Legend Of Lyan
Halo, cuma ingin menyampaikan kalau ini cara penulisan tahun lalu. Berhubung cerita ini sudah lebih dari 200 bab, saya tidak bisa revisi sekarang. Kalau novel ini sudah tamat baru saya akan revisi kembali.
***
"Maafkan ibu yang tidak bisa merawatmu dan melihatmu tumbuh besar bersama ayahmu, Nak. Meskipun baru berusia 10 bulan, kau harus bisa menjalani hidup yang keras ini."
Dengan nafas yang sudah terengah-engah sambil membawa seorang bayi yang berada di dalam keranjang, perempuan separuh baya yang daritadi sudah bersimbah darah ini terus berjalan sempoyongan sampai pada akhirnya dia tiba di depan sungai. Dengan darah yang terus bercucuran dan nafas yang hampir putus, perempuan paruh baya ini berusaha meletakkan bayinya yang berada di dalam keranjang ke sungai.
"Semoga orang yang menemukanmu kelak adalah orang baik. Semoga hidupmu bahagia. Kelak jadilah pria yang bijak dan kuat, jadilah pria yang bisa membuat orang tua-mu di masa depan bangga terhadapmu. Ayah dan ibu akan selalu bersamamu, Nak. Kami akan selalu melindungimu dari atas sana."
Kemudian perempuan paruh baya itu tergeletak, menghembuskan nafas terkhirnya. Menandakan akhir dari hidup perempuan paruh baya itu. Terlihat wajah perempuan paruh baya tersebut tersenyum cerah. Senyum yang menandakan kepuasan seorang ibu yang telah berhasil menyelamatkan nyawa anaknya.
Dilain sisi, terjadi perang yang cukup panjang di kota Langit. Hanya terlihat seorang pria yang sudah kelelahan karena terus bertarung seorang diri melawan puluhan prajurit yang tersisa. sudah banyak korban jiwa tergeletak disana, kira-kira ada sekitar tujuh ribu korban jiwa.
"Kemari kalian semua! Atas nama langit, aku bersumpah akan membinasakan kalian semua yang telah merengut nyawa semua penduduk!" Pria tersebut berseru lantang kepada para prajurit.
Meskipun pria tersebut sudah kelelahan, tetapi terlihat tidak ada satu pun prajurit yang berani maju untuk menyerang pria tersebut. Disaat pria tersebut berjalan melangkah ke depan, prajurit yang tersisa berjalan mundur dengan wajah ketakutan. Bahkan ada yang mengompol dicelana karena ketakutan dan ada beberapa prajurit yang berusaha melarikan diri. Tetapi naas bagi prajurit yang melarikan diri itu, mereka terbunuh oleh seseorang dalam sekejap hanya dengan satu serangan. Ada yang kepalanya terputus, ada yang tubuhnya terbelah menjadi dua dan beberapa bagian. Sontak prajurit yang masih tersisa itu kaget sambil gemetaran setelah melihat kejadian tersebut. Sambil bersujud dan menundukkan kepala kepada seseorang yang telah membunuh prajurit yang berusaha melarikan diri tersebut, Mereka pun berbicara sambil gemetaran.
"Jendral ampuni nyawa kami, monster itu terlalu kuat, kami tidak sanggup menanganinya jendral." Kata salah satu prajurit sambil gemetaran.
"Baiklah aku akan mengampuni nyawa kalian." Sang jendral berucap dengan wajah datar.
Sejenak perkataan dari sang jendral membuat para prajurit tenang dan bernafas lega, akan tetapi ketenangan itu sejenak sirna berubah menjadi sebuah ketegangan ketika mereka melihat tangan sang jendral mengeluarkan seberkas cahaya hitam yang keluar dari tangan kiri sang jendral.
"Hiduplah dengan damai di neraka sana para sampah tidak berguna." Jendral itu mulai menyeringai.
Terjadi ledakan besar setelah sang jendral mengarahkan seberkas cahaya hitam tersebut kepada para prajurit, ketika debu dan asap sudah menipis, yang terlihat hanya darah yang memenuhi tanah. Para prajurit pun tewas mengenaskan tanpa menyisakan jasad sama sekali.
Sambil menatap sang jendral pria itu pun berkeringat dingin karena tau seberapa kuat jendral pimpinan musuh, tapi bukannya takut, pria tersebut tersenyum dan mengarahkan telunjuk tangannya kepada jendral yang berjalan menuju kearahnya.
"Kau dalang dari semua ini Jendral Ular brengsek, akan kulenyapkan kau...!!!". Kata pria tersebut.
Sambil berlari kearah jendral ular, pria tersebut berteriak sambil mengarahkan tinjunya ketubuh jendral ular.
"Pukulan 7 Halilintar...!!!".
Konon jurus ini adalah jurus yang diwariskan kepada keluarga Edward secara turun menurun. 300 tahun yang lalu, jurus ini sempat membuat geger Benua Gelap karena kekuatan menghancurkannya yang ganas bagaikan disambar halilintar, siapapun yang terkena jurus ini maka akan dipastikan binasa. Tetapi diluar dugaan, jendral ular dapat menahan jurus ini dengan mudah tanpa ada luka sedikitpun ditubuhnya.
"Apa?! Mustahil..!!!! Jurus Pukulan 7 Halilintarku tidak mempan sama sekali terhadapnya??, Mungkin Pukulan 7 Halilintarku memang belum sempurna, tetapi bagaimana si brengsek ini bisa menahannya tanpa terluka sedikitpun meskipun belum sempurna?" Gumam pria itu dalam hati.
"Hahaha, apa ini jurus Pukulan 7 Halilintar yang dibangga-banggakan 300 tahun silam? Apa hebatnya jurus ini? Aku tidak merasakan sakit sama sekali, malahan ini seperti digelitik oleh seekor serangga" Kata jendral ular sambil tertawa meremehkan.
"Tutup mulutmu! Jurus ini belum sempurna dan aku telah kehabisan tenaga karena melawan para prajurit sampahmu itu! , Jika jurusku sudah sempurna dan kondisiku prima, kau akan mati dalam satu serangan tadi..!!!" Teriak pria tersebut dengan emosi yang meluap-luap.
"Apakah benar? kudengar kau Gio Edward yang katanya merupakan penerus terbaik dan bibit terbaik dikota ini yang akan menggemparkan seluruh benua dimasa depan kelak... Apa seperti ini bibit terbaik dari Kota Langit? Oh, ini sungguh menjijikan jika aku percaya dengan mitos yang tersebar dikota ini. Hahahahaha" Kata sang jendral sambil tertawa.
"Diam kau, sialan!" teriak Gio Edward.
Kesal mendengar hinaan dari jendral ular akhirnya Gio Edward melayangkan sebuah pukulan lagi kepada jendral ular, tapi sayang, pukulan tersebut dapat ditahan dengan mudah oleh jendral ular dan jendral ularpun mencengkram leher Gio Edward dengan kuat, sampai dia kesulitan bernafas.
"Sudah habis waktu bermain-mainnya, kukira akan ada sedikit pertunjukkan menarik ketika berhadapan denganmu, tetapi ini sungguh mengecewakan, kau sama saja seperti para prajurit sampah itu, kalian hanya semut kecil yang lemah. Sekarang katakan padaku, dimana kau menyembunyikan benda itu?" Tanya jendral ular.
"Kau pikir aku bodoh akan mengatalan dimana keberadaan benda itu? Puihh..!!!" kata Gio Edward sambil meludahi wajah jendral ular"
Jendral ular pun dengan geram langsung menghunjamkan tangannya menembus tubuh Gio Edward. Darah segar bercucuran dari tubuhnya yang telah dilubangi oleh jendral ular. Dia pun memuntahkan darah segar, tetapi anehnya dia masih bisa tertawa meskipun nyawanya sudah diujung tanduk.
"Meskipun aku mati, aku tidak akan memberitahukan kau dimana letak benda itu. Bunuhlah aku sekarang wahai brengsek..!!!. Semuanya tidak akan berakhir jika aku sudah mati, anakku pasti akan membalas semua perbuatan kejimu yang telah membantai orangtua nya dan seluruh warga dikota ini. Sampai saat itu datang kau tidak akan bisa tidur nyenyak jendral brengsek...!!!! HAHAHAHAHA." Kata Gio Edward sambil tertawa puas.
Setelah tertawa, Gio Edward pun tewas, dan jendral ularpun menghancurkan mayatnya sampai tak tersisa sama sekali.
"Hmm, si brengsek ini sampai akhir ajalnya pun tetap tidak memberitahukan dimana lokasi benda itu disembunyikan,benda itu pasti dipegang oleh anaknya, aku harus mencari dan menemukan benda itu secepatnya." Gumamnya dalam hati.
Jendral ular pun pergi meninggalkan Kota Langit, kota yang dulu nya tenang dan damai, kini hancur bagaikan neraka. Tak ada kedamaian lagi yang terlihat di kota ini, melainkan hanya ribuan mayat yang berserakan. Kota Langit yang dikenal sebagai kota yang memiliki banyak penerus berbakat akhirnya telah tenggelam setelah insiden ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 420 Episodes
Comments
bubur_JADI_ayam
mantaaap
keren
2024-04-29
0
Derajat
Semoga tdk ditinggal ditengah jalan
2024-02-11
0
K4k3k 8¤d¤
💗✌🏻💗✌🏻💗✌🏻💗✌🏻💗
2024-01-22
0