Buru-buru Louhan berlarian menapaki anak tangga yang menjadi penghubung dengan kaki lima itu, huh.. huh... Nafasnya tersengal-sengal.
Louhan menarik nafas dalam dan menghembuskannya dengan cepat, dihadapannya ada sebuah
pintu lebar dan tinggi, Louhan berdehem untuk menghilangkan kegugupannya.
Perlahan Louhan membuka pintu itu, krieeeet suara pintu yang menggema, “Ayah..” Louhan
tak dapat menyembunyikan rasa bahagianya setelah sekian lama mereka tidak
bertemu.
“Kapan ayah datang? Kenapa tidak memberitahuku?” Louhan buru-buru mendekati ayahnya
yang duduk di atas kursi roda.
“Ayah ingin memberimu kejutan.” Senyum itu terlihat jelas dari wajah yang renta dan
keriput.
Louhan menggeleng, “Bisa melihatmu merupakan kejutan terindah yang diberikan tuhan
kepadaku.” Louhan memeluk ayahnya dan tak kuasa menahan tangisnya.
“Katakan, kapan kau akan menikah?” Pertanyaan itu membuat Louhan kebingungan.
Louhan menggeleng, “Kita bicarakan itu nanti, ayo kita jalan-jalan ke taman.”
***
Weekend, hari libur untuk menghabiskan waktu bersama keluarga, orang tercinta tak
terkecuali Louhan juga hari ini ikut serta di dalamnya.
“Ayah, tunggu sebentar di sini, aku akan beli minuman dulu.”
“Oh ya baiklah, jangan terlalu lama.”
“Baik ayah.”
Baru lima menit di tinggal, sekelompok preman datang mengganggu ayah Louhan.
Merasa risih segera ia pergi ketempat yang lebih tenang meskipun sebenarnya ia tidak
tahu posisinya sekarang ada dimana.
Krystal dan kedua temannya sedang asyik selfie di taman yang sama, sebelum mengganti pose yang baru kedua mata Krystal tertuju kepada pria tua yang terlihat kebingungan duduk di kursi
roda itu.
“Krystal, mau kamana?” Tanya Jessy dengan nada kesal.
“Tunggu sebentar, lima menit.” Jawab Krystal dengan setengah berlari.
Krystal mendekati pria tua itu, “Paman ada apa? Kau terlihat bingung.”
“Aku tadi diganggu beberapa preman, dan sekarang aku mencari putraku.”
“Putra paman? Berani sekali dia meninggalkan orangtuanya sendirian seperti ini.”
Krystal bergumam kesal sembari melihat kesana kemari.
Di tempat sebelumnya Louhan kebingungan mencari keberadaan ayahnya, “Ayah.. ayah..
ayah..” Teriak Louhan tanpa memperdulikan orang lain yang sudah menatapnya
dengan tatapan tidak nyaman.
Berlari mencari kesana kemari masih belum menemukan ayahnya, Louhan mulai putus asa.
Di ujung sana terdengar samar-samar canda tawa berasal dari suara yang tidak asing
baginya, namun ia berfikir keras mengapa ada suara seorang wanita?
Tak mau berfikir lebih lama lagi Louhan segera mengikuti arah suara itu.
Louhan terkejut dan juga bersyukur ayahnya baik-baik saja, pandangannya beralih ke
arah Krystal, “Cantik sekali.” gumamnya lirih.
“Oh, Louhan...” Teriak ayahnya dengan suara yang sedikit parau.
Krystal ikut berbalik memandanginya, “Hm? Jadi kau putra paman ini?! Berani sekali kau
meninggalkannya sendirian.”
Louhan mencoba menjelaskan hal yang sebenarnya, namun Krystal tetap tidak ingin
mendengarnya.
Entah demi apapun tanpa di duga Kanaya dan Rendra juga sedang berada di taman yang
sama, melintasi tempat mereka yang saat itu sedang adu mulut.
“Krystal..!!” Sapa Rendra menghentikan keributan kecil itu.
“Kakak.” Krystal berlari pelan ke arahnya.
Kakak..? Gawat..! Seharusnya aku tidak perlu meladeninya. Terlihat wajah gugup Louhan yang
saat itu sedang menerima tatapan Rendra.
“Kenapa kau ada di sini? Bukankah aku menyuruhmu untuk pergi ke Beijing?” Imbuh Rendra.
Kanaya merasa suasana saat itu tidak kondusif, segera ia mencubit pelan tangan
suaminya.
Rendra menatap Kanaya seolah sedang bertanya kenapa..? Kanaya mengisyaratkannya untuk
melihat ke arah pria tua itu.
“Apakah itu ayahnya?” Kanaya berbisik pelan.
Rendra menghela nafas, “Satu jam lagi kita bertemu di hotel. Dan kau (melihat ke arah
Krystal) segera pulang, jangan tidak tahu waktu.”
Krystal mendengus kesal dan menatap Louhan dengan tajam, Hm!! Kalau bukan karena dia aku pasti menikmati hari ini dengan penuh kesenangan.
Satu persatu mulai meninggalkan taman, “Kenapa tidak bilang jika kau akan pergi ke
Beijing?”
Louhan menggeleng, “Bukan hal yang serius, tidak apa-apa, setelah mengantar ayah
pulang aku akan pergi menyelesaikan urusanku sebentar.”
Ayahnya merasa tidak enak hati dengan kejadian tadi, mungkin karena hal sepele menemani
orangtua renta bisa membuat anaknya kehilangan pekerjaan yang selama ini
menopang hidup mereka berdua.
Usai mengantarkan ayahnya kembali ke apartemen, Louhan segera pergi ke hotel untuk
menemui Rendra. Apapun yang terjadi ia sudah siap menerima konsekuensinya.
***
Begitu sampai di lobi hotel Louhan merapikan jas nya, nafasnya terasa berat wajahnya
mulai memucat.
Segera Louhan menghela nafas secepat mungkin untuk menghilangkan kegugupannya.
Sembari menunggu pintu lift terbuka, ia masih sibuk menenangkan dirinya. Saat itu
jantungnya serasa sedang berpacu dengan cepat. Berkali-kali ia menghela nafas
dan menghembuskannya kembali dengan cepat.
15 menit menanti akhirnya pintu lift pun terbuka, saat Louhan mau menutup pintu
lift itu seorang wanita yang tak asing sedang berlari menuju lift tersebut.
“Tunggu!”
Krystal..? Kenapa dia ada di sini..?
Berada di satu lift yang sama membuatnya semakin gugup, Louhan memalingkan wajahnya dari Krystal.
“Bertemu lagi di sini..!” Krystal tersenyum jahil.
Louhan hanya diam tak menjawabnya dengan sepatah katapun.
Hm, sombong sekali. Ingin mengacuhkanku? Tidak akan kubiarkan. Krystal mendapatkan ide
yang cukup bagus untuk mencairkan suasana canggung ini.
Perlahan Krystal mundur beberapa langkah dan membuat adegan seolah-olah kakinya
terkilir, “Aw.. sakit..!” Krystal hampir jatuh ke lantai.
Dengan sigap Louhan menahannya, kejadian itu mempertemukan wajah mereka yang saling
menatap dengan jarak yang semakin dekat.
“Terimakasih.” Segera Krystal memposisikan tubuhnya berdiri dengan seimbang.
Louhan masih diam membisu.
Mata sipitnya menangkap ekspresi kesal Krystal, dilihatnya wanita itu mengercutkan
bibirnya.
“Dasar pria tidak peka!” Bisiknya.
Tak terima di cap sebagai pria yang tidak peka, “Benarkah?” Louhan sedikit
membungkukkan tubuhnya yang tepat berada di belakang Krystal.
Deg!
Krystal menggeleng cepat, “Aku tidak mengatakan apapun..” ia pun langsung mengambil
langkah jauh darinya.
Louhan menarik tangan Krystal membuatnya berbalik menghadap Louhan, kemudian nekat
mencium bibirnya.
Krystal sangat terkejut matanya terbelalak, sesaat ia memejamkan mata dan perlahan
membuka mulutnya membiarkan Louhan merampas ciuman pertamanya.
Louhan menekan erat tengkuk Krystal dan membuatnya tak bisa bergerak bebas ataupun
sekedar untuk melepaskan ciuman itu.
Perlahan tangan Krystal juga ikut naik memeluk tubuh Louhan yang tinggi.
Entah berapa lama waktu berlalu, mereka berdua mulai kehabisan oksigen dan terengah-engah.
Krystal menunduk asyik menatap lantai, ia mencoba menyembunyikan rona merah di
wajahnya.
Louhan kembali merapihkan pakaiannya dan segera pergi keluar setelah pintu lift
terbuka.
Sebelum pergi Louhan membisikinya, “Kita akan bertemu lagi.”
Krystal hanya mengangguk memejamkan matanya.
***
Tok tok...
Louhan mengetuk setengah keras pintu ruangan Rendra, “Masuk.”
“Tuan, maaf saya terlambat.” Louhan melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan CEO
itu.
“Duduklah.” Pinta Rendra.
Kini mereka duduk saling berhadapan.
Louhan masih tidak nyaman dengan tatapan seperti itu, “Tuan saya –“
Rendra setengah mengangkat tangannya dan memberinya isyarat untuk berhenti bicara, “Kenapa
tidak mengatakannya padaku jika paman sudah datang? Kau membiarkanku menyambutnya
dengan situasi seperti itu.”
Louhan menghela nafas, “Tuan, saya juga baru mengetahuinya tadi. Sebelum ke Beijing
saya ingin membawanya ke taman. Maaf atas kelalaian dan kelancangan saya.”
Louhan segera berdiri dan membungkukkan tubuhnya.
“Apa yang kau lakukan? Cepat duduk atau ku potong gajihmu.” Rendra menghela nafas,
“Kami secara pribadi mengundang kalian berdua untuk makan malam dirumahku.”
Imbuhnya.
Louhan terkejut saat mendengarnya, sebelumnya ia berfikir mungkin akan di pecat karena
hal ini, “Tapi tuan, bagaimana dengan proyek barunya? Siapa yang akan pergi ke Beijing?”
Rendra menutup berkas yang ada di hadapannya, “Jangan khawatir, aku akan megutus yang
lainnya. Aku memberimu cuti tambahan. Pergilah dan nikmati cutimu dengan
benar.”
Louhan begitu terharu mendengarnya. Dari luar ada penguping yang handal sedang
menguping pembicaraan mereka.
Penguping itu tidak lain dan tidak bukan adalah Krystal, beberapa saat yang lalu ia
menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi saat di taman.
Krystal menatap langit-langit hotel yang mewah itu, tangannya
mengusap dada, “Syukurlah.” Senyum itu terukir dengan indah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Anggele
💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖 ada yg lh jatu cinta tu
2021-07-24
0
Har Tini
louhan sm krisyal aja
2021-07-20
0
Mikayla Kanza
thor louhankrital yg bener aj dong 🤣🤣🤣🤣
2021-06-29
1