Buntu

Dan di saat aku tidak berangkat kuliah, ternyata mas Rifan seperti biasa menungguku.

“Haizz.. Ini perempuan kemana sih? Katanya hari ini mau kuliah, tapi dari tadi ga nongol-nongol. Ditelponin juga ga diangkat-angkat.” Gumam mas Rifan sambil memegang Hp

Setelah tidak juga mendapatkan kabar dari ku, mas Rifan akhirnya memutuskan untuk datang kerumahku

Sesampainya dirumahku, ternyata aku sedang mengkalkulasikan semua pendapatan jikalau aku harus mencari pekerjaan tambahan.

“Ternyata bisa seumur hidup aku membayarnya. Bagaimana ini?” gumamku yang disaat bersamaan terdengar suara ketukan pintu

“Eh mas Rifan.” Ucapku saat membukakan pintu

“Kamu kenapa ga kuliah?” tanya mas Rifan

“Aku sepertinya ingin berhenti saja.” Sahutku

“Apa? Berhenti kuliah?” tanyanya terkejut

“Iya mas. Aku mau mencari pekerjaan tambahan untuk membayar hutangku sama mas.” Ucapku

“Ya ampun Cilla. Kamu sampai segitunya ingin membayar uangku itu?” ucap mas Rifan

“Iya mas. Aku ga mau berhutang budi pada mas.” Sahutku

“Lalu, sudah kamu dapatkan tempat buat kamu kerja tambahan lagi?” tanyanya

“Belum mas.” Sahutku lirih

“Cilla.. Cilla.. Aku kan udah bilang ke kamu. Aku ikhlas. Kamu ga usah dipikirkan masalah itu.” Ucap mas Rifan

“Ga mas. Aku ga akan menyerah. Aku akan berusaha terus untuk bisa membayar uang mas.” Ucapku

“Itu terserah kamu. Aku ga bisa ngomong apa-apa lagi.” Ucap mas Rifan

“Terimakasih mas.” Ucapku

“Iya.” Sahutnya singkat

***********************************

Ke esokan harinya, aku ijin setengah hari dari kantor untuk mengurus prosedur pengunduran diri kuliah. Namun ternyata tidak bisa. Karena kuliahku ini yang membiayai pihak kantor.

Disaat aku sedang pusing, aku melihat mas Rifan yang dikelilingi oleh banyak mahasiswi. Aku ga ngerti kenapa bisa begitu. Lalu aku putuskan untuk bertanya kepada salah satu mahasiswa yang lewat

“Itu siapa ya? Kok banyak mahasiswi yang mengelilinginya?” tanyaku

“Oh itu pak Rifan. Banyak mahasiswi disini yang ingin sekali jadi pacarnya.” Jelas mahasiswa itu

“Oh begitu. Ya udah makasih ya.” Ucapku dan diapun mengangguk

Ketika aku diam-diam memperhatikannya dari kejauhan, tiba-tiba dia melihatku dan akupun langsung pergi secepat mungkin dari tempat itu.

Saat di jalan, aku lagi-lagi berjalan dengan langkah lemas. Bagaimana tidak lemas, aku ga tahu harus bagaimana lagi mencari uang tambahan untuk membayar semua hutangku ke mas Rifan.

Saat sampai di sebuah taman, akupun duduk termangu. Hingga akhirnya seseorang menegurku

“Cilla, kamu ngapain duduk disini?” tanya mas Rifan yang ternyata mengikutiku dari tadi

“Mas. Kok mas tau aku ada disini?” tanyaku

“Aku tadi mengikutimu.” Sahutnya

“Kok bisa?” ucapku bingung

“Emang kenapa ga bisa?!” ucapnya

“Tapi tadikan mas Rifan sedang...” ucapku yang tidak aku lanjutkan

“Oh tadi? Kenapa? Kamu cemburu?” godanya

“Huh.. Siapa juga yang cemburu?!” ucapku

“benarkah? Klo iya cemburu juga ga apa-apa kok.” Godanya lagi

“Ih apaan sih mas ini?!” sahutku dan diapun tersenyum

“Ada apa cil? Kenapa kamu seperti sedang ada yang dipikirkan.” Ucapnya