Bagian lima Penculikan manis

Entah sudah berapa lama Shevana berkutat dengan berkas-berkas di depannya. Dia bahkan, menggunakan waktu yang harusnya saat ini dia sedang tidur cantik di ranjang kesayangannya harus tertunda karena dokumentasi yang harus dia ajukan besok.

Astaga.. Shevana ingin berteriak kasar! Sungguh. Bahkan ini sudah larut, tetapi Shevana masih harus menyelesaikan laporan sialan ini, malam ini juga!

Devil itu..

Ah, sudahlah! Sudah terlalu banyak umpatan yang menambah beban dosa Shevana. Dia tidak ingin menambahi lagi.

"Kau bisa melanjutkannya lagi besok. Ini sudah terlalu larut untuk waktu istirahat mu." ucap Leon yang sedikit tidak tega melihat Shevana berusaha keras menahan rasa kantuknya.

"Sebentar lagi, ini sudah hampir selesai." Shevana diam sejenak, "Kau bisa istirahat terlebih dulu jika mau. Nanti aku akan meminta bibi Mina untuk mengantarku keluar." ucap Shevana tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptop di depannya.

Leon menghela napas panjang, "Terserah kau saja." balasnya melangkahkan kaki meninggalkan Shevana sendirian.

Shevana melirik kepergian Leon lalu membuang napas lelah.

Apa dia tidak mengerti jika tadi hanyalah jawaban basa-basi Shevana? Oh, ayo lah.. Shevana juga lelah, tapi saat ini yang dia butuhkan bukan itu. Dia hanya ingin melihat Leon merasa bersalah padanya.

Tapi apa? Peduli saja dia tidak.

Devil itu benar-benar..

"Dasar tidak tahu malu. Ini juga karenanya, tetapi malah memilih untuk beristirahat lebih dulu." Shevana kembali membuang napas panjang. "Ya, sudahlah. Dia memang tidak peka!" cebik Shevana merasa kesal.

Sepeninggal Leon, rasa kantuk kembali menghampiri Shevana.

Dia sangat mengantuk sekarang. Shevana mengusap wajahnya lelah, Hanya tinggal mengcopy dokumen dan mengirimkannya ke email pria itu, dan Done. Finish!

'Come on! Shevana, kau pasti bisa.' gumamnya menyemangati. Lalu kembali berkutat dengan layar desktop di depannya.

Beberapa saat berlalu Shevana sudah tidak bisa menahan rasa kantuknya hingga tanpa sadar memejamkan mata sembari melipat kedua tangan sebagai bantal. Tidak lama setelah itu Leon kembali dengan membawa dua cangkir kopi di kedua tangannya. Menaruhnya di sisi meja yang lain sembari menatap Shevana lekat.

"Dasar keras kepala."

Leon menatapi wajah Shevana cukup lama. Dengan gerakan lambat Leon mengangkat satu tangannya membelai sisi wajah Shevana yang tampak polos tanpa make up berlebih.

Tadinya Leon hanya ingin memberi umpan untuk Shevana, memberikan tanggung jawab atas pekerjaan yang bisa membuat Shevana mau tidak mau mengharuskannya untuk ikut bersamanya ke paris. yang ternyata jauh dari ekspetasi nya.

Tapi..

Ya, sudahlah. Jika sudah terjadi, mau di bilang apa?

Leon kemudian menyelipkan kedua tanganya pada tungkai kaki Shevana juga leher belakang guna mengangkat tubuh kecil Shevana untuk memindahkannya kendalam kamar.

Sesampainya dikamar, Leon kemudian membaringkan tubuh Shevana, mengatur posisi agar Shevana merasa nyaman. Leon duduk di sisi ranjang sembari kembali menatapi wajah Shevana dalam. Relung hatinya menghangat.

Leon tidak tahu sejak kapan rasa asing yang akhir-akhir ini sering dia rasakan selalu muncul ketika dia bersama Shevana. Bagi Leon, Shevana seolah memiliki sesuatu hal yang tidak bisa Leon temukan dalam diri orang lain.

Ada yang berbeda, Leon merasa tenang ketika melihat wajah Shevana berada dekat dengannya. Leon merasa lebih nyaman ketika Shevana terlihat dalam jangkauan matanya. Tatapan galak juga mulut pedas Shevana seolah menjadi hal yang sekarang ini Leon butuhkan. Segala hal yang dilakukan Shevana tampak menarik bagi Leon. Bukan, Lebih tepatnya segala hal yang Shevana lakukan Leon menyukainya.

"Apa yang sudah kau lakukan padaku, Ana.." bisik Leon pelan sebelum meninggalkan kecupan singkat di kening Shevana. Menyelimutinya dan kembali memastikan Shevana cukup merasa nyaman dengan posisinya sebelum mengambil ponsel untuk menghubungi seseorang.

**

UNKNOWN PLACE | AT 08:11 AM

Suara kasak - kusuk mulai terdengar dalam indera pendengaran Shevana. Shevana menguap sembari merenggangkan tubuhnya ketika sinar mentari yang menyelinap masuk dari sela-sela horden kaca memaksanya untuk membuka mata. Shevana mengucek kedua matanya malas. Masih enggan membuka matanya.

Namun..

Shevana meraba kasurnya. Senigatnya, kasur apartemennya tidaklah sebesar dan senyaman ini. Juga, selimut halus yang membungkus tubuhnya juga tidak seperti selimut Shevana yang memiliki bau lavender. Bahkan, aromanya lebih menyerupai bau musk seperti kamar pria. Tunggu..

Shevana kemudian beringsut duduk ketika menyadari ada yang salah dengan kamarnya. Tidak. Lebih tepatnya kamar yang sedang ditempatinya.

"Maafkan saya menganggu tidur anda, Ma'am." ucap seseorang yang membuat Shevana segera menoleh kesamping.

Dengan wajah bingung Shevana mengerutkan dahi.

Siapa wanita ini?

Shevana tidak langsung menjawab ketika matanya mulai meyusuri isi ruangan. Kamar berdesign Eropa dengan didominasi warna hitam perpaduan warna cokelat keemasan membuat ruangan ini terlihat mewah. Shevana kembali mengernyitkan dahi, "Dimana ini?"

"Penthouse Tuan muda Leon, Nona."

Shevana berkedip dua kali.

Apa katanya?

Penthouse, Leon? Bukankah semalam Shevana masih berada di rumah pria itu? Lalu..

Wanita berseragam pelayan itu mengulas senyum tipis ketika melihat raut kebingungan di wajah Shevana dan akhirnya kembali bicara. "Anda sekarang berada di penthouse Tuan muda, Nona. Tepatnya di paris."

"Paris?!" Shevana membolakan mata.

Apa Shevana tidak salah dengar?

Dengan wajah bingung, pelayan itu hanya mengganguk kemudian berlalu untuk menyelesaikan pekerjaan yang sempat tertunda tadi.

Sebelum benar-benar pergi, Shevana terlihat menanyakan keberadaan Leon.

Dan disinilah dia sekarang. Berdiri dengan kedua tangan terlihat didepan dada sembari menyorot tajam pria yang juga tengah menatapnyanya dengan santai.

"Apa yang ingin kau sampaikan perihal ini?" geram Shevana menahan amarah.

Leon menyinggungkan senyum kecil kemudian menjawab santai. "Tidak ada."

"Tidak ada?" ulang Shevana semakin menatap tajam Leon.

Leon sendiri hanya menganggukan kepala santai. "Ada apa? Mengapa wajahmu merah?"

"Setelah menculikku dengan tanpa dosa kau katakan tidak ada? Kau menculikku, Leon! Apa yang bisa kau jelaskan tentang ini, huh!"

Demi Tuhan .. Ingin rasanya Shevana megumpat kasar.

"Aku hanya membawamu ikut bersamaku. Apa masalahnya?"

Hanya katanya?

Dan dia bertanya apa masalahnya?

"KAU TAHU AKU TAKUT NAIK PESAWAT! DAN KAU DENGAN SESUKA HATIMU MENCULIKKU KEMARI?! SEBENARNYA APA YANG ADA DI KEPALA TAMPANMU ITU, LEON! ASTAGA, YA Tuhan .." teriak Shevana terengah meluapkan emosi yang sejak tadi sudah mengepul di kepalanya.

Leon meringis, "Bisa kau pelankan suaramu, Ana? Teriakanmu bisa membuat pelayan disini berfikir lain tentangmu."

Shevana melotot. Bukan itu jawaban yang ingin di dengarnya.

"Memangnya apa peduliku?! Dengan kau membawaku kemari dalam keadaan tertidur saja sudah membuat orang lain berfikir yang tidak-tidak tentangku." jawab Shevana melotot garang.

Leon mengulum senyum mendengar protesan Shevana.

"Tidak usah pikirkan mereka jika begitu, sudahlah .. Ayo kita sarapan, sejak semalam kau belum memakan apapun." ajaknya menghampiri Shevana yang masih betah melototinya dengan tatapan tajamnya.

Shevana menepis tangan Leon ketika pria itu hendak meraih tangannya. Ia melirik sinis, "Apa pedulimu?! Tidak usah berpura-pura baik padaku. Itu tidak merubah apapun."

Leon membuang napas, "Ya sudah jika tidak mau."

Devil Ini benar-benar, ya!!

"Bagaimana kau akan bertanggung jawab atas kesalahanmu, Leon?!"

Leon menggelengkan kepala. "Aku tidak melakukan kesalahan apapun, Ana."

"Kau menculikku!"

"Dan kau masih baik-baik saja."

"Kau tahu aku takut naik pesawat dan kau malah menculikku kemari? Seriously, Leon? Apa kau benar-benar gila, huh?!"

Leon menatap Shevana lama, "Dan buktinya kau masih bernapas sekarang."

Benar juga.

"Tetap saja ini pelanggaran."

Leon menghembuskan napas panjang, "Jadi kau mau ikut sarapan atau tidak?"

Leon bodoh!

Shevana menghentakkan kakinya kesal, berjalan mengerutu kembali ke arah kamar yang sempat di tempatinya tadi.

Biarkan!

"Ana.."

Abaikan dia Shevana.

"Kau marah?"

Dia masih berani bertanya?! Ugh, oh! Dia memang pria gila!

Sialan!

Tidak berapa lama terdengar bunyi ketukan membuat Shevana yang sedang memainkan ponsel di kasur King bednya mencebik. Suara ketukan kembali terdengar tanpa henti membuat Shevana akhirnya beranjak dengan langkah malas.

Ketika membuka pintu, Shevana mengernyit melihat seorang pelayan membawakan nampan berisi makanan ke kamarnya. Shevana kemudian mengalihkan atensi pada pelayan didepannya.

"Saya membawakan sarapan untuk Anda, Nona.." ucap pelayan itu memperlihatkan nampan yang di bawanya.

Shevana berdecak. "Aku tidak lapar. Kau bisa membawanya kembali." balas Shevana kesal. Moodnya benar-benar hancur dan Shevana sedang tidak ingin memakan apapun saat ini.

"Maaf, Nona, tolong jangan mempersulit saya. Tuan akan memecat saya jika tidak memastikan Nona memakan sarapannya." ucap pelayan itu sembari menatap Shevana memohon.

Shevana mendesah lelah. Lagi-lagi pria itu berlaku sesukanya.

Mengalah. Shevana bergerak mengambil alih nampan itu kemudian berkata, "Aku akan memaksanya. Kau bisa melanjutkan pekerjaanmu." ucap Shevana terpaksa.

Pelayan itu mengukir senyum tipis, "Terimakasih, Nona."

Shevana hanya mengangguk kemudian kembali menutup pintu dan meletakkan nampan sarapannya di atas nakas.

Shevana melangkah menuju pintu balkon kemudian berdiri diantara pembatas besi dengan pandangan menerawang. Shevana tidak menyangka jika sekarang dia sedang berada di Paris. Kota romantis yang ingin di kunjunginya sejak dulu namun tidak pernah terlaksana karena ketakutanya naik pesawat.

Suasana balkon yang memperlihatkan keindahan Paris beserta gedung-gedung tinggi pencakar langit lainnya sedikit membuat perasaan Shevana merasa tenang. Pandangan matanya tertuju pada puncak menara Eiffel yang terlihat indah di hadapanya, Hawa sejuk membuat Shevana memilih memejamkan mata menikmati semilir angin yang membelai wajahnya.

Shevana tersentak kaget saat sepasang lengan kekar melingkari pinggangnya. Shevana mendelik sembari berusaha melepaskan kukungan Leon dari perutnya. Shevana mendesis, "Apa yang kau lakukan, Leon? Lepaskan tanganmu dari pinggangku."

Leon meletakkan dagunya diatas puncak kepala Shevana seraya menutup mata. "Menikmati pemandangan kota Paris. Apa lagi memangnya?"

Shevana mencebik kemudian mengangkat wajah yang membuatnya dapat dengan jelas melihat wajah Leon dari bawah. "Lalu mengapa harus seperti ini?"

"Seperti ini, bagaimana maksudmu?" tanya Leon balas menatap manik hijau Shevana.

Shevana mengerucutkan bibirnya, "Mengapa harus memelukku seperti ini!"

"Lalu, aku harus memelukmu seperti apa?" Leon kemudian semakin mengeratkan pelukannya dengan menenggelamkan wajah pada ceruk leher Shevana. "Apa Seperti ini .. "

Sejenak Shevana sempat terpaku. Perlakuan Leon tanpa sadar membuat degup jantung Shevana berdetak lebih cepat. Tidak.. Ini tidak baik untuknya.

"Kau mau membunuhku, huh?" Shevana menyentak lengan Leon kasar kemudian membalikkan badan menghadap Leon yang sedang terkekeh geli melihat raut wajah kesalnya.

"Tentu tidak." Leon meletakkan tanganya didagu, seolah berpikir. "Coba kau pikir, Kau masih terikat kontrak denganku. Artinya, jika kau mati cepat, aku akan rugi."

Shevana mendengkus, "Kalau begitu, kau saja yang mati cepat, agar aku bisa terbebas darimu."

Mendengar balasan Shevana membuat Leon terkekeh pelan.

"Jika aku mati cepat, aku takut kau akan menangisiku tujuh hari tujuh malam. Untuk itu .. Aku akan tetap hidup agar kau tidak menangis. So sweet, bukan?" balasnya menggoda.

"Gila! Kau terlalu banyak berhayal, Tuan." ketus Shevana memberengut kesal.

Leon tersenyum tipis melihat wajah polos Shevana yang sedang memberengut. Terlihat mengemaskan.

Lihat.. Dia bahkan terlihat sangat imut saat marah.

Terpopuler

Comments

Nenk Jelita

Nenk Jelita

hmmm

2022-06-21

0

nobita

nobita

Lion pria yg sangat romantis ya... wah so sweet bangetttt...

2021-12-24

0

Nona Cherry Jo

Nona Cherry Jo

visualnya dong thoor... 🙏🙏🙏

2021-09-14

1

lihat semua
Episodes
1 Bagian Satu Meet
2 Bagian Dua Mendapatkan mu
3 Bagian Tiga Gadis rewel
4 Bagian Empat Senyum misterius
5 Bagian lima Penculikan manis
6 Bagian Enam Jalan-jalan
7 Bagian Tujuh Ajakan Makan malam
8 Bagian Delapan Bukan Makan Malam biasa
9 Bagian Sembilan Wanita adalah hal merepotkan?
10 Bagian Sepuluh Pagi menyebalkan
11 Bagian Sebelas Nona muda Stevano?
12 Bagian Duabelas He's is a really Devil teaser
13 Bagian Tiga belas Piknik
14 Bagian Empat belas You are Mine
15 Bagian Lima belas Cara Stevano
16 Bagian Enam belas That really Devil
17 Bagian Tujuh belas Kata sandi
18 Bagian Delapan belas What, Wait?
19 Bagian Sembilan belas Negosiasi
20 Bagian Dua puluh Teka-teki
21 Bagian Dua satu Promise
22 Bagian Dua dua Fakta sebenarnya
23 Bagian Dua dua Fakta sebenarnya
24 Bagian Dua tiga Invitation
25 Bagian Dua empat Mengenal lebih
26 Bagian Dua lima Cemburu?
27 Bagian Dua enam insident in party
28 Bagian Dua tujuh Rahasia?
29 Bagian Dua delapan Sindrom
30 Bagian Dua sembilan Sisi Lain Leon
31 Bagian Tiga puluh Status
32 Bagian Tiga satu Hati yang lain
33 Bagian Tiga dua Pesan singkat
34 Bagian Tiga tiga Kontrak seumur hidup
35 Bagian Tiga empat Insiden
36 Bagian Tiga lima Not fine
37 Chapter 36 Teror
38 Chapter 37 Rahasia yang lain
39 Chapter 38 My Queen
40 Chapter 39 Kabar mengejutkan
41 Chapter 40 Not oke
42 Chapter 41 Stop it
43 Chapter 42 Menerima
44 Chapter 43 secret
45 Chapter 44 Mengakui
46 Chapter 45 Permintaan maaf
47 Chapter 45 Permintaan maaf
48 Chapter 45 Permintaan maaf
49 Chapter 46 Takdir
50 Chapter 47 Rindu?
51 Chapter 48 special party
52 Chapter 49 Yang terakhir
53 INFORMATION!
54 TOLONG BACA, PENTING!
55 Tolong baca, penting!
56 Cuap-cuap author seputar sequel MTDP
57 For your information!
58 MTDP Bagian Lima puluh~Kehidupan baru
59 MTDP | Bagian Lima satu The End
60 For you information
61 Extra part 0.01
62 INFO PENTING! TOLONG BACA
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Bagian Satu Meet
2
Bagian Dua Mendapatkan mu
3
Bagian Tiga Gadis rewel
4
Bagian Empat Senyum misterius
5
Bagian lima Penculikan manis
6
Bagian Enam Jalan-jalan
7
Bagian Tujuh Ajakan Makan malam
8
Bagian Delapan Bukan Makan Malam biasa
9
Bagian Sembilan Wanita adalah hal merepotkan?
10
Bagian Sepuluh Pagi menyebalkan
11
Bagian Sebelas Nona muda Stevano?
12
Bagian Duabelas He's is a really Devil teaser
13
Bagian Tiga belas Piknik
14
Bagian Empat belas You are Mine
15
Bagian Lima belas Cara Stevano
16
Bagian Enam belas That really Devil
17
Bagian Tujuh belas Kata sandi
18
Bagian Delapan belas What, Wait?
19
Bagian Sembilan belas Negosiasi
20
Bagian Dua puluh Teka-teki
21
Bagian Dua satu Promise
22
Bagian Dua dua Fakta sebenarnya
23
Bagian Dua dua Fakta sebenarnya
24
Bagian Dua tiga Invitation
25
Bagian Dua empat Mengenal lebih
26
Bagian Dua lima Cemburu?
27
Bagian Dua enam insident in party
28
Bagian Dua tujuh Rahasia?
29
Bagian Dua delapan Sindrom
30
Bagian Dua sembilan Sisi Lain Leon
31
Bagian Tiga puluh Status
32
Bagian Tiga satu Hati yang lain
33
Bagian Tiga dua Pesan singkat
34
Bagian Tiga tiga Kontrak seumur hidup
35
Bagian Tiga empat Insiden
36
Bagian Tiga lima Not fine
37
Chapter 36 Teror
38
Chapter 37 Rahasia yang lain
39
Chapter 38 My Queen
40
Chapter 39 Kabar mengejutkan
41
Chapter 40 Not oke
42
Chapter 41 Stop it
43
Chapter 42 Menerima
44
Chapter 43 secret
45
Chapter 44 Mengakui
46
Chapter 45 Permintaan maaf
47
Chapter 45 Permintaan maaf
48
Chapter 45 Permintaan maaf
49
Chapter 46 Takdir
50
Chapter 47 Rindu?
51
Chapter 48 special party
52
Chapter 49 Yang terakhir
53
INFORMATION!
54
TOLONG BACA, PENTING!
55
Tolong baca, penting!
56
Cuap-cuap author seputar sequel MTDP
57
For your information!
58
MTDP Bagian Lima puluh~Kehidupan baru
59
MTDP | Bagian Lima satu The End
60
For you information
61
Extra part 0.01
62
INFO PENTING! TOLONG BACA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!