Segera Rendra mengambil ponselnya dan menelfon Lou, “Lakukan persiapan untuk Pers Konferensi, segera!”
“Baik tuan muda segera saya atur jadwal.”
Usai mematikan telfon itu Rendra melempar ponselnya ke arah dinding dan membuat ponsel mahalnya itu menjadi retak dibagian layar kaca, dengan kesal Rendra tergesa-gesa duduk diatas ranjang empuknya dan mengacak rambut.
“Sial! Akan kupastikan kau menyesal hingga ke akar!”
Ting tong.....
Siapa yang datang bertamu di jam sebelas malam? Masih terlihat jelas wajah kesal Rendra segera ia membukakan pintu rumahnya untuk melihat siapa yang datang bertamu malam-malam begini.
Kriet....
Suara pintu yang terbuka, Kanaya muncul dibalik pintu itu, “Hai..!” Senyum sumringah terukir dibibirnya.
“Kau tidak punya jam dirumah? Kau tahu sekarang jam berapa?” Rendra membukakan pintu rumahnya dengan lebar dan membiarkan kekasihnya itu masuk.
Kanaya menggeleng cepat, “Tidak, bukan begitu. Aku hanya tidak bisa tidur jadi aku kesini, emh (Kanaya memutar bola matanya) apakah aku mengganggumu?”
Rendra menghela nafas, “Hurf, rasanya percuma saja melarangmu untuk tidak datang kerumahku, kau akan tetap datang juga. Pergilah kedapur dan buatkan aku makanan.”
“Lagi?” Kanaya menunjuk dirinya sendiri.
“Lalu?” Rendra sedikit memiringkan kepalanya dan mengangkat kedua alisnya.
Menggunakan perlengkapan tempur di dapur mulai dari celemek dan sebagainya, “Sempurna. Lihat saja kau pasti ketagihan jika menyantap makanan buatanku, hihi..”
Sepuluh menit kemudian Kanaya keluar dari dapur membawa semangkuk mie lengkap dengan acar, tomat, telur mata sapi dan membawanya keruang makan.
“Ini.” Kanaya meletakkan makanan itu diatas meja makan tepat dihadapan Rendra.
Rendra mengerutkan keningnya, Mie? Apa dia tida bisa memasak makanan lainnya?
“Kenapa?” Lanjut Kanaya, kekasihnya hanya diam dan mulai menyantap makanan itu. “Bagaimana rasanya?” Kanaya penasaran ingin tahu rasa masakannya seperti apa.
“Kenapa kau tidak mencicipinya saja?” Rendra memicingkan matanya dan melanjutkan makan malamnya.
“Hm, coba sini.” Kanaya mengambil sendok dan menyuapi mie itu kemulutnya sendiri, “Hmp!!! (Kanaya terkejut) Asin sekali, huek...” Kanaya melepeh makanan itu dengan menggunakan tisu, “Kenapa kau masih memakannya?” Lanjut Kanaya dengan rasa bersalah.
“Statusmu hanya kekasih kontrak denganku, meskipun begitu kau juga ingin membuat masakan yang sama dengan statusmu?”
“Apa maksudmu? Apakah ada sesuatu yang ingin kau katakan?”
“Ayo menikah!”
“Me-menikah?”
Rendra mengangguk dan lanjut menyeduh air putih didepannya, “Tentu saja pernikahan ini asli. Tidak perlu menjawabnya terburu-buru, jika kau sudah siap datanglah kembali, tapi jika tidak maka kau tidak perlu kembali dan – “
Rendra berjalan ke kamarnya untuk mengambil surat perjanjian mereka, “Dan apa?” Kanaya terlihat bingung.
“Dan kita tidak perlu memiliki hubungan apapun.” Rendra menyobek surat perjanjian itu dihadapan Kanaya dan membuatnya tercengang.
Kanaya masih bingung dengan apa yang baru saja dikatakan Rendra, “Sekarang sudah jam satu malam, supir akan mengantarmu pulang.”
***
Kanaya merebahkan tubuhnya di ranjang dan menatap langit-langit kamarnya sembari mengingat-ingat apa yang telah diucapkan Rendra, Menikah?
“Apa yang harus kulakukan? Apakah aku harus menikah dengannya? Sudahlah, lebih baik aku tidur saja.” Kanaya memejamkan matanya dan terlelap tidur malam itu berlalu dengan hal yang tak pernah bisa ia duga.
Sementara itu dikediaman Rendra, dia masih terjaga padahal jam dinding sudah menunjukkan angka tiga, “Hm, siapa yang mengira aku akan mengajaknya menikah.”
***
“Kanaya, Kanaya... Cepat bangun lihat ini!” Hera menunjukkan sebuah artikel dilayar ponselnya.
“Hmm? Ada apa bu? Aku masih mengantuk.”
“Ngantuk-ngantuk, apanya yang ngantuk bisa-bisanya kau mau menikah tanpa bilang-bilang pada ibumu..”
“Menikah?” Suara Kanaya belum seimbang karena rasa ngantuk yang begitu menyiksa, Kanaya menarik selimut tebalnya dan menutupi sekujur tubuhnya. “Iya kami akan menikah.” Lanjut Kanaya dari balik selimut.
Hasil dari Pers Konferensi itu tersebar dengan cepat, “Nona, coba nona lihat ini.”
Sri nama pembantu Viona memberikannya sebuah koran top trending.
“Hm, mereka akan menikah?” Aku penasaran
sehebat apa wanita itu sehingga mampu
membuat Rendra yang begitu mencintaiku
berpaling dengan mudah. “Terimakasih bi,
bibi boleh pergi.”
“Baik non.”
Viona mengambil beberapa langkah kedepan
dan melompat ke kolam renang dengan gaya
indah, dari pintu terdengar suara tepuk tangan,
“Bagus. Seperti biasa wanitaku selalu tampil
memukau, sexy.” Pria itu mengedipkan mata.
“Tristan!”
“Wow, aku sudah tidak sabar ingin
menikmatimu.” Tristan semakin berani menggoda tunangannya.
“Apa yang kau bicarakan, jangan asal aku bukan wanita seperti itu.”
“Aku tahu, kemarilah.” Tristan mengulurkan tangan agar dapat digapai Viona. “Hup!” Tristan menarik Viona dari dalam kolam renang itu dan memintanya untuk duduk diatas pangkuannya.
“Celanamu nanti basah.”
“Jangan khawatir, aku bisa memakai celanamu.” Tristan mendudukkan Viona tepat diatas kedua pahanya, “Katakan, siapa yang berani membuat tunanganku kesal?!” Tristan memainkan rambut panjang Viona.
“Tidak ada, hanya saja aku sedang memikirkan sesuatu.” Viona mengalungkan lengannya dileher Tristan.
“Apa?” Tristan membalasnya dengan pelukan erat dipinggul Viona.
“Kapan kita menikah? Kita sudah lama bertunangan bukan? Apakah kau tidak ingin menikahiku?”
Tristan menghela nafas, “Bukan begitu, hanya saja – “ Tristan mengalihkan pandangannya dan wajahnya terlihat sendu.
“Apa?” Tanya Viona dengan lembut.
“Perusahaanku diambang kebangkrutan!”
Deg!
Viona mencoba untuk menahan emosinya, “Benarkah?” Suaranya terdengar datar.
“Hm.” Tristan mengangguk, “Tapi untung saja aku mendapatkan investor dengan cepat.”
“Siapa?”
Tristan tersenyum dan melonggarkan pelukannya, “Rendra Xing.”
Apa? Sesaat Viona terkejut mendengar Tristan menyebut nama mantan pacarnya itu, “Oh, syukurlah.”
“Bulan depan dia akan menikah, kita harus memberinya kado apa?”
Viona menggeleng, “Tidak tahu tapi kita harus memberinya kado yang spesial.”
Tristan mengangguk, “Hm, benar. Dan saat kondisi perusahaan, keuanganku stabil seperti semula aku akan menikahimu, pasti.”
Viona mengangguk, “Baiklah, aku mengerti.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
NO NAME
jejak
2022-11-08
0
💐Tuti Komalasari💐
bukannya lagi liburan diJepang ko tiba-tiba udah dirumah aja 😇
2022-03-26
1
Khairatul Ikhsan
kok udah ada di rmh ibunya...
kapan plgnya
2021-09-01
0