Tak terasa sudah seminggu Shevana bekerja menjadi sekretaris Leon. Di mana dia harus menyabarkan hatinya mengahadapi sifat Leon yang menyebalkan.
Shevana selalu di buat kesal dengan tindakan suka hati Leon. Menyuruhnya melakukan hal yang bukan pekerjaannya, di haruskan menemaninya makan siang, dan puncaknya adalah sekarang ini. Cukup sudah kesabaran Shevana.
"Aku hanya memintamu untuk ikut menemaniku ke Paris, Ana. Mengapa sulit sekali mengatakan iya." ucap Leon yang di buat kesal dengan sifat keras kepala Shevana.
"Sudah ku katakan aku tidak mau! Jangan paksa aku. Ajak saja Liara untuk ikut bersama mu."
"Beri aku alasan yang jelas agar aku bisa mempertimbangkan penolakan mu."
Shevana bergerak gusar dengan pandangan tidak menentu. "Sudahlah. Intinya aku menola-"
"Jangan katakan jika kau takut naik pesawat, Ana?" potong Leon cepat - yang sedari tadi tidak mengalihkan pandangannya dari Shevana.
Shevana terhenyak, wajahnya berubah pias.
"Itu.. Aku_" Shevana bingung, ia menggigit bibir bawahnyanya gelisah.
Leon yang melihat itu sudah mengerti alasan sebenarnya. "Baiklah.. Aku tidak akan memaksa." ungkapnya memahami.
Shevana mengerjap, menatap Leon dengan binar di matanya. " Apa kau serius?"
Leon mengangguk, Shevana yang melihat itu tersenyum lega.
Dalam hati, Leon tersenyum samar. 'Aku memang tidak akan memaksa mu, Ana, aku hanya akan membawamu. itu saja.' ucap Leon dalam hati.
"Oh, ya, Leon.." panggil Shevana yang sudah tidak canggung lagi memangil dengan nama depannya.
Leon menoleh menatapnya. "Kenapa?"
"Hari ini Aku tidak bisa menemani mu makan siang, dan lagi, aku izin untuk pulang. Karena itu, aku sudah menyiapkan dokumen yang kau perlukan untuk meeting sore nanti." ucap Shevana meminta izin.
"Tunggu.. Mengapa tiba-tiba? Apa ada masalah?" tanya Leon beruntun.
"Bukan. Aku hanya ingin menjenguk Ayah temanku. Dia sedang di rawat di rumah sakit. Maka dari itu aku minta izin, ya.." ucap Shevana menjelaskan.
Leon mengangguk mengiyakan, Tanpa sepengetahuan Shevana, Leon tahu dia ingin menjenguk Dikra, ayah Flora sahabat nya.
Maka dari itu, dia mengizinkan.
"Baiklah, kau boleh pulang. Tapi sebagai gantinya kau harus menemuiku setelah urusanmu selesai." Shevana yang mendengar itu mengerutkan dahi.
"Maksudmu?"
"Kau masih punya tanggung jawab mengenai desain dasar hotel Biston, jika kau lupa." jawab Leon mengingatkan tentang rancangan desain yang di kerjakannya.
"Ah! Itu, baiklah aku akan menemui mu nanti untuk membahas kelanjutannya." balas Shevana mengerti.
Leon tersenyum misterius saat Shevana berbalik untuk kembali ke mejanya.
**
"Apa kabar, paman?" sapa Shevana sesaat sudah masuk ke dalam ruang inap Dikra.
"Oh lihatlah siapa yang datang .." Dikra mengulas senyum, "Seperti yang kau lihat, Sayang. Bagaimana denganmu sendiri? Paman dengar sekarang kau menjadi sekertaris direktur, hmm?" tanya Dikra beruntun saat Shevana sudah duduk di samping bangkarnya.
"Kau ini. Sheva bahkan baru duduk dan kau malah menodongnya dengan banyak pertanyaan." ucap Viona memprotesnya.
Shevana tersenyum kecil mendengar itu. Dia sudah menganggap paman Dikra dan bibi Viona sebagai orang tuanya sendiri. Oleh karena itu dia sangat senang mendapat sedikit perhatian dari mereka.
"Aku kan hanya bertanya, kau ini cemburuan sekali." balas Dikra menggoda istri nya.
Shevana yang mendengar itu terkekeh pelan. Rasa hangat menjalar di hatinya. Dia senang berada di tengah-tengah keluarga mereka.
Ah, mungkin lebih tepatnya Shevana bahkan lupa bagaimana rasanya di cintai keluarga.
"Aku baik, Paman. Dan, ya, Sekarang Sheva menjadi sekertaris direktur. Kau pasti sudah tau ceritanya dari Flo, bukan?" balas Shevana yang sempat tertunda tadi.
"Siapa lagi jika bukan dari anak itu, kau itu suka menyimpan apapun sendirian, maka dari itu Paman selalu menanyakan kabarmu lewat Flora." jelas Dikra.
"Ah .. Paman, aku tau kau memang sangat perhatian. Tidak heran jika bibi Viona sangat mencemburuimu." timpal Shevana ikut menggoda Viona.
Viona yang sedang mengupas jeruk menoleh, menyorot mereka malas.
"Jangan bawa-bawa bibi Sheva, kau ini mengapa masih jahil seperti biasanya." gerutu Viona kesal.
Shevana tertawa pelan, kemudian berdiri menghampiri Viona. "Baiklah .. Maafkan Aku, ya, bibi Viona yang cantik. Aku tidak akan mengulanginya lagi." ucap Shevana memeluk Viona dari samping.
"Kau selalu mengatakan itu, tetapi setelahnya. .. kau akan tetap mengulanginya." jawab Viona malas.
Shevana terkikik geli mendengar itu.
"Ini masih jam kantor, Sheva. Kenapa kau malah berkunjung ke sini?" tanya Dikra menyadari.
"Aku memang meminta izin untuk pulang, Paman. Karena belakangan ini aku sangat sibuk sehingga baru sempat menjenguk Paman. Maafkan, Sheva, ya.." jawab Shevana merasa tidak enak.
"Tidak perlu meminta maaf Sheva, hanya dengan melihatmu baik-baik saja Paman sudah merasa tenang. Untuk itu jaga selalu kesehatanmu." Terang Dikra yang mengerti jika Shevana memang selalu merasa bersalah untuk sesuatu yang sebenarnya tidak bisa di sebut kesalahan.
"Aku akan memperhatikan itu, Paman."
Mereka kemudian berbincang - bincang. Tidak terasa waktu dengan cepat berlalu. Shevana yang menyadari langit sudah mulai berganti warna, seketika dia berdiri.
"Astaga.." Shevana terhenyak ketika teringat dengan janji akan menemui Leon setelah urusannya selesai. Masalahnya, hari sudah mulai gelap. Lalu bagaimana?
"Ada apa, Sheva?" tanya Viona menatap Shevana dengan kening berkerut.
Shevana meringis bersalah, "Maaf, Paman, Bibi .. Sepertinya aku harus pamit. Aku lupa memiliki janji dengan seseorang." ucap Shevana sembari merapikan tasnya.
Viona tersenyum bersalah, "Ah! iya, Sayang, pergilah. Hati-hati di jalan. Maaf juga karena membuatmu melupakan janjimu."
Shevana menggelengkan kepala, "Tidak, Bibi. Memang dasar aku saja yang pelupa. Ya sudah, Sheva pamit, Paman, Bibi." pamit Shevana sebelum benar-benar melangkah pergi.
Shevana melihat jam yang melingjar di tangannya. Pukul 7 malam.
Leon sudah pulang belum, ya?
Shevana kemudian mengambil ponsel dalam tasnya lalu mengetikkan sesuatu di layar ponselnya. Dia mencoba menghubungi Leon untuk bertanya keberadaannya sekarang.
Me
Apa kau masih di kantor?
Bos Singa
Tidak, aku sudah pulang.
Kau ke rumahku saja.
Me
Baiklah, aku akan ke sana.
Kirimkan lokasimu.
Setelah mendapat lokasinya. Shevana bergerak mencari taxi menuju kediaman Leon.
Hanya butuh waktu dua puluh menit, taxi yang di tumpanginya sampai di sebuah bangunan megah nan luas. Terlihat elegan dan tampak mewah. Shevana kemudian turun setelah membayar dan mulai berjalan mendekat.
'Ternyata Rumahnya besar sekali, pantas saja dia selalu sombong.' ucap Shevana dalam hati.
Shevana menekan bell yang terletak di samping pintu tinggi tempatnya berdiri. tak lama pintu terbuka dengan seorang wanita paruh baya yang sepertinya adalah pengurus rumah dilihat dari seragam yang dikenakannya. Wanita paruh baya itu kemudian mempersilakan masuk. Saat itu juga Shevana kembali terpengarah melihat isi dalam rumah Leon.
Suara lembut menyapa indera pendengaran Shevana hingga dia terhenyak, Shevana menoleh sembari tersenyum canggung.
"Saya pengurus di rumah ini, anda bisa memanggil saya Mina, Nona." Mina kemudian berbelok dipertengahan ruangan, "Lewat sini, Nona."
Shevana mengangguk kemudian mengekor dibelakang Mina yang membawanya menuju kolam renang. Dari tempat Shevana berdiri dia bisa melihat jika Leon tengah membaca sesuatu di sebuah kursi ayun dekat kolam.
"Kita sampai. Tuan sudah menunggu anda, Nona."
Shevana mengulas senyum, "Ah, iya, Bibi. Terimakasih."
Mina hanya mengangguk sebelum kemudian berlalu.
Shevana melangkahkan kakinya menghampiri tempat Leon berada kemudian mengambil duduk di depan Leon.
"Maaf aku terlambat." ucap Shevana membuat Leon mengangkat wajah.
"Kau tahu jam berapa sekarang?"
"Aku tahu. Lagipula aku sudah menepati janjiku untuk menemuimu."
"Ku meminta kompensasi?"
Shevana mendengkus, "Tidak. Aku hanya mengatakan kebenaran."
Leon meliriknya kemudian berdeham sekilas. "Langsung saja, aku ingin menanyakan program kontrak kerjasama dengan pihak Weeding organizer, bisa kau jelaskan?"
"Oh, itu, dari sebagian besar desain Biston adalah mengusung tempat untuk reservasi dan penyelenggaraan. Oleh karna itu aku menambahkan pengikatan kerja sama dengan wedding organizer, bekal itu juga bisa membantu perkembangan Biston itu sendiri."
"Skalanya?"
"Begini.. Kerja sama ini, bisa di bilang sebagai simbiosis mutualisme. Jika seseorang menyewa ballroom hotel, untuk acara pernikahan atau mungkin acara penting lainya kita bisa mengajukan WO itu sendiri untuk menangani sketsa acara. Dan begitu sebaliknya, Jika seseorang memilih mengunakan WO pihak terkait, mereka bisa mengajukan Biston sebagai tempat penyelenggaraan. Fifty-fifty benar?" Jelas Shevana panjang lebar. Leon yang mendengar itu mengangguk - anggukan kepalanya.
'Wanita dengan pola pikir nya.' ucap batinnya mengagumi pandangan Shevana.
"Kau sudah menghubungi pihak terkait?"
"Belum. Sebelum presentasi selesai kurasa ada baiknya jangan dulu mengambil keputusan sebelum pihak-pihak lain menyetujuinya."
Leon mengangguk singkat, "Kalau begitu ajukan itu untuk presentasi besok." balas Leon menyetujui.
Shevana mengernyit, "Besok? bukankah kau akan berangkat ke paris? Lalu bagaimana menyelesaikan presentasi di saat kau tidak ada?"
"Sudahlah, jangan pikirkan sekarang. Nanti kau juga akan tahu." jawab Leon ambigu.
"Aku masih tidak mengerti?!" tandas Shevana.
"Jangan banyak berfikir, Cukup siapkan berkas pengajuannya saja."
"Tapi.. "
"Kau keberatan?"
Shevana mengaruk kepalanya yang tidak gatal, ini sudah malam dan lagi, salah Shevana juga yang tidak mempersiapkan segala materi yang dibutuhkan. Shevana kira selama Leon pergi barulah Shevana akan menyusun kerangka. Tidak di sangka Leon malah meminta data pengajuannya besok?
Dengan berat hati Shevana menggeleng, "Tidak. Aku akan menyusun laporannya segera." balas Shevana lesu.
Shevana menghela napas panjang. 'Alamat lembur ini mah! Berdua sama si Singa lagi, astaga.. kesialan macam apa ini?!' gumam Shevana dalam hati.
Ya, sudahlah.. Ini juga kesalahnya.
Mengapa harus lalai meninggalkan pekerjaannya yang belum selesai.
Ugh! Semoga ini cepat selesai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
nobita
penulisan nya rapi... bahasanya yg mudah di pahami... lanjut baca
2021-12-24
0
Dirah Guak Kui
sepertinya si Boss sengaja kasih tugas yg banyak biar lembur/capek sampai klenger😅
biar gampang dikerjainnya😃😃😃😃😃😃
2021-07-01
1
Inah Ilham
ulang baca, entah yg keberapa kalinya😍😍
2021-06-29
1