BAB V - FOTO BERDUA

Usai bermain ski mereka berempat menuju sebuah pondok singgahan dan menikmati kudapan yang sudah disediakan.

“Aku lapar.”

Kanaya teringat kembali akan kejadian saat pertama kali mereka kencan, Kanaya tersenyum licik sembari memberikan kudapan itu kepada Rendra Hah! Mampus kau, setelah memakannya kau akan merasakan neraka yang sebenarnya.

“Aku sudah menyiapkan bekal untukmu. Ini, makanlah.”

Rendra memberikan kudapan itu kembali kepadanya, “Makan.”

“Eh? Apa?” Kanaya mulai berkeringat dingin.

“Makan ini.” Perintah Rendra

“Ah, tidak aku sedang diet.” Kanaya mulai gugup.

Rendra menyipitkan kedua matanya dan menatap Kanaya dengan tatapan tajam.

Deg! Jantung Kanaya berdebar kencang. Gawat!! Jangan-jangan dia tahu kalau aku menaruh banyak sambal di kudapannya itu.

“Tidak mau?” Rendra menyipitkan kedua matanya.

Kanaya menggeleng, “Emh..”

Rendra menelfon Lou dan memintanya untuk datang kepondok itu, “Segera.”

Setibanya dipondok itu, “Tuan, apa yang anda perlukan?”

Rendra memberikan kudapan itu kepada Lou, “Makan ini, habiskan.”

Kanaya bergidik takut, “Tidak, berikan padaku.”

“Kau sudah menolaknya!”

“Aku hanya bercanda, berikan padaku.” Kanaya memakan kudapan itu hingga habis, Oh tidak. Ini namanya senjata makan tuan,

Haaaaaaaaaaah!!!!

“Lou, kau boleh pergi.”

“Baik.”

Beberapa menitpun berlalu, “Sudah kenyang?” Rendra memberikannya segelas minuman hangat.

Kanaya mengangguk, “Emh. Terimakasih”

Miranda terhentak senang melihat pemandangan indah di sore itu. “Kanaya lihat itu.” Kanaya memalingkan wajahnya dan melihat keindahan sunset di waktu itu.

“Wah, indahnya. Aku akan mendapatkan momen yang tepat.”

Kanaya menarik tangan Rendra dan mengeluarkan smartphone nya untuk foto berdua.

Cekrek, cekrek, cekrek... “Rendra mana ponselmu?” Kanaya menengadahkan tangan kanannya meminta ponsel Rendra.

“Tidak, cukup di ponselmu saja.”

“Dasar pelit.”

Lelah menikmati jadwal disiang hari Miranda dan Kanaya meregangkan tubuh mereka di atas springbad empuk itu.

Kanaya terlihat sibuk dengan ponselnya dan terus menerus tersenyum tidak jelas seperti orang yang baru pertama kali jatuh cinta. “Miranda, bagus tidak?”

Kanaya menunjukan walpaper ponselnya hasil foto berdua dengan Rendra saat sunset itu, “Baguskan?” Kanaya melanjutkan kalimatnya.

Miranda mengangguk, “Hm, kalian benar-benar serasi pasangan yang sangat cocok.” Lanjutnya dengan mengacungkan dua jempol.

“Be-Benarkah?” Wajah Kanaya bersemu merah.

“Hm...” Miranda mengangguk dengan tersenyum.

Miranda, seandainya kau mengetahui yang sebenarnya akankah kita tetap menjadi teman seperti ini?

“Kanaya, hei kenapa kau melamun?”

“Ah, tidak kok haha.” Kanaya menjadi kikuk ia terus menggaruk tengkuk belakangnya.

Rendra sedang menikmati secangkir teh hangat dengan kudapan manis kesukaannya sembari memandangi foto Kanaya yang menjadi walpaper di ponselnya.

“Ekspresinya jelek sekali, saat makan wajahnya mirip seperti ikan buntal.” Rendra meneguk teh hangatnya, dan mengambil sepotong roti untuk dimakan “Kau makan seperti ini.”

Rendra mencoba menirukan mimik wajah Kanaya saat berhasil diabadikan di ponselnya pada saat kencan pertama itu. Rendra mengingat masa-masa bahagianya bersama Kanaya.

Entah sadar atau tidak senyuman yang tak pernah muncul dibibir Rendra kali inipun senyuman itu terkukir. Rendra memegangi dada kirinya ia merasakan irama detak jantungnya setiap kali fikirannya tertuju pada Kanaya ia merasa darahnya mendesir dengan sangat cepat.

Kesampingkan saja masalah Kekasih Kontrak itu, karena cinta yang sebenarnya tak akan pernah memandang itu semua.

Usai menikmati teh hangat dan roti kesukaannya, Rendra beranjak berdiri dan membuka tirai jendela kamarnya. Malam yang indah dipadukan pemandangan pegunungan fuji dan pesta kembang api. Malam ini terasa menyenangkan.

“Lelah sekali, aku akan tidur lebih awal.” Rendra beranjak ketempat tidurnya dan mematikan lampu-lampu dikamarnya itu.

Jam dinding menunjukkan pukul 03.15 dini hari angin malam semakin dingin menusuk. Kanaya begitu gelisah ia tak bisa tidur dengan nyenyak. Tubuhnya mulai berkeringat, perutnya terasa sangat sakit.

“Emh. Mi-Miranda..!” Suara Kanaya sangat lirih gemetar hampir tak terdengar.

Perlahan Kanaya turun dari ranjang empuknya untuk mengambil segelas air putih. Penglihatan Kanaya mulai buram tangannya bergetar sambil memegangi gelas sloki itu.

PRANG!! Gelas ditangan Kanaya terjatuh ke lantai dan membangunkan Miranda dari tidurnya.

Miranda pun terbangun dan begitu panik melihat Kanaya beringsut lemas dilantai, “Kanaya, apa yang terjadi?.” Dengan segera Miranda membantunya berdiri.

“Aku tidak apa-apa, hanya saja aku -.”

“Aku apa? Bicara yang jelas.” Miranda memeberinya segelas teh hangat.

Setelah meneguk teh hangat Kanaya menceritakan hal yang sebenarnya mengapa ia sampai sakit perut seperti itu.

Miranda terperangah kaget, “Hah? Kau gila itu namanya senjata makan tuan, hahaha.” Miranda tak kuasa menahan tawanya, ia pun tertawa terpingkal-pingkal.

“Uh, jahatnya bukannya iba padaku tapi kau malah menertawaiku.”

Krrttttt.....! Rasa mules diperut Kanaya semakin menjadi, “To-toilet.”

Terpopuler

Comments

Savira putri Gerin

Savira putri Gerin

hahaha...kanaya lucu

2021-08-07

0

Anggele

Anggele

🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 kasian si neng,,,, yg sabar y menghadapi masalah mu sendiri 😭😭😭😭😭😭😭😭

2021-07-24

0

Har Tini

Har Tini

senjata makan tuan😆😂

2021-07-20

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!