Semester satu sudah berlalu, rapot sudah dibagikan. Nindya mendapat peringkat empat dikelas, cukup memuaskan meski nilai bahasa inggris yang paling jelek.
"Pengumuman.. pengumuman ditujukan kepada anggota OSIS dan seluruh ketua dan wakil ketua kelas, harap berkumpul diruang empat belas selesai jam pelajaran selesai. Sekian dan terimakasih." Tutup Pak Egy---guru musik, yang memberikan pengumuman.
"Yuk jalan Nindya," ajak Anisa ketua kelas.
Mereka berdua segera menuju ke ruang empat belas yang berada diatas ruang perpustakaan.
Saat Nindya dan Anisa memasuki ruangan, ternyata sudah banyak yang berkumpul. Tak lama berselang, Pak Egy dan bu Winda datang yang membuat suasana di ruangan tersebut hening seketika. Pak Egy menjelaskan tentang pembagian tugas, sedangkan bu Winda menjelaskan tentang rangkaian acara dan persiapan yang harus dilakukan. Bu winda juga mengatakan jika sekolah berencana mengundang band Galaxy dari SMA Harapan. Dengan kata lain dan secara tidak langsung, Rifan akan datang ke sekolahnya.
.
.
.
Tiga terakhir, Nindya selalu disibukkan dengan persiapan acara ulang tahun sekolahnya. Bahkan sampai hari H acara tersebut, Nindya susah sekali ditemui oleh teman-temannya.
Pagi itu, Nindya dan beberapa panitia yang lain sedang sibuk mempersiapkan berbagai keperluan karena sebentar lagi acara akan dimulai dengan agenda sambutan dari kepala sekolah.
"Makan nih, gak lucu kan kalo lo pingsan pas ada acara begini." sapa Anisa sembari menyodorkan roti padanya.
"Jangan lupa minum, gua kesana dulu." Anisa melambaikan tangan padanya karena ia bertanggung jawab mengurus persiapan untuk pertunjukan.
Nindya duduk dibelakang panggung fokus menikmati sarapannya yang sedikit terlambat begitu musik tari tradisional mulai diputar. Nindya sedikit bersemangat saat tiba di penghujung acara, penampilan band GALAXY dari grup band Rifan yang akan menyanyikan beberapa lagu.
Hanya pada saat acara seperti ini Nindya terlihat serius dan membuatnya terlihat seperti orang lain. Karena biasanya Nindya adalah tipikal teman yang senang bertingkah konyol dan sembrono.
"Sibuk banget kayaknya," sapa seorang lelaki yang menghampiri Nindya.
"Rifan?" Tanya Nindya memastikan. Sejujurnya Nindya tidak ingat betul bagaimana rupa Rifan.
"Iya. Tangan lo masih sakit?" Rifan berbasa-basi memulai pembicaraan.
"Udah sembuh. Lagian udah lama banget kejadiannya, kan?" Mereka berdua tertawa bersamaan mengingat kejadian hari itu.
"Udah. Kalo sampe ada yang denger malu gua." Nindya meminta Rifan untuk tidak membahas masalah tersebut.
Suara Mc menghentikan obrolan mereka sejenak. Karena sekarang giliran Rifan dan teman satu bandnya untuk tampil.
"Gua ke panggung dulu ya. Kita sambung nanti." Ucapnya melambaikan tangan disertai senyumnya yang mengembang.
"Siap." Nindya memberikan gerakan hormat dengan posisi tegak sempurna seperti yang biasa dilakukan petugas pengibar bendera di hari senin. "Yang niat kalo nyanyi. Liat aja kalo suara lo jelek gua minta ganti rugi." Gurau Nindya.
"Liat aja, lo pasti klepek-klepek kaya ikan kurang air." Balas Rifan.
"Udah buruan naik." Nindya sedikit mendorong Rifan menjauh.
Benar saja, para siswi disekolah nya histeris mendengar suara Rifan yang bagus ditunjang dengan wajahnya yang lumayan tampan. Dengan gayanya yang sok keren, Rifan sesekali melirik kearah Nindya sambil tersenyum manis.
Deny yang mengamati dari kejauhan terlihat tidak suka dengan pemandangan itu. Vokalis band GALAXY tersebut terang-terangan menggoda Nindya.
Murid yang menonton bertepuk tangan setelah Rifan selesai menyanyikan lagu. Begitu ia turun dari panggung, Rifan langsung menghampiri Nindya.
"Gimana? udah jatuh cinta sama gue belom?" Tanya Rifan yang terlihat pede.
"Sorry ya, gua bukan cewek alay yang ada di depan panggung itu." Nindya menunjuk kerumunan perempuan yang berdiri didepan panggung dengan dagunya.
"Liat aja besok."
"Kenapa besok?"
"Gak apa-apa."
Deny yang semakin gerah dengan sikap Rifan bergegas menghampiri Nindya dan Rifan yang masih asyik mengobrol.
"Nin, ditungguin temen-temen lo dikantin nih. Penting katanya." Ujar Deny ketus memotong obrolan mereka.
"Siapa?" Tanya Nindya
"Udah sono buruan!" perintah Deny penuh paksaan. Ia bahkan mendorong Nindya agar secepatnya pergi dari sana.
"Sorry ya ,Fan. Gua pergi dulu." Nindya berpamitan pada Rifan.
Deny hanya memandang sekilas pada Rifan lalu mengikuti Nindya ke kantin. Sesampainya dikantin Nindya hanya menemukan Rita yang tengah makan dengan Ervan.
"Ada apaan, Rit?" Tanya Nindya saat ia berdiri di samping meja Rita.
"Maksudnya?" Rita terlihat bingung.
"Kita mau traktir lo makan," sela Ervan yang menyadari sikap aneh Deny.
"Apaan sih gak ngerti?" Bisik Rita pada Ervan.
"Suttt.. diem. Gak liat mukanya Deny kayak gimana?" Ervan memberi penjelasan pada Rita. Rita yang tidak mengerti dengan penjelasan Ervan memilih diam dan tak mau ambil pusing.
Jika Deny tidak memintanya ke kantin Nindya bahkan lupa sejak pagi belum makan. Lagipula sepotong roti tidak bisa membuatnya kenyang, baginya itu hanyalah camilan yang cuma membuat Nindya seret karena sempat kesulitan mencari air minum.
"Kata lo yang namanya Rifan itu manggung disini?" Tanya Rita yang tidak bisa membaca situasi.
"Iya barusan gua ngobrol sama dia."
"Ganteng gak?" Tanya Rita yang penasaran lalu disertai cubitan dari Ervan.
"Gimana ya? cuma suaranya bagus banget. Apalagi dia senyum mulu ke gua pas nyanyi. Rasanya mau meleleh gua.." Ujar Nindya histeris.
"Nyanyi kayak gitu doang gua juga bisa," sahut Deny yang duduk disebelah Nindya.
Setelah melihat tanggapan Deny, kini Rita mulai mengerti kenapa Ervan mengatakan hal tersebut. Terlebih mereka bisa tahu alasan Deny berbohong pada Nindya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Arianti Wijaya
cemburu nih Den 😀
2020-10-13
1
Lia Pave
deny cemburu nih
2020-10-13
1
Arnieta Acika Marsa
ahhh torr jdi baper kan aku nya seneng seneng diri seyum2sendiri...kau selalu mengajak pembaca k masa uyu uyu uyu tor
2020-10-08
0