Goes to Jakarta

Jakarta...

.

.

.

" Hua ... akhirnya sampai juga." Stella merentangkan kedua tangannya ke atas sambil menikmati udara ibu kota yang cukup terkenal dengan polusinya.

Gadis itu mengambil ponselnya dari dalam saku celana jeansnya, kemudian mendial nomor kakaknya untuk mengetahui keberadaan kakaknya itu. Perlahan deringan memanggil berubah menjadi suara seorang gadis yang sangat Stella hapal.

"Hal–"

" Kak Lo dimana sih? Gue udah sampai nih." Sembur Stella, bahkan sebelum orang di sebrang sana menyelesaikan ucapannya. Stella celingak-celinguk melihat keadan sekitar Jakarta lebih tepatnya di tempat ia berdiri sekarang.

" Sorry dek, kayaknya gue gak bisa jemput Lo deh dek, gue udah ada janji sama pacar gue, Lo pulang naik taksi aja, ntar bilang kesopirnya perumahan Pondok Indah, jalan Cempaka no 24, dia pasti tau kok. Ntar kalau udah sampai Lo cari aja rumah yang warna merah dengan pagar warna hitam bermotif bunga-bunga emas di pagarnyaa," ucap Renata dari sebrang sana yang tak lain adalah kakaknya Stella.

" Renata!! Lo tega amat sih sama adek sendiri jugaan, masak Lo lebih mentingin pacar dari pada gue yang jelas-jelas adek Lo." Gadis itu memaki kakaknya. Wajahnya sangat kentara sekali, bahwa Ia sangat kesal pada orang di sebrang sana. Padahal ini adalah hari pertamanya di Jakarta, tapi kakaknya justru malah memilih pacarnya ketimbang menjemput dirinya.

" Ya jelas dunds gue lebih mentingin pacar gue dari pada Lo. Secara dia itu pacar gue yang guanteng ... sangat. Jadi tak elok untuk gue abaikan, sementara Lo kan cewe bar-bar jadi gue yakin lah Lo gak mungkin gak bisa ngelindungi diri Lo sendiri. Bye adekku tersayang." Renata mematikan sambungannya secara sepihak membuat Stella naik pitam dan ingin memaki-maki kakaknya sekarang juga.

" Awas aja lo Renata, kalau gue ketemu lo di rumah gue bikin Lo jadi sambal belacan dah. " Dengan emosi yang masih membara Dia memutuskan pergi mencari taxi untuk menuju rumah sang kakak laknat.

"Taxi ...." Stella melambaikan tangannya saat sebuah mobil melintas di depannya.

Di saat ia ingin membuka pintu mobil, tiba- tiba saja ada sebuah tangan yang memegang gagang pintu bersamanya. Hal itu membuatnya menoleh dan menatap sang pemilik tangan.

"Maaf Mas, saya deluan tadi yang memanggil taxi ini." Stella berkata seramah mungkin kepada si pemilik tangan tadi, sementara yang diajak bicara hanya memasang wajah datar.

"Mas, Mas dengar saya gak?" Stella melambaikan tangannya di depan wajah datar itu

Ntah apa yang sedang dilakukan si pemuda itu yang pasti ia mengeluarkan selembaran uang seratus ribu, kemudian menyodorkannya ke arah Stella.

"Apa ini?" Stella menatap bingung sosok pemuda yang ada di hadapannya itu.

"Ambil uang itu, dan cari taxi lain." Pemuda itu berjalan memasuki taxi yang tadi di panggil Stella, sementara Stella hanya mematung sambil menatapi uang yang ia pegang, sebelum suara pemuda itu mengagetkannya kembali.

"Dan satu lagi, jangan panggil saya mas, saya bukan mas kamu." Kemudian taxi itu berjalan meninggalkan Stella yang ingin protes terhadap si pemuda.

"Woy kampret, songong amat Lo. Lihat aja kalau kita ketemu lagi, bakalan gue bikin Lo menyesal dan memohon maaf dari gue," ucap Stella yang menggebu-gebu saat taxi itu perlahan menjauhinya.

"Ganteng-ganteng songong." Stella terdiam, ia tampak berfikir sejenak, "Ganteng? gue bicara apa sih, muka datar kayak triplek gitu gue bilang ganteng, udah gak waras kali gue yah." Stella mengedikkan bahunya kemudian kembali mencari taxi lain.

****

"Non kita sudah sampai di perumahan pondok Indah, rumah non yang mana yah?" ucap seorang sopir taxi yang di tumpangi oleh Stella.

"Oh iyah pak rumah no 24, warna merah, pagar hitam bermotif bunga emas." Stella memberitahukan alamat kepada sang sopir sesuai dengan yang diberitahukan oleh kakaknya tadi.

Setelah berjalan mengelilingi perumahan tersebut, ternyata rumah Renata berada diblok B, yang tak jauh dari tempat pertama mereka berhenti, Stella turun dan membayar taxi tersebut kemudian berjalan menuju rumah sang kakak.

" Lah, ini rumah kok gelap bangat yak? Kayak gak ada hawa-hawa kehidupan gitu. Itu si Renata ngapain aja sih di rumahnya, rumah gedek gini tapi kok kayak gak ada kehidupan."

Stella melenggang masuk setelah puas mengomentari rumah yang memang sedikit terlihat tidak berwana dan sedikit menyeramkan.

Betapa terkejutnya Stella melihat keadaan rumah kakaknya saat ia memasuki rumah dan menghidupkan lampu.

" Astaga ... Renata!! ini rumah atau kapal pecah sih, berantakan banget. Dasar Renata kerjaannya pacaran mulu." Mata gadis itu membulat, saat melihat kondisi rumah kakaknya tampak seperti bukan sebuah rumah berpenghuni.

Hadeh rumah ini udah bukan seperti rumah lagi, mending gue bersih-bersih aja deh dari pada harus tinggal di rumah yang kotor gini. Batin Stella. Tangannya terangkat mengelus dada. Terus mengucap agar tidak kelepasan menyumpah sarapahi pemilik rumah tersebut.

Kemudian Stella pergi mencari sapu dan pel untuk membersihkan rumahnya Renata.

****

Akhirnya selesai, tinggal nunggu Renata pulang terus maki maki dia deh. Batin Stella.

Kemudian Stella duduk bersender di sofa yang lumayan empuk untuk beristirahat sejenak sambil menunggu kakak nya itu pulang.

"Rumah ... i'm come back." Renata belum sadar dengan kehadiran Stella, namun dia merasa heran mengapa rumahnya jauh lebih bersih dari sebelumnya.

" Uwah ... rumah gue kok jadi lebih kinclong yah, snak yang berserak di situ tadi, juga sudah bersih, siapa yang bersihin? Perasaan tadi sebelum pergi rumah gue berantakan deh." Gumam Renata sambil memperhatikan lantai yang sudah kinclong dan meja makan yang sudah beres.

"Apa jangan-jangan ada malaikat atau peri tadi yah? Secara kan gue anak yang baik, mungkin dia iba ngelihat gue hidup sendirian seperti ini dan mengerjakan banyak pekerjaan rumah, jadi mereka datang untuk membantu gue beresin rumah. " Renata mulai ngelantur dan membayangkan hal hal yang tidak masuk akal, sampai ia tidak tau bahwa Stella dari tadi berdiri di belakangnya dan mendegarkan seluruh ucapannya.

"Malaikat ndasmu, gue yang bersihin rumah lo, enak bat yah lo ... pergi pacaran pulangnya rumah udah beres." Renata membalikkan badannya karena mendengar suara yang dikenali oleh sang empunya, ia melihat Stella yang sudah berdiri di belakangnya dengan berkacak pinggang.

" Hehe, kapan datangnya adekku tersayang?" Renata merangkul pundak Stella dengan cengirannya yang tak henti henti.

" Kamu pasti capek yh ... ayo duduk dulu." Renata menarik lengan Stella sebelum Stella mengamuk padanya, tapi naas belum sempat Renata memujuk Stella, Stella sudah lebih dulu mengamuk padanya.

" Renata ... lo ini yah ... lo benar-benar klewatan tau gak sih? Adek lo sendiri dibiarkan di tengah jalan sendirian di kota yang belum dikenalnya sama sekali, kalau gue hilang, diculik atau dirampok gimana? Lo tau sendirikan gue baru di sini, gue belum tau jalan-jalan di sini, gue juga gak punya kenalan selain lo, lo malah sibuk pacaran, gue aduin nyokap lo baru tau rasa. " Stella berbicara

panjang x lebar dengan kecepatan tinggi sekitar 8km/jam tanpa berhenti sedikit pun, sehingga Renata dibuat punyeng olehnya.

" Stop ...." Renata memajukan lengannya dengan telapak tangan yang terbuka seperti seseorang yang sedang menghentikan sesuatu.

" Stop Stel!! Pusing gue dengarnya, lo gak capek apa ngomong kayak gitu, gue aja yang dengarnya capek, masak lo nggak. Oke gue akui gue salah, gue minta maaf." Renata pergi dari hadapan Stella, karena ia memang merasa lelah ditambah lagi dengan suara Stella yang membuatnya pusing 7 keliling.

" Idih ... kakak songong, adeknya bicara bukan didengarin malah pergi. " Stella sedikit berteriak agar kakaknya tersebut bisa mendengar perkataannya.

"Terserah lo dah capek gue." Balas Renata yang juga sedikit berteriak.

****

~NB: JGN LUPA LIKE, KOMEN AND RATING,

THANK YOU GUYS:)~

Terpopuler

Comments

Yuni Verro

Yuni Verro

parah bad girl tapi cerewet

2022-06-03

0

Regaz Zapoetra

Regaz Zapoetra

ko bs sih thor anak gadis punya rumah sendiri,d kawasan pondok indah lg dan jg ko ank gadis tinggal sendiri tuh KK nya stela

2021-12-25

1

BINTANG PENGHACUR

BINTANG PENGHACUR

keluarga impian gw, pertengkaran setiap hari, tapi tetep saling menyayangi, lah gw pertengkaran sama kakak gw selama 2 tahun gw kabur dari rumah, entahlah kapan gw pulang...kangen juga sih hehehe...

2021-12-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!