergeletak begitu saja di tempat itu.
Pedang tersebut terlihat sangat mengerikan, dengan pahatan-pahatan aksara yang tidak dapat dimengerti.
Terdapat pula, kain lusuh berwarna merah tua yang terikat di antara handle dan sarung pedangnya. Ikatan kain tersebut seperti seolah tanda untuk tidak mengeluarkan pedang dari sarungnya.
Namun karena rasa penasarannya yang cukup tinggi, Rhaka pun mengambilnya dan mencoba membuka ikatan tali lusuh itu. "Pedang ini, terlihat tidak begitu asing." Gumamnya.
Sesaat sebelum Rhaka membukanya, dirinya mencoba mengingat kembali apa yang telah terjadi. Namun seketika kepalanya langsung terasa sakit, dan ia pun mengerang kesakitan.
Di sela-sela menahan rasa sakitnya, terdengar suara percakapan yang agak samar dari kejauhan.
Suara itu berasal dari sekelompok bandit yang sedang mencoba menghadang seorang petualang. Petualang itu bernama Tetsu dan Hama.
"Jika kalian masih mau hidup, sekarang juga, serahkan semua barang-barang kalian!" Bentak ketua bandit seraya diiringi suara tawa dari para anak buahnya.
Tetsu tidak mengindahkannya. Ia mengeluarkan pedangnya dan lebih memilih untuk bertarung. "Ambil saja, itu pun jika kalian mampu!"
Tetsu adalah petualang dengan Class Guardian. Class ini adalah tipe petarung jarak dekat.
Memiliki ketahanan tubuh yang cukup kuat, membuat class ini selalu berada di garda terdepan.
Dalam penampilannya, Class Guardian selalu menggunakan Full Metal Armor di tubuhnya.
Senjata mereka merupakan pedang atau kapak di satu tangannya, serta perisai di tangan lainnya.
Dengan perpaduan keduanya, membuat serangan dan pertahanan Class Guardian ini menjadi sangat solid.
"Hahaha! Sadarilah, terlalu percaya diri itu tidak baik." Ucap ketua bandit memperingati.
Suara tawa pun terdengar silih bersautan. Para bandit itu terlihat sangat meremehkan.
Sadar akan kalah jumlah, tidak lantas membuat Tetsu dan Hama menjadi gentar.
"Hama, lakukan yang seperti biasa." Bisik Tetsu.
"Ah, Aku mengerti." Jawab Hama dengan senyuman tipisnya.
Keadaan pun mulai menjadi tegang. Rasa percaya diri Tetsu dan Hama sedikit melemahkan mental para bandit tersebut.
"Apa yang mereka rencanakan? Kenapa mereka senyum-senyum seperti itu?" Bisik salah satu bandit.
Keraguan pun mulai muncul. Tidak ada satupun dari para bandit yang berani mencoba menyerang terlebih dahulu.
"Oi! Kenapa diam saja? Tunggu apa lagi? Cepat serang mereka!" Bentak ketua bandit.
"Ba-Baik, bos!" Serentak.
Namun tiba-tiba saja, dari arah semak belukar Rhaka pun muncul. Tepat di saat para bandit itu hendak melancarkan serangan.
"Eh! Ada cosplay, kah?" Celetuk Rhaka, yang saat itu masih belum menyadari bahwa dirinya sedang berada di Dunia berbeda.
Kemunculannya yang tiba-tiba, membuat perhatian para bandit itu seketika teralihkan.
Hama kemudian memanfaatkan situasi tersebut. Dengan langsung mengaktifkan beberapa jenis mantra penguatan yang ia miliki.
"Armor Team Up (Pertahanan meningkat), Damage Team Up (Serangan meningkat), Penetrate Up (Daya luka meningkat)."
Mendengar dari mantra yang Hama ucapkan, tentu dia adalah seorang Mage.
Class Mage atau yang lebih dikenal dengan penyihir, masuk kedalam tipe class petarung jarak sedang.
Class ini, menyerang dengan merapalkan sebuah mantra. Yang dimana memiliki waktu dalam pengaktifannya, dan memiliki jeda setelahnya.
Namun meski begitu, damage sihir dari class mage ini memiliki daya ledak serang yang cukup tinggi. Bahkan lebih tinggi dari class manapun. Hanya saja pertahanan mereka sangatlah rapuh.
Dalam penampilannya, Mage selalu mengenakan jubah. Meski tanpa armor pelindung di badannya, jubahnya yang elegan selalu membuatnya terlihat lebih berkarisma.
Senjatanya berupa tongkat, terbuat dari kayu atau bahkan terkadang dari perak. Tanpa senjatanya itu Mage tidaklah berguna.
Di saat para bandit itu tengah lengah, Tetsu dengan sekejap mata langsung melancarkan serangannya.
SLAASHH
"Hwaaaaa... Tanganku!" Teriak salah satu bandit, yang tangannya telah terputus.
"Sial!" Merasa kecolongan, ketua bandit dengan geramnya langsung mengerahkan seluruh anak buahnya untuk menyerang. "Bunuh mereka semua!" Bentaknya.
Dan pertarungan sengit pun tak terelakan lagi.
TRAANK... TRAANK... TREENK...
Suara benturan pedang terdengar terus-menerus dengan cukup keras.
Dengan keunggulan jumlah yang dimilikinya, para bandit itu mencoba menyerang dari segala sisi. Namun dengan tangguhnya, Tetsu masih dapat menahannya.
"Cih, mereka tidak ada habisnya." Tetsu mulai merasa kelelahan.
"Hama, berapa lama lagi?!" Tanya Tetsu seraya bertarung.
"Bertahanlah sebentar lagi!"
Salah satu bandit mulai menyadari, bahwa Tetsu dan Hama sedang merencanakan sesuatu.
Melihat Hama yang hanya menghindar, bandit itu kemudian paham. Hama pasti sedang merapalkan sesuatu.
Dengan cukup senyap, bandit itu kemudian mundur. Ia berjalan perlahan memutari Hama, untuk kemudian menyerang tepat di belakangnya.
Di saat bandit itu hendak menyerang, dari arah samping sebuah cahaya kuning berbentuk perisai muncul, dan melesat cukup cepat ke arahnya.
BAAMM
Kilatan itu menghantamnya dan mementalkannya cukup jauh.
Serangan cukup dahsyat itu berasal dari Skill Aerial Shield milik Tetsu. Yang ternyata, sedari awal Tetsu telah memperhatikan gerak-gerik bandit tersebut.
Hama terdiam mematung, saat itu dia pun sangat terkejut. Cahaya itu melesat cukup dekat melintasi kepalanya. "Gila! Nyaris saja!"
"Hama, Hati-hati! Jangan lengah!" Teriak Tetsu memperingati.
"Eh! Udah kejadian baru ngomong? Bener-bener dah." Gumam Hama.
Melihat pertarungan yang bertele-tele, ketua bandit pun memutuskan untuk turun tangan.
Dan dari jarak yang cukup jauh serta tanpa Tetsu sadari, sang ketua bandit mengarahkan tongkatnya ke arah Tetsu, seraya merapalkan mantranya, "Flame Burst!"
Seketika bola api besar pun muncul, tepat di ujung tongkat sang ketua bandit.
Bola api itu berputar dan membesar, hingga kemudian melesat sangat cepat ke arah Tetsu.
BAANNGG
Tetsu terpental, ia terguling-guling cukup jauh. Hama yang melihat hal itu, seketika langsung berlari menghampirinya.
"Tetsu! Kau tidak apa-apa?" Tanya Hama seraya meraih dan merangkulnya.
"Jangan khawatir... Ini belum seberapa." Tegas tetsu.
"Mantraku, sudah siap." Bisik Hama memberikan isyarat.
"Baiklah, saatnya beri mereka pelajaran!"
Hama menutup matanya, lalu kemudian mengucapkan mantranya. "Paralysis Zone!"
TRAKK
Hama menghentakan tongkatnya ke tanah.
Paralysis Zone merupakan skill terkuat Class Mage tingkat satu. Skill ini memberi kelumpuhan seketika kepada musuh yang berada dalam jangkauannya.
"Gawat, mantra ini... Semuanya, cepat menghindar!" Seru Ketua bandit.
Ketua bandit dapat menghindar, namun tidak dengan para anak buahnya. Skill Paralysis Zone telah menjangkau mereka. Membuat tubuh mereka seketika terbujur kaku.
"Bos, tolong! Aku tidak bisa bergerak!" Teriak salah satu bandit yang mulai panik.
Melihat hal itu, Tetsu tertawa puas. Ia kemudian berdiri dan mengaktifkan skill terkuatnya.
"Oi, bandit sialan! Kalian pikir, kalian sedang berhadapan dengan siapa?!" Seruan Tetsu membuat para bandit semakin panik.
"Sekarang, kalian akan menyesalinya. Ah tidak, lebih tepatnya... Akan kubuat kalian menyesalinya!" Tetsu menancapkan pedangnya ke tanah.
"Light... Fury!"
STIING
Pedang Tetsu menyala, cahayanya bersinar melesat hingga ke langit. Hingga kemudian...
BBBAANNGG
Light Fury adalah skill area terkuat Class Guardian tingkat satu. Skill ini berupa cahaya lurus yang menghujam dari arah langit ke dasar bumi. Target yang berada dalam jangkauannya akan hangus seketika bila mengenainya.
Saking dahsyatnya skill tersebut, para petualang biasa menyebutnya sebagai Cambuk Dewa.
Teriakan pun begitu nyaring terdengar. Para bandit itu terkapar hangkus seketika.
Akan tetapi, sang ketua bandit cukup tangguh. Dengan menggunakan Skill Circle Wall Defense miliknya, beberapa anak buahnya dapat selamat dari serangan dahsyat tersebut.
Circle Wall Defense adalah Skill Pertahanan Class Mage berupa Aura yang melingkar. Aura ini mampu menyerap semua jenis serangan, tergantung seberapa kuat serangan tersebut.
"Me-Mereka... Hangus!"
"Ca-Cambuk Dewa! Itu tadi cambuk Dewa!" Sahut para bandit yang selamat.
Para bandit mulai panik. Mereka berlarian dan saling menyelamatkan diri mereka masing-masing. Namun tidak dengan ketua bandit.
"Bagus, sesuai rencana." Gumam Tetsu, seraya tertawa kecil.
"Cih, dasar orang-orang tidak berguna!"
Dengan rasa kesal, ketua bandit pun langsung mengeluarkan mantra-mantra terkuatnya.
"Activated Magic Boost!" Kekuatan sihir meningkat hingga 2x lipat.
"Weakness of Aura!" Aura hitam yang dapat menurunkan pertahanan lawan di sekitarnya.
"Tetsu, apa yang harus kita lakukan?" Hama mulai terlihat panik.
"Pergilah! Biar aku yang menahan si keparat ini."
Meski dirinya sudah tidak lagi memiliki energi sihir, Tetsu tetap berusaha untuk melindungi Hama.
"Jangan bodoh!" Bentak Hama.
Persiapan ketua bandit begitu singkat. Tetsu dan Hama tidak dapat berkutik.
"Meteor... Plasma!" Ketua bandit mengarahkan tongkatnya.
Yang kemudian belasan batu meteor kecil pun muncul dari arah langit, dan dengan cepatnya menghujam ke arah Tetsu dan Hama.
Namun sebelum itu terjadi, tepat di tengah pertarungan yang begitu sengit, Rhaka diam-diam telah pergi meninggalkan tempat tersebut. Dengan memanfaatkan situasi yang ada.
"Sial, apa-apaan tadi itu? Seperti di Dunia fantasi saja." Rhaka menolak percaya dengan apa yang dia lihat. Namun meski begitu, dirinya tetap berlari menjauhi tempat tersebut.
Hingga akhirnya Rhaka mulai dapat kembali mengingat. Dengan diiringi sedikit rasa sakit, ingatannya perlahan mulai berangsur pulih.
"Tunggu, mantra itu... Jangan-jangan...?" Suasana, Mantra, jirah, semuanya itu mulai mengingatkan Rhaka kepada Game Virtual yang dahulu sering dia mainkan.
"Itu berarti, pedang tadi...? Ah sial, aku meninggalkannya." Rhaka berlari ke tempat semula, ia mencari pedang hitam itu.
DUAARR... DUAARR... DUAARR....
Suara meteor yang berjatuhan terdengar sangat keras dan begitu menggelegar. Bahkan membuat tanah sedikit bergetar.
Rhaka begitu terkejut. Bagaimana tidak, ledakan itu bagaikan gunung yang meletus tepat di hadapannya. Bersamaan dengan itu, terdengar pula suara teriakan yang cukup keras dari para petualang.
Dengan disertai rasa penasaran yang begitu besar, Rhaka memutuskan untuk kembali ke lokasi pertarungan. Seraya membawa pedang yang telah ia temukan.
Di balik batang pohon yang besar, Rhaka bersembunyi. Ia mencoba mengamati apa yang telah terjadi.
"Sudah kubilang, terlalu percaya diri itu tidak baik. Hahaha...," Ketua bandit tertawa kegirangan. Serangannya berhasil membuat Tetsu dan Hama tergeletak tidak berdaya.
"Aaaa... Tanganku!" Hama berteriak kesakitan.
Mendengar teriakan tersebut, Tetsu seketika melirik ke arah Hama. Yang ternyata, setengah dari tubuhnya telah dilumuri banyak darah.
"Ha-Hama...." Tetsu melepaskan baju jirahnya dan kemudian merangkak perlahan menghampiri Hama.
"Hama, Ma-maafkan aku." Ucap Tetsu dengan nada yang lemas dan terbata-bata.
Hama tidak merespon ucapan Tetsu, dirinya hanya berteriak meraung kesakitan.
Saat itu Rhaka memperhatikan mereka dari jarak yang cukup jauh. Dan tanpa disengaja saat ia memfokuskan pandanganya, munculah sebuah menu informasi dalam penglihatannya.
Menu itu menampilkan sebuah informasi dasar dari para petualang dan bandit yang dilihatnya.
Dan di dalam game, menu itu dikenal dengan istilah Bar Status.
"Inikan...?!" Rhaka terkejut.
***
Di dalam Game Crown Island Online, Bar Status adalah merupakan istilah untuk tampilan informasi yang bisa kita lihat pada setiap karakter.
Para player bisa melihatnya hanya dengan memfokuskan pandangannya sedikit lebih lama kepada karakter yang ingin dilihatnya.
Lalu Bar Status pun akan muncul dengan sendirinya, di dalam penglihatannya.
Di dalam Bar Status, hanya nama, reputasi / tittle, dan class lah yang hanya akan terlihat.
Sedangkan level serta tingkatan class tidak dapat dilihat. Itu karena keduanya merupakan hal privasi yang harus dirahasiakan.
Namun meski begitu, ada beberapa cara agar para player bisa saling merasakan dan menilai kekuatannya masing-masing.
Yaitu dengan sengaja mengeluarkan atau menunjukkan aura yang dimilikinya.
Pancaran dari aura yang ditunjukkan akan dapat terlihat oleh semua class tanpa terkecuali.
Tekanannya akan dapat dirasakan tergantung dari seberapa kuat aura itu sendiri.
Selain itu, ada pula beberapa class dengan tingkatan tertentu yang mampu melihat serta mengukur kuatnya aura milik orang lain. Class itu adalah Mage dan Priest.
***
"Aku yakin dan tidak salah lagi, aku pasti berada di game itu. Semuanya terdengar sama."
Rhaka kemudian teringat sesuatu, dan tanpa berfikir lagi, ia pun segera memeriksa sistem pertemanan.
"Ke-Kenapa?! Apa yang terjadi?!" Rhaka terkejut, ia tidak melihat satu pun nama ada di daftar pertemanannya. Semuanya benar-benar kosong.
"Hmm... Mungkinkah, yang kugunakan adalah avatar baru?" Rhaka masih berfikir positif.
Sampai akhirnya, Rhaka mencium sesuatu yang kemudian membuatnya ragu.
Pasalnya di dalam game, para player tidak akan bisa mencium aroma apapun.
Dan tidak hanya aroma, bahkan mereka tidak bisa merasakan rasa dari apa-apa yang mereka makan.
"Bau amis...?" Rhaka mengendus, "Ini...?! Bau darah!"
Rhaka kemudian membuka sistem pengaturan, Ia mencoba keluar dari game itu.
Akan tetapi sistem pengaturan tidak meresponnya, padahal Rhaka telah menekan tanda keluar berulang kali.
"Apa-apaan ini?! Aku sama sekali tidak bisa keluar!"
Rhaka mencoba menggunakan fitur pengaduan, bahkan dia juga sempat mengirimkan pesan kepada Game Master. Akan tetapi semua yang dilakukannya itu sia-sia.
Rhaka terduduk lemas, ia tidak tahu lagi harus berbuat apa, dan kini ia hanya bisa berharap bahwa semua ini hanya mimpi.
Namun di sela hembusan nafasnya yang begitu berat, terlintas ingatan akan sosok pria tua yang Rhaka temui di sebuah jembatan.
Rhaka juga mulai mengingat ketika dirinya berada di dalam sebuah capsul, sesaat sebelum akhirnya ia tersadar di Dunia game ini.
"Sialan, pak tua itu tidak menjelaskan apapun tentang hal ini?" Rhaka menyadari bahwa cara ia masuk kedalam game ini sangatlah berbeda.
Rhaka mulai mengamati kembali para petualang tersebut.
"Mungkinkah, mereka semua sama sepertiku? Dan bagaimana kalau mereka mati disini? Apakah mereka akan hidup kembali?"
Banyak sekali pertanyaan yang mengganjal di benak Rhaka. Baginya, Dunianya saat ini masihlah menjadi sebuah misteri.
Rhaka sadar bahwa dirinya saat ini sedang berada di dalam sebuah game, namun keadaan yang begitu terasa nyata telah membuatnya sedikit ragu. Di tambah lagi dirinya masuk dengan cara yang tak biasa.
Rhaka menoleh, dan ia memandangi senjata yang telah ditemukannya.
Rhaka pun mulai ingat, bahwa senjata yang ia genggam adalah senjata terkuat miliknya dulu. Karena itu, ia pun memutuskan untuk tidak melepaskan ikatan tali yang ada pada pedang tersebut.
"Jika saja ini benar, maka seharusnya ini bekerja."
WUUSSHH...
Rhaka menggunakan Skill Ghost Step, Skill Pendukung dari Class Samurai. Dengan kemampuannya ini, tubuh Rhaka kini tak akan terlihat dalam beberapa saat. Bahkan suara langkah kakinya pun tidak akan terdengar.
Dengan perlahan, Rhaka berjalan menghampiri sang ketua bandit. Yang kala itu sedang sibuk mengurusi barang-barang jarahannya.
Rhaka kini berada tepat di belakangnya, dan ia benar-benar tak terlihat.
Dengan santainya, Rhaka pun mengayunkan pedangnya.
SRREETTT....
PLUK!
Kepala sang ketua bandit terputus, Telepas cukup jauh dari tubuhnya. Darahnya terciprat kemana-mana dan tubuhnya pun seketika ambruk.
Tetsu dan Hama seketika tercengang, seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Oi-Oi, apa itu barusan?!" Teriak Tetsu terkejut.
WUUSSHH...
Efek dari Skill Ghost Step telah habis, Tetsu dan Hama kini mulai dapat melihatnya.
"Orang itu...? Se-semudah itu?" Hama menelan ludahnya.
Di sisi lain, Tetsu hanya diam mematung, seraya menatap ke arah Rhaka dengan tubuh yang gemetar.
"Da-dari mana dia datang?" Celetuk Tetsu terbata-bata.
"Hmm... Ternyata benar, aku memang berada di dalam game itu. Tapi kenapa... Kenapa semuanya terasa begitu nyata?"
Tidak mau ambil pusing, Rhaka pun kemudian menyapa Tetsu dan Hama.
"Wah... Luka kalian benar-benar parah. Apa kalian punya potion?" Tanya Rhaka.
Tetsu dan Hama menggelengkan kepalanya, dengan wajahnya yang begitu pucat.
"Baiklah, tunggu sebentar." Rhaka membuka inventorinya, dan apa yang dilihatnya persis sperti dugaannya.
Rhaka kini mulai yakin, bahwa dirinya tengah berada di dalam game yang dahulu pernah ia mainkan. Dengan karakter yang sama pula.
Hal itu dapat Rhaka ketahui dari barang-barangnya yang masih tersimpan rapih di dalam inventorinya.
Setelah memilih, lingkaran kecil berwarna hitam pun muncul. Lingkaran itu berputar dan membelah dimensi di hadapannya.
Segera Rhaka pun kemudian mengambil dua buah Full Life Potion dari dalam sana. Untuk kemudian diberikannya kepada Tetsu dan Hama.
"Ini, ambilah!" Ucap Rhaka.
"Apa itu? Apa yang barusan kau lakukkan?!" Tanya Tetsu keheranan.
"Eh! Ini... Aku hanya mengambilnya dari inventori." Jelas Rhaka.
Tetsu dan Hama saling melirik.
"Apa kalian tidak tau?" Sambung Rhaka.
Tetsu dan Hama menggelengkan kepalanya.
Seketika Rhaka mengalihkan pandangannya, ke arah barang-barang yang berserakan.
Dan apa yang dilihatnya mulai menyadarkannya, bahwa Tetsu dan Hama bukanlah seorang player seperti dirinya.
Karena pada dasarnya, seorang player pasti mengetahui apa itu inventori. Dan sudah seharusnya barang yang mereka bawa di simpan di dalamnya.
Rhaka sedikit kecewa ketika mengetahui Tetsu dan Hama hanyalah NPC dan bukanlah player. Namun meski begitu ia tetap menolongnya.
"Apa itu, inventori?" Tanya Hama dengan polosnya.
"Lupakan, itu hanya trik," Jawab Rhaka dengan muka cemberut. "Ayo, minumlah!" Sambungnya.
"Ini kan...?! Tunggu, dari mana kau mendapatkannya?" Tetsu terkejut.
"Tetsu, apa aku tidak salah lihat? Bukankah, barang ini cukup langka?" Celetuk Hama dari belakang.
"Eh! Maksudmu... Potion itu? Tanya Rhaka memastikan.
"Ya. Potion ini selalu dicari oleh para bangsawan, mereka akan rela mengeluarkan banyak uang demi potion ini." Jawab Hama dengan mata berbinar-binar. Ia tidak bisa menutupi rasa kekagumannya, setelah melihat botol potion tersebut.
"Jadi... Potion ini cukup berharga, ya. Baiklah, mungkin sebaiknya aku harus menghemat dan menggunakan seperlunya saja." Gumam Rhaka di dalam hati.
"Hama, ini sih sayang sekali jika kita meminumnya?" Tetsu tersenyum menyeringai.
"Ya. Tapi lebih sayang sekali jika kita mati konyol di sini!" Balas Hama dengan wajah kecutnya. "Bodohmu tuh... Sudah sampai ke ubun-ubun!" Lanjutnya.
"Hahaha... Aku hanya bercanda, kok." Balas Tetsu dengan tawa yang tertahan.
Tanpa di nanti-nanti lagi, Hama langsung meneguk potion tersebut. Dan keajaiban pun terjadi.
"Luar biasa! Ini gila! Lukaku kembali pulih dalam seketika!" Hama melirik ke arah Tetsu.
"Ah... Begitu, ya. Sekarang aku mengerti, kenapa mereka sangat terobsesi dengan potion ini." Sambung Tetsu, seraya memandangi potion langka tersebut.
Melihat hal itu Rhaka sama sekali tidak terkejut, karena dia tahu bahwa efek Full Life Potion memanglah seperti itu.
"Aku Rhaka, kalian siapa?" Ujar Rhaka seraya menjulurkan tangannya. Dan merekapun saling memperkenalkan diri.
"Oh gila! Mereka terasa nyata sekali. Aku bahkan bisa mencium bau keringat dari tubuh mereka. Ah sial, ini benar-benar seperti nyata. Sebaiknya aku tidak boleh gegabah." Rhaka terdiam sejenak.
"Scarra, terimakasih untuk potionnya. Ngomong-ngomong, kamu mau pergi kemana? Kalau kami, kami akan pergi ke Kota Acela." Tanya Tetsu.
"Oi, Tetsu! Aku mendapatkan tongkat si ketua busuk ini!" Teriak Hama yang saat itu sedang menjarahi barang-barang milik para bandit. "Sial, bahkan seorang bandit pun tongkatnya lebih bagus dariku!" Sambungnya.
"Hahaha... Benarkah? Berikan padaku! Aku ingin melihatnya!" Tetsu berlari menghampiri Hama.
"Tetsu, tunggu! Namaku Rhaka, bukan Scarra!" Tegas Rhaka.
"Tapi di statusmu...?"
"S-Status? Jangan-jangan...?"
Mendengar hal itu, Rhaka pun langsung memeriksanya.
"Sialan, pak tua itu telah mengubah namaku!" Rhaka menggerutu kesal ketika mendapati nama kebanggaannya kini telah berganti.
Saat itulah dimana langkah awal Sang Legenda Crown Island Online memulai kisahnya. Di Dunia yang baru dan dengan nama barunya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
DNK • SLOTH SINN
dasar pak tua berani sekali dia mengganti nama orang
2021-06-04
0
John Singgih
nama yang diganti paksa
2021-05-17
0
annninisa
semangat
2021-04-27
1