Terjebak

Tiba- tiba....

"Do, aku nyerah" Kata Rachel sembari menghentikan langkah kakinya. Dia benar-benar kesusahan memapah Rafa. Baru saja beberapa langkah saja dia sudah ngos-ngosan. "Aku gak kuat, sumpah. Kak Rafa berat banget. Mending kamu cari bantuan diluar sana, dan aku yang nemenin kak Rafa disini" kata Rachel, dan dengan cepat langsung mendapatkan penolakan keras dari Aldo dengan menggelengkan kepalanya dengan cepat sembari membawa Rafa duduk diatas lantai tak jauh dari pintu, dan diikuti Rachel.

"Kamu gila chel?Aku gak mungkin ninggalin kamu sendiri disini, kalo ada apa-apa sama kamu gimana? Aku gak mau mengambil resiko dengan ninggalin kamu sendirian. Kita ninggalin aja dulu si Rafa disini, dan kita cari bantuan sama-sama"

"Ayolah do, aku gak bakal kenapa-napa. Kita gak bisa buang-buang waktu dengan berdebat seperti ini. Kalo kita terus-terusan disini, bisa bahaya. Kita berdua bisa saja ketahuan sama orang-orang yang nyekap kak Rafa, dan aku gak bisa bayangin apa yang mereka lakuin ke kita kalo itu sampai terjadi. Kita udah masuk tempat ini tanpa izin dan mencoba menolong Rafa buat keluar dari sini."

"Kenapa gak kamu aja yang cari bantuan dan aku tunggu disini?"

"Karena aku yakin kamu bisa lebih cepat cari bantuannya dari pada aku." Rachel memberikan senyum tulus dan meyakinkan pada Aldo dan tanpa membuang waktu lagi Rachel mendorong Aldo untuk keluar dari ruangan tempat disekapnya seorang Rafa.

"Aku pasti kembali dengan cepat. Jaga diri kamu baik-baik chel. Aku gak mau kamu celaka" Ucap Aldo memutuskan untuk mengikuti perkataan Rachel, dan benar-benar meninggalkan Rachel di rumah itu. Tanpa mereka sadari sebenarnya orang yang mereka tolong tidak pingsan, hanya saja dia merasa kepalanya sangat sakit sehingga dia malas membuka matanya dan tidak mampu lagi mengeluarkan banyak suara. Karena sudah hampir dua hari dia disekap oleh musuh ayahnya diruangan tersebut, tanpa diberi makan dan minum.

"Ra..chel" Rachel tersentak saat mendengar suara serak seseorang memanggilnya, gadis berparas cantik itu juga merasakan seseorang menyentuh lengannya. Seketika ia menengok kearah samping, matanya bertemu dengan sorot mata elang milik Rafa.

"Lo udah sadar kak?" Rachel mengernyit bingung saat dilihatnya Rafa menggeleng. Bukannya laki-laki tampan itu sedaritadi pingsan? Batin Rachel dalam hati

"Lah terus?"

"Ha..us" ucap Rafa tanpa menjawab pertanyaan dari Rachel. Dia merasa tenggorokannya sangat kering. Rachel yang mengerti maksud Rafa akhirnya memberikan Air mineral yang dia bawah dari rumah buat jaga-jaga karena bisa saja dia kehausan menelusuri rumah kosong tersebut. Tanpa berpikir panjang dia memberikan air minumnya untuk Rafa dan sekalian juga dia memberikan roti yang ada dalam tas ranselnya pada kakak kelasnya itu, karena merasa kasihan dengan laki-laki dihadapannya yang terlihat pucat.

"Sebenarnya gue gak pingsan" Rafa berujar santai

"Kak Rafa pura-pura pingsan?"

"Bukan seperti itu, gue udah dua hari gak dikasih makan dan minum sama para penculik itu." Rachel melotot, tidak percaya dengan apa yang dikatakan Rafa. "Yah jadinya kepala gue pusing dan mata gue berat banget buat dibuka. Tenggorokan gue juga rasanya kering banget. Jadi waktu lo panggil nama gue, gue diam aja. Karena lo pasti akan nanya macam-macam dan harus gue jawab" Lanjutnya menjelaskan

"So, kok kak Rafa bisa diculik sama orang-orang jahat itu?" tanya Rachel penasaran

Rafa menyandarkan tubuhnya pada dinding yang ada dibelakangnya, "Panjang ceritanya"

"Btw, kok lo bisa ada di tempat ini?"

"Panjang ceritanya" Rafa terkekeh mendengar jawaban Rachel yang mengikutinya. Balas dendam, heh?

Rachel terpaku merasakan usapan dikepalanya. Rafa yang sedang tertawa adalah keindahan untuknya dan ditambah lagi dia merasa sangat nyaman dengan usapan Rafa. Rachel tersenyum, merasa bahagia dengan perlakuan hangat dari seorang 'Axelle Rafardhan Ellard'. Laki-laki tampan yang dikaguminya bukan karena ketampanannya saja, tapi karena seorang Rafa yang ramah, baik hati dan murah senyum. Dia juga tidak pernah meremehkan orang-orang yang berada jauh di dibawahnya.

Rafa menatap Rachel dengan lekat, "Makasih" Ucapnya kemudian.

"Buat?"

"Karena udah nolongin gue"

"Gak perlu berterimakasih, gue juga hanya kebetulan ada ditempat ini"

"Dan gue suka sama kebetulan ini" gumam Rafa sambil tersenyum, menatap Rachel penuh arti. Dan membuat gadis yang mempunyai rambut sebahu itu terdiam mencerna perkataan sang kakak kelasnya. Rachel menatap Rafa dalam dan baru sadar kalo laki-laki dihadapnnya ini memiliki iris mata berwarna cokelat.

Tiba-tiba mereka tersentak kaget saat beberapa langkah kaki terdengar menggema menuju kearah mereka.

Hening!!

Mereka berdua tidak lagi mendengar suara langkah kaki. Mereka merasa lega, tapi tak berapa lama kemudian terdengar pintu ruangan itu terbuka. Memperlihatkan segerombolan orang-orang berbaju hitam masuk kedalam ruangan itu menatap kedua remaja dengan tatapan tajam. Sontak saja mereka berdua berdiri, ingin kabur tapi langsung dihalangi oleh beberapa orang diantara mereka. Mereka tidak menyangka akan ketahuan secepat ini.

Rafa berpikir orang-orang jahat itu tidak akan datang, berhubung langit sudah gelap pertanda malam telah tiba. karena setelah menculiknya pada pagi hari kemarin saat dia akan pergi kesekolah, mereka meninggalkannya pada sore hari dan baru balik kembali pada pagi hari tadi, dan pergi lagi ketika hari sudah mau sore. Dan tak lama mereka pergi, Rachel datang. Dia merasa sangat lega, dan awalnya juga terkejut bahwa orang itu adalah Rachel. Setelah dia mendengar suara Rachel yang sangat dikenalnya.

Seperti pada malam kemarin, Rafa berpikir orang-orang jahat itu tidak akan datang pada malam ini. Mangkanya dia bersikap santai saat tenaganya mulai pulih, setelah perutnya terisi dengan minum dan memakan roti pemberian Rachel. Kenyataan bahwa dia ingin berlama-lama bersama Rachel membuatnya lalai. Seharusnya mereka cepat keluar dari tempat itu, saat Aldo belum juga datang membawa bantuan.

Ah, sial!! Makinya dalam hati

Rafa menatap benci pada laki-laki paruh baya yang baru saja memasuki ruangan tersebut, sambil menyeringai membalas tatapan Rafa. Kemudian tatapannya berpindah pada Rachel.

"Wah. Kita ternyata kedatangan tikus kecil" ucapnya dengan nada mengejek didalamnya.

"Aaaaaaaa!!"

Teriak Rachel. Saat dengan gerakan cepat tanpa bisa dicegah oleh Rafa, laki-laki paruh baya itu menjambak rambut hitam Rachel. "Ini akibatnya, karena begitu lancang masuk ke tempat ini"

Rafa geram dengan apa yang dilakukan laki-laki paruh baya itu, saat melihat wajah putih Rachel yang sudah memerah menahan sakit. Apa sebenarnya tujuan mereka? Apakah ini karena dia seorang Ellard? Dan ingin membalas dendam pada papahnya dengan menggunakannya? atau menculiknya karena ingin mendapat uang tebusan?Entahlah, dia hanya bisa menebak-nebak dan dia berharap semua bisa cepat berlalu karena dia tak tahan melihat Rachel yang kesakitan.

Terpopuler

Comments

Kecemplung Anyut

Kecemplung Anyut

seru thooor

2020-03-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!