Suasana di pagi itu sangat hening, Viona memakai gaun pengantin putih dengan tatanan
rambut dan riasan makeup membuatnya sangat cantik.
Viona menghela nafas pelan, jantungnya berdebar dengan sangat cepat. Dipandanginya
Tristan sejenak, memandangnya dengan penuh cinta, “Kau gugup?” Tristan
menggenggam tangan Viona dan menciumnya.
Viona mengangguk, “Apakah kau tidak gugup?”
“Tidak, karena ada kau di sisiku.” Tristan melempar senyumnya.
Yang datang pada hari itu hanyalah keluarga, kerabat dekat, dan sahabat dekat
mereka, termasuk rekan bisnisnya Rendra Xing.
Semua mata tertuju pada pengikraran janji suci itu, semuanya terlihat begitu tenang
dan hikmat.
***
Resepsi di pernikahan mereka tidak kalah mewah dengan resepsi pernikahan Rendra pada
waktu itu.
“Selamat..”
Ucap Rendra sembari menjabat tangan Tristan.
“Terimakasih, jika bukan karenamu mungkin aku tidak bisa menikahinya sekarang.”
Rendra melirik Viona, “Benarkah? Kau beruntung.”
Ucapan selamat datang silih berganti, semua yang ada disana begitu larut dalam
kebahagiaan.
***
Tibalah waktunya untuk malam pertama kedua pengantin itu, jantung Viona semakin
berdebar ia tidak tahu apakah harus sedih atau bahgia.
Perasaannya bercampur aduk, dia merasa bahagia karena telah di persunting pria yang begitu
mencintainya, namun di satu sisi hatinya menjerit entah ekspresi seperti apa
yang akan terpancar di wajah Tristan saat dia menyentuhnya nanti.
“Kenapa?”
Tanya Tristan sembari memeluk Viona.
Viona menggeleng, “Aku hanya gugup dan takut kau kecewa padaku.” Viona tertunduk
dalam, air matanya hampir menetes.
Tangan Tristan menyeka air matanya, “Bukankah kita sudah membahasnya? Dengar, (Tristan
memegang dagu Viona) aku menerima semua yang ada padamu, tidak perduli itu suka
ataupun duka, mengerti?”
Viona mengangguk pelan, perlahan Tristan membuka pakaiannya dan memandangi tubuh
istrinya yang putih mulus, di rabanya kedua gundukan itu sementara bibirnya
masih melumat bibir Viona.
Viona berbaring tepat di bawah tubuh Tristan, dipandanginya dada bidang itu, Viona
memalingkan wajahnya merasa malu dengan dirinya sendiri.
Dengan cepat Tristan mengubah arah pandangannya, “Lihat aku sayang..” Tristan mulai
membuka kedua paha Viona dan memasukkan kejantanannya kedalam kewanitaannya.
“Emh...”
Viona mendesah, ia terbelalak dan segera menutup mulutnya sendiri dengan
tangan.
Tristan tersenyum melihatnya, Tristan kembali menguatkan hentakannya, “Ah...!” Viona
tak dapat mengelak dari kenikmatan itu.
Tristan kembali menjilati lehernya yang jenjang tangannya masih belum puas meremas
gundukan besar itu.
Suasana semakin panas, Viona tak bisa berhenti mendesah, setiap desahan Viona membuat
Tristan begitu ingin terus menyatukan tubuh mereka dan tak ingin melepaskannya
meskipun sedikit.
“Sayang, pelan-pelan.” Viona meremas tangan Trsitan hingga memerah.
“Tahan sebentar.” Pinta Tristan sembari menaikkan kedua kaki Viona di atas pundaknya.
Tristan juga memegangi pinggulnya dan mulai menghentakan kejantanannya dengan
garang.
“Ah...!”
Viona mengernyit merasa nyeri dibagian perineumnya, “Sakit, pelan-pelan.”
Pintanya sembari meremas lengan Tristan dengan lebih kuat.
Namun sayang Tristan tak mengindahkan permintaannya dan terus mencumbuinya dengan
berbagai posisi.
Mereka berduapun mulai kehabisan tenaga, “Kita lakukan lagi setelah satu jam.” Lanjut
Trsitan yang kemudian menyemburkan cairan kental ke dalam kewanitaan Viona.
Viona mengangguk, “Baiklah sayang.”
Tristan mencium keningnya dan kemudian bergeser berbaring ke sebelah istrinya,
tangannya masih nakal meremas-remas gundukan itu.
“Sayang, biarkan aku istirahat sebentar.” Keluh Viona yang masih tersengal-sengal
mengatur nafasnya.
Tristan menggeleng dan kemudian menindih Viona, “Ayo..”
“Bahkan ini belum satu jam, kau mesum.” Viona mengalungkankan lengannya di leher
Trsitan.
Malam itu mereka tidak tidur dan terus melakukan percintaan itu mungkin hingga pagi
menjelang.
***
Sementara itu di kediaman Rendra, dia juga tidak ingin kalah dengan Tristan yang pasti
sedang asyik di malam pertamanya.
Perlahan Rendra membuka kancing baju Kanaya, “Lagi?” Tanya Kanaya dengan keheranan,
“Bukankah kemarin sudah?” Lanjutnya.
“Kemarin ya kemarin, sekarang ya sekarang.” Rendra melucuti pakaiannya hingga tak
tersisa sehelai benangpun, “Kali ini aku tidak akan membiarkanmu istrihat
meskipun sejenak.” Rendra sudah siap di posisinya dan menindih tubuh Kanaya.
“Apa?”
Kanaya mendorong Rendra dengan pelan, “Apa kau sedang berlomba dengan
seseorang?” Imbuhnya.
“Seseorang?”
Rendra mengerutkan keningnya.
“Hm...! Cepat menyingkir, nanti ada yang datang.”
“Tidak ada yang berani masuk ke ruang kerja tanpa seizinku.” Rendra melumat bibir
Kanaya dan mencengkram kedua tangannya.
Tap tap tap...
Langkah kaki yang terdengar mendekat ke ruang kerja itu semakin mempercepat tempo
langkah kakinya.
Krieeet..........
Pintu ruang kerja itu terbuka, “Kakak.............!” Teriak Krystal dengan manja.
Wajah Kanaya merah padam sementara Rendra mendengus kesal dan segera memakai
kemejanya, “Kau!” Dia menatap Krystal dengan tatapan ketidak sukaannya, “Ketuk
pintu kalau mau masuk, jangan asal.”
Mata Krystal menangkap basah aktifitas mereka di atas sofa itu, seketika wajah
Krystal memerah.
“Kau dengar!” Rendra mengetuk pelan keningnya dan meminta Krystal untuk kembali ke
kamar.
Krystal hanya mengangguk. Melihat pemandangan blue seperti itu membuat tubuhnya panas
dingin, selama ini Krystal hanya pernah melihat adegan ranjang itu di bioskop
atau di video misalnya.
Melihatnya secara langsung membuat kepalanya serasa terbalik.
Rendra mengunci pintu ruang kerjanya, saat berbalik Kanaya sudah memakai pakaian
lengkapnya.
“Aku belum selesai, kenapa kau memakai bajumu? Lepas..!” Rendra mulai serius.
Kanaya masih malu dengan apa yang baru saja terjadi, Seharusnya tidak seperti ini. Dasar bodoh, dia tidak berfikir di rumah ini ada orang lain selain kami.
Kanaya menggeleng dan menunduk, “Bagaimana jika dia bertanya, apa yang harus kujawab?”
“Krystal...?”
Sahut Rendra dengan kesal.
Kanaya mengangguk.
Rendra menghela nafas, “Lupakan saja, aku lelah. Kau duluan saja ke kamar.” Perintah
Rendra sambil melepas kemeja yang ia pakai.
***
Di dalam kamar Krystal masih tertunduk dan memutar otaknya, Apakah aku sudah cukup dewasa untuk melakukannya juga?
Plak!
Krystal merintih kesakitan, saat ia mendongakkan kepalanya Rendra berdiri tepat di hadapannya.
“Ka- Kakak...?” Dengan cepat Krystal memalingkan wajahnya.
Rendra duduk bersebelahan dengannya dan mengelus kepala Krystal, “Jangan bertanya
apapun, mengerti?!”
Krystal mengangguk, “Kakak...”
“Hm? Ada apa? Apakah ada sesuatu yang ingin kau katakan?”
“Itu... Hm sebenarnya...” Krystal menjadi gugup ia menautkan kedua telunjuknya dan
memainkannya dengan resah.
“Ada apa? Katakan saja, kakak tidak akan marah.” Tak mendapatkan jawaban Rendra
menghela nafas, “Dia tidak punya pacar.”
Deg!
Krystal terkejut bagaimana mungkin dia bisa membaca isi hatinya, “Siapa yang
menyukainya..?!” Krystal berdiri dan mendorong Rendra untuk segera keluar dari
kamarnya.
Rendra terkekeh melihat tingkahnya, “Kakak bisa membantumu..” Rendra semakin menggoda Krystal.
“Kakak...!
Cepat pergi kakak ipar pasti sudah menunggu.”
“Tenang saja, Kanaya bisa menungguku. Malam ini kakak akan meluangkan waktu lebih
untukmu.”
Wajah Krystal semakin memerah, dengan cepat ia menggeleng dan segera mengunci pintu kamarnya.
Setelah mengunci pintu kamar Krystal berjingkrak-jingkrak senang, hatinya bahagia akhirnya ia mendapatkan peluang untuk dekat dengan Louhan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Har Tini
lanjutt
2021-07-20
0
༄༅⃟𝐐Dwi Kartikasari🐢
krystal" awas mimpi basah lho..
wkwkwjkkk
lanjut thor
semoga sukses dan sehat selalu
2021-01-02
0
Batara Hengky
louhan..??
baru sadar aku klo itu nama sejenis ikan yah...
😅😅😅😅🤣🤣🤣🤣
2020-11-06
0