Bugh!!! Kanaya jatuh dari sofa tempat ia tidur di ruang Delima
Rumah Sakit Bunda. "Ish... Sakitnya, aw.." Kanaya mengingat-ingat kembali apa yang telah terjadi
semalam.
"Jadi pacarku dan kau akan mendapatkan
royalti. Tidak akan ada satupun yang rugi di
antara kita."
"Ro-Royalti?!"Kanaya masih shock mendengar permintaan lelaki yang
baru saja dikenalnya itu terlebih lagi menjadi pacarnya akan mendapatkan
royalti.
Kanaya menunduk memperhatikan kedua kakinya
yang gemetaran "Be-berapa royalti
yang akan ku dapatkan?!"
"Rp.50.000.000; per bulan." Dengan santai Rendra menjawab
pertanyaanya.
Haaaaaaah???? Li-lima puluh juutaaa!
Kanaya masih tak percaya dan terus menerus menggelengkan kepalanya dan
menepuk-nepuk kedua pipinya.
"Kenapa? Kau tidak mau jadi pacarku? Atau
nominalnya kurang?” Rendra menatap Kanaya dan kembali menyetir mobil dan memfokuskan pandangannya kedepan.
Kanaya menggeleng, "Tidak, tidak, tidak, bukan
begitu."
Masih tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya, entah demi
apapun siapa yang mau memberinya keuntungun dua kali lipat seperti itu.
"Jadi? Kita sepakat?!" Rendra meyakinkan
Kanaya.
"Emh...(Kanaya mengangguk) I-iya
aku mau. Tapi, tapi bisakah aku mengmbil Royaktiku untuk tiga bulan kedepan?
Aku sangat memerlukannya."
Wanita dimanapun selalu sama, hanya ingin uang dan hartaku! Rendra menghela nafas panjang. Apa
yang Kanaya katakan barusan membuat Rendra berfikiran negative padanya. "Hei, kau bahkan belum sehari
menjadi pacarku."
"Kumohon!" Kanaya memelas dengan penuh iba,Rendra kembali menghela nafas
sembari menyetir mobil.
"Baiklah akan ku transfer ke
rekeningmu."
***
Siang itu Rendra mengirimi pesan singkat pada
Kanaya dan membuyarkan ingatan indahnya itu.
"Jam tiga sore datanglah ke hotel Delux, kita
akan menandatangani kontrak."
Jam tiga? Kenapa juga harus dihotel.
Setelah menempuh satu setengah jam perjalanan dari rumah sakit ke Hotel Delux, Kanaya
tiba tepat waktu ditempat mereka janjian. Waaah,
mewah sekali hotelnya design nya juga sangat mengagumkan.
Setelah menunggu setengah jam di lobi hotel, Ini sudah jam setengah empat kemana dia?
Menyuruhku datang tepat wakutu tapi dia sendiri malah terlambat.
Sore itu Rendra menggunakan setelan jaz biru dipadukan kemeja
putih dan juga dasi biru membuatnya semakin tampan, "Kau sudah
datang..?!"
Suara lelaki yang tak asing itu menyapanya dari belakang, "Kau terlambat."
Lanjutnya.
"Aku datang lebih awal." Rendra membuat Kanaya kesal tetapi apa boleh
buat Kanaya tidak ingin membuatnya kesal, bagaimanapun juga dia telah
memberikan royalti tiga bulannya.
Kanaya mengela nafas, "Baiklah,
maafkan aku karena datang terlambat. Mana kontrak yang harus ku tanda
tangani."
"Ayo, kita keruanganku."
Ruangannya?
Ja-jadi hotel ini miliknya.
Berada didalam ruangan CEO membuat kanaya tertegun sesaat setiap sudut ruangan itu ia perhatikan sungguh mewah sekali. Kanaya dan Rendra duduk berhadapan dengan sebuah meja kaca yang menjadi pembatas di antara mereka.
Rendra memeberikannya kontrak tertulis dimana di dalam kontrak itu terdapat
100 point yang tidak boleh dilanggar.
"Kenapa point nya banyak sekali? Kau ingin menjebakku."
Rendra menggeleng , " Lou, jelaskan padanya."
"Baik tuan muda."Lou berjalan mendekati Kanaya,
"Nona, kami membuat kontrak itu dengan mempertimbangkan semua kondisi anda, tuan muda memberikan
anda banyak keuntungan. 100 point saya rasa itu bukanlah masalah besar." Lanjutnya.
Lou sekretaris Rendramenjelaskan panjang lebar
mengenai isi kontrak itu, "Ya baiklah aku akan tanda tangani kontrak ini, beri aku pulpen."
Setelah selesai menandatangani kontrak itu
Rendra memberikan sebuah undangan party.
"Apa ini?!"
"Dilihat saja bukannya itu sudah jelas
sebuah undangan. Buka."
Kanaya membuka undangan itu, "Pesta pertunangan Jordy?! Siapa
Jordy?"
"Kau akan tahu setelah kita datang. Lou
aku ingin dia tampil berbeda dari wanita manapun."
"Baik tuan muda, saya akan mengatur segala
sesuatunya untuk anda."
Usai menandatangi kontrak itu Kanaya bergegas
menuju Rumah Sakit dan bertemu dengan Hans dokter yang akan mengoprasi ibunya. "Dokter kapan
ibu saya akan di oprasi? Aku sudah menyiapkan uangnya."
"Oprasi akan kita lakukan besok pagi."
"Benarkah? Syukurlah." Ibu, kau pasti akan sembuh. Kanaya mengelus dadanya dengan mata berkaca-kaca.
Jadwal oprasipun telah ditetapkan, Kanaya masih mondar-mandir
sedari tadi di depan ruangan oprasi. Terlihat jelas wajah gugupnya itu. Tiga
jam setelahnya pintu oprasi itupun akhirnya terbuka, Kanaya tertegun melihat
ibu nya yang masih tidak sadarkan diri dengan selang oxygen yang berada di
hidungnya.
“Tidak perlu cemas, oprasinya berhasil.” Ucap Hans kepada
Kanaya sembari memegang pundaknya.
Mendengar kabar baik itu Kanaya menghela nafas lega. Setelah
memastikan ibunya baik-baik saja Kanaya segera meluncur ke sebuah boutique elit
di kota itu.
Lou menjemput Kanaya di rumah sakit dan menemaninya ke boutique. Di dalam mobil
mereka berbincang-bincang ramah, “Nona ambil ini.” Lou memberinya sebuah kartu
kredit tanpa batas, Kanaya bisa menggunakan kartu itu untuk berbelanja
sepuasnya ataupun membeli apa saja yang ia inginkan tanpa batas.
“Kartu kredit tanpa limit? Apakah itu tidak berlebihan?”Jari telunjuk Kanaya menunjuk ke arah kartu kredit yang masih ada di tangan Lou.
Lou tersenyum ramah padanya “Nona tidak perlu khawatir, meskipun Nona membeli gnung
emas sekalipun harta tuan muda tidak akan pernah habis.”
Satu jam menempuh perjalanan dari rumah sakit ke boutique pun akhirnya mereka sampai
juga, tepat didepan mobil yang Kanaya tumpangi sebuah papan nama bertuliskan Boutique Clatch Queen menyambutnya.
“Saya akan menunggu di dalam mobil, nona tidak masalahkan jika belanja sendirian?”
“Iya, tidak apa-apa. Aku pergi dulu.” Kanaya mendorong pintu yang bertuliskan PUSH itu dan masuk kedalam boutique. Koleksi pakaian yang di jual benar-benar elegan dan mahal. Melihat sepatu pesta berhiaskan blink-blink silver yang di bandrol harga Rp.1.500.000; itu membuatnya terkejut setengah mati.
Puas melihat koleksi sepatu Kanaya beranjak ke deretan dress. "Wah, dress ini bagus
sekali." Kanaya terpesona saat melihat dress biru itu.
"Sayang, aku mau dress biru itu."
Seorang wanita cantik dengan rambut panjang
sepundak menginginkan dress yang sama seperti Kanaya.
Kanaya mengambil dress biru itu terlebih dahulu, "Maaf ya nona, aku duluan yang melihat dress ini."
"Apa!! Sayang aku hanya ingin dress biru itu. Aku tidak ingin dress yang lain."
Wanita itu bergelayut manja pada kekasihnya,
"Nona, maaf bisakah kau memberikan dress itu kepada pacarku?!"
"Tidak.
Aku yang terlebih dahulu melihatnya." Kanaya menolak untuk memberikan dress itu padanya.
Keributan kecilpun terjadi,mendengar keributan itu Sandra pemilik boutique keluar dari
ruangannya. "Cukup! Apa yang telah kalian
lakukan sudah mengganggu kenyamanan pelanggan lainnya.”
Lina nama wanita cantik yang memperebutkan dress itu dengan Kanaya, mereka
bertiga dibawa masuk keruangan Sandra agar tidak mengganggu kenyamanan pembeli lainnya.
"Nona-nona bisakah kalian menjelaskan apa
yang terjadi? Kenapa kalian berdua membuat keributan disini?!"
Kanaya dan Lina menjelaskan kronologi kejadian
itu dengan versi mereka masing-masing, “Kalian ini, siapa yang benar sih?
Penjelasan kalian sama sekali berbeda.”
Dengan sombong Lina membangga-banggakan status
pacarnya itu, “Aku ingin dress itu berapapun harganya, apa kau tidak tahu?
Pacarku ini cucu kesayangan tuan El. Kau pasti tahu dengan sangat baik siapa
itu tuan El kan?”
Kanaya terpancing dan menjadi tidak mau kalah dengan status pacar yang
seperti itu “Hm, jangan sombong dulu kau
nona. Aku memang tidak tahu siapa itu tuan El, tapi akan kupastikan jika kau
mengenal Rendra Xing.”
“Apa?” Pemilik boutique itu tak percaya seorang
gadis biasa seperti Kanaya bisa mengenal Rendra, “Kau, Kau siapanya tuan muda
Rendra? Dan lagi kau hanya menyebut nama lengkapnya tanpa kalimat penghormatan
terhadapnya.”
“Hah! Dia tidak butuh itu dariku, aku yakin kau tidak ingin
tahu aku ini siapanya Rendra, tapi karena kau bertanya baiklah aku sama sekali
tidak keberatan untuk memberitahumu. Aku Kanaya pacar Rendra.” Kanaya meletakkan kelima jarinya di atas
dadanya sendiri dengan bangga.
Manager itu sontak tekejut, Hah? Pa-pacar tuan muda Rendra, matilah aku “Baiklah, sudah
diputuskan dress ini milikmu nona Kanaya.”
Mendengar hal itu Lina sangat marah dan
menggebrak meja, “Mana bisa begitu, sayang kenapa kau diam saja?”
“Emh, ya soalnya kalau sudah berhubungan dengan
Rendra Xing itu membuat bulu kudukku merinding. Sayang kita cari yang lainnya
saja ya, apapun itu akan aku belikan.”
“Hah! Dasar pengecut.” Tapi tidak kusangka seorang tuan muda Excel sepertimu masih tidak bisa
berkutik dengan orang yang bernama Rendra Xing, sebenarnya siapa sih dia? Aku
jadi penasaran. Sial!
Selesai membeli dress dan sepatu pesta Kanaya
dan Lou melanjutkan perjalanan mereka ke sebuah salon yang juga tak kalah
elitnya di kota itu.
Salah satu karyawan disalon itu meminta Kanaya
untuk masuk kesebuah ruangan untuk mencuci rambutnya terlebih dahulu.
Merekapun mengobrol dengan ramah,
ditengah-tengah obrolan itu ponsel Kanaya berdering, panggilan
masuk dari kekasih kontraknya Rendra “Hallo,
aku sedang bersiap-siap.”
“Ingat, jangan sampai terlambat!”
“Ya tenang saja
sekretarismu melakukan tugasnya dengan baik. Jadi aku tidak akan terlambat, nanti
ku hubungi lagi, mereka mau make over padaku.”
Setelah satu jam di make over oleh tangan professional, “Wah, cantik sekali kulit
wajahmu juga sangat bersih kau pasti melakukan perawatan mahal.”
“Mana ada, aku hanya
rutin menggunakan skincare pagi dan malam, memakai minyak zaitun diwajahku dan
setiap malam sebelum tidur aku selalu menggunakan aloevera gel hanya itu saja.”
“Benarkah?”
Perias itu terkagum-kagum dengan kecantikan Kanaya.
Lou dibuat pangling dengan penampilan Kanaya di sore itu, Kanaya benar-benar tampil
cantik dengan tubuh berbalut dress biru dan sepatu pesta yang berhiaskan
blink-blink silver.
Mendapatkan pandangan seperti itu membuat Kanaya tersipu malu.
“Pestanya akan segera dimulai.” Kanaya hanya diam dan mengangguk.
Dan sampailah mereka di Villa mewah milik keluarga Jordy. Lou membukakan pintu
mobil dan memberinya uluran tangan.
“Sekretaris Lou
bagaimana menurutmu penampilanku? Aku sangat gugup.”
“Nona anda tidak perlu khawatir, malam ini anda sangat cantik.” Lou dan Kanaya pun
tiba di ruang utama acara pertunangan itu.
“Rendra.” Sesaat Rendra dibuat terkesan dengan penampilan Kanaya yang menggunakan dress biru sepatu
pesta berhiaskan blink-blink silver dengan rambut yang di curly riasan makeup
yang sangat cantik membuatnya mendapatkan perhatian dari seoang Rendra Xing.
Rendra melirikkan matanya ke arah Lou dan memberinya isyarat untuk segera pergi, “Nona
saya permisi dulu masih ada pekerjaan yang harus saya selesaikan.”
Rendra mendekati Kanaya dan memulai perbincangan. “Kau tidak perlu membawa hadiah.”
“Mana bisa begitu, bukankah ini acara yang penting.” Banyak sekali tamu undangannya, dilihat dari
manapun mereka semua benar-benar dari kelas elit.
Kanaya tak ada hentinya menatap tuan muda yang menjadi kekasih konraknya itu, di pesta
elit ini Rendra mengenakan jas putih dan kemeja biru dengan tampilan yang cassual
nan elegan membuatnya semakin banyak mendapatkan perhatian dari pasang mata
yang hadir pada pesta itu. Tampan sekali.
MC memulai acara pertunangan itu, semua tamu pada malam itu menikmati jamuan
mewah.
“Selamat ya Jordy.” Seseorang menyebut nama Jordy dan membuat Kanaya penasaran siapa itu
Jordy? Perlahan Kanaya melangkahkan kakinya mengikuti pria itu. Kanaya terkejut
saat mengetahui siapa itu Jordy. Jordy menatap kearah kanaya, “Oh hai, kau
datang juga. Salam kenal.”
“Hah!!! Jadi kau yang bernama Jordy?”
Tanpa merasa bersalah Jordy mengulurkan tangannya dan mengajak Kanaya berkenalan “Ya,
aku Jor –“
BUGH!!
Kanaya menginjak kaki Jordy dengan highheels 5 sentimeternya itu. Jordy tak
kuasa menahan rasa sakit itu dan hanya mampu menggembungkan kedua pipinya
sembari menahan sakit. Karena tak mungkin ia akan berteriak di acara semegah
itu.
“Ka– kau, aku akan memberimu pelajaran.” Jordy memegang tangan kiri Kanaya.
“Hm, rasakan itu dasar mesum.”
“Jangan menyentuhnya!” Rendra datang menengahi mereka berdua.
“Tak ku sangka kau akan datang dengannya.” Jordy merapihkan jaz yang ia pakai
“Perempuan, Kau masih dendam padaku?! Aku minta maaf soal waktu itu.”
“Hmph!!”Kanaya memalingkan wajahnya “Permintaan
maafmu tidak tulus dan namaku Kanaya jangan memanggilku perempuan.”
“Kau!”
Tak lama kemudian ke tiga tuan muda lainnya dan Miranda tunangan Jordy datang
berkumpul dengan mereka. Malam itu mereka menghabiskan waktu bersama, canda
tawa menyelimuti mereka dimalam itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
💐Tuti Komalasari💐
masih jadi pacar udah dikasih kartu limit, enak banget Kanaya 😄
2022-03-26
1
Har Tini
good kanaya berani 👍👍👍😅😅
2021-07-20
1
Tasya
hahahah...aku suka cerita mu Thorr..
kanaya Orang yg Pemberani aku suka 👌👌👌
2021-07-11
2