BAB XI-HARI PERNIKAHAN & MALAM PERTAMA

Tangan dan kaki Kanaya seketika menjadi dingin, bibir yang telah dipoles lipcream nude itupun terlihat memucat, wajahnya pun tidak kalah pucatnya. Tubuhnya gemetar.

Hera yang menegerti bagaimana perasaan putrinya itu membelainya dengan lembut, “Tenanglah sayang, tarik nafas yang dalam dan keluarkan secara perlahan.”

Kanaya mengangguk lalu tersenyum, “Terimakasih, ibu. Aku sangat mencintaimu.”

Tibalah waktunya untuk mengikat janji suci itu di depan penghulu dan para saksi, Rendra mengucapkan janji suci itu dengan lantang suasana begitu hikmat, para saksi terlihat khusyu menikmatinya.

Tak butuh waktu lama akhirnya mereka berduapun resmi menjadi suami istri.

Resepsi dimulai jam sebelas siang dimana para tamu undangan telah hadir silih berganti, hampir-hampir hotel itu tidak muat lagi menampung lautan manusia yang ikut menghadiri acara resepsinya.

Semua mata tertuju pada Kanaya bak bidadari yang baru saja turun dari langit dengan gaun merahnya yang begitu elegant, ditambah lagi makeup transformasinya yang seperti barbie hidup, “Cantik, beruntung sekali tuan Rendra mendapatkan wanita secantik itu.” Roy, Seihan, Zean menggoda Rendra.

Wajah Rendra terlihat merona memandangi istrinya yang begitu cantik, ada rasa bangga yang ia miliki.

***

Resepsi itu begitu menguras tenaga, “Aku akan mandi terlebih dahulu. Kau bisa menggunakan kamar mandi yang satunya”

Kanaya mengangguk, “Baiklah.”

Kanaya masuk kedalam kamar mandi mewah itu, bahkan kamar mandi di hotel ini saja luasnya bisa empat kali lipat dari kamarku. Aku seperti putri yang ada dinegeri dongeng saja. Kanaya menghela nafas.

Tubuh Kanaya menjadi segar kembali setelah mandi dengan sabun yang beraromakan lavender. Rambut basahnya ia keringkan dengan hairdrayer.

Sedang asyik mengeringkan rambut tiba-tiba saja tangan hangat dan kekar memeluknya dengan erat dari belakang.

“Apa yang kau lakukan?” Kanaya melepaskan pelukan itu dan sedikit terkejut.

“Yang kulakukan? Menurutmu?” Rendra mendekati istrinya dan menggendongnya lalu merebahkannya diatas ranjang.

“Re-Rendra.. Aku..!” Kanaya sangat tidak siap jika harus melakukannya malam ini juga, tetapi ia juga tidak ingin mengecewakan suaminya.

“Ada apa? Kau tidak ingin..?” Terlihat ekspresi kecewa di wajah Rendra.

Kanaya menggeleng pelan sembari mengalungkan lengannya dileher Rendra, “Aku hanya gugup saja.”

“Tidak perlu gugup.” Rendra mulai mencium bibir Kanaya dan kemudian turun menelusuri leher jenjang milik istrinya.

Perlahan Kanaya mulai mendesah, setiap desahan itu membuat Kanaya menggeliat, “Ah.. Emh..!”

“Aku akan memulainya sekarang.” Rendra melucuti pakaiannya dan pakaian Kanaya.

Sebelum melucuti pakaian istrinya, Kanaya menahan tangan kekar Rendra.

“Ada apa? Kau tidak ingin?” Tanya Rendra dengan nada kecewa.

“Bukan.” Kanaya tersipu malu dan menunjuk lampu mewah itu, “Matikan dulu lampunya.”

Kemudian Rendra segera membungkam Kanaya dengan ciuman di bibir sembari meremas apa yang bisa membuatnya terangsang dan bergairah, “Tidak perlu. Aku ingin melihat penyatuan tubuh kita. Aku ingin sekali melihat istriku jatuh kedalam pelukanku untuk selamanya.”

Kalimat itu membuat wajah Kanaya semakin merona, “Aku.. Aku..”

“Ssssttt!!! Tenanglah biarkan tubuh kita saling menikmati.” Perlahan Rendra membuka kaki Kanaya dan memposisikan barang miliknya itu.

“Aku malu..” Ucap Kanaya.

“Aku sudah melihatnya, tidak perlu malu.”

Kanaya menelan ludah, “Aku milikmu Rendra.”

Kisah malam pertama mereka pun sedang berlangsung, sakit dan perih, semua jadi satu.

“Sayang, biarkan aku sebentar kumo-“ Kanaya menangis terisak-isak meminta suaminya agar mau memberikannya waktu beristirahat meskipun hanya sebentar saja."

Rendra menggeleng lalu ******* bibir Kanaya kemudian menekan tangan Kanaya dengan kuat dan membuatnya tak bisa bergerak untuk mendorong ataupun melawan.

“Malam ini akan menjadi milik kita.” Tegas Rendra tanpa memperdulikan kesakitan istrinya.

Entah sudah berapa lama waktu berlalu hingga akhirnya Rendra menyemburkan cairan kental kedalam kewanitaan Kanaya.

Rendra melepas cengkeramannya dari tangan Kanaya dan langsung rebah menindih tubuh Kanaya, dengan nafas tersengal-sengal ditelinga Kanaya.

Kanaya mengangguk pelan dan memeluk erat tubuh suaminya itu.

Saat nafas mereka berdua kembali normal, Rendra menggeser tubuhnya dan berbaring di sisi istrinya sembari memeluk dengan penuh kehangatan, “Istirahatlah kau pasti lelah.”

“Juga sakit.” Sahut Kanaya.

Rendra tersenyum meremas jari jemari Kanaya, “Bukankah itu suatu kebanggaan setiap wanita setelah menikah?”

“Ya, aku tahu tapi kau begitu kejam tak membiarkanku untuk istirahat sejenak.” Kanaya membenamkan wajahnya kedalam pelukan Rendra dan memukul-mukul dada bidangnya dengan penuh kelembutan.

“Bukankah aku sudah berjanji, yang kedua kalinya tidak akan sesakit ini.”

“Emh, aku mengerti.”

Terpopuler

Comments

Anggele

Anggele

duhhhh panas banget deh jdi cemburu ni bacanya cetitanya,,, jdi bucin ni tk kual lg 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2021-07-24

0

Har Tini

Har Tini

akhir ny rendra belah duren jg😁

2021-07-20

0

Yadi

Yadi

Akhirnya "mahkota" Kanaya yang dia jaga, diserahkan kepada pemiliknya yang sah, yaitu suaminya sendiri. Gue yakin, pasti Rendra bahagia banget mendapatkan perawan yang sekaramg adalah istrinya dan didapatkannya sesudah menghalalkan Kanaya 🕺💃

2021-06-17

3

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!