sudah seminggu Tasya menikah dengan hans. sudah seminggu juga hans tidak memperdulikan Tasya bahkan tidak menganggap Tasya itu istrinya.
situasi itu membuat Tasya tertekan dan sedih. tapi Tasya berusaha untuk tegar. dia sangat yakin bahwa suatu saat hans akan menganggap dia istrinya.
seminggu Tasya tidak melihat wajah hans. walaupun tinggal bersama mereka tidak pernah bertatap muka. entah hans yang begitu sibuk dengan kerjaannya atau entah hans tidak ingin bertemu dengan tasya.
pagi hari....
seperti biasa Tasya bersiap-siap untuk bekerja. sebelum pergi tasya selalu mengecek kamar hans dan sedikit merapikannya. terkadang tasya sedikit merindukan suaminya itu sehingga tasya menatap foto hans yang terpajang disamping ranjang.
entah kenapa aku merindukannya, aku ingin dia dihadapanku sekarang. walau hanya sekedar tersenyum. tapi semua itu tidak mungkin.
"aahh sadar tasya, itu tidak akan mungkin". tasya menyadarkan dirinya sendiri dari lamunannya dan bergegas meninggalkan kamar hans.
"bik, aku berangkat kerja dulu ya".pamit Tasya kepada bik ijah.
"non sarapan dulu". bik ijah memberikan segelas susu kepada Tasya.
"aku minum susu aja bik, nanti sarapan di toko". Tasya berlari keluar apartemen.
******
toko roti..
"pagi Tasya".sapa roy pemilik toko.
"pagi pak roy, tumben pagi-pagi bapak sudah datang".
"iya, pagi ini ada rapat jadi berangkat cepat".
"silakan masuk pak". Tasya membukakan pintu toko untuk roy.
"terima kasih tasya, selamat bekerja". ucap pak roy
"ssttt Tasya ,kemari". panggil monic yang dari tadi memperhatikan tasya dan pak roy bicara.
"apaan sih monic, pake bisik-bisik gitu". tasya mendekati monic dan mencupit pipinya.
"apa yang kalian bicarakan, sepertinya sangat serius". monic menggoda tasya dengan sengaja.
"apaan sih kamu,jangan membuat gosip ya. pak roy sudah punya tunangan".Tasya memperingatkan monica.
ya, monica sampai saat ini belum tau dengan status barunya Tasya yang sebagai istri seorang pengusaha muda.
Tasya hanya tidak ingin membuat hans malu jika orang-orang tau kalau dia adalah istrinya.
sampai detik ini Tasya sadar, bahwa dia bukan wanita yang hans cintai, walaupun mereka Sudah menikah.
saat tasya dan monica beres-beres toko tiba-tiba ada pelanggan datang masuk ke toko roti...
"mana pelayan di toko ini". seorang pelanggan datang dengan marah-marah.
"saya pelayan disini bu". jawab monic yang berlari menuju pelanggan.
plaakkkk...
pelanggan itu langsung menampar monic tanpa basa-basi.
"kamu tau tidak, kalau anakku itu alergi kacang. kenapa kamu memberikan roti yang isi kacang, aku tadi sudah meminta roti isi coklat". bentak pelanggan itu sambil menunjuk-nunjuk wajah monic.
mengetahui hal itu, Tasya langsung berlari dan merangkul monic yang kesakitan karena di tampar. pipi monic memerah dan membekas tamparan pelanggan itu.
"monic, kamu baik-baik aja". Tasya terus memeluk monic.
" ibu tenang dulu ya biar saya jelaskan". Tasya berusaha menenangkan pelanggan itu.
"kamu gak usah ikut campur".
pelanggan itu mendorong Tasya dengan kencang. sontak membuat perut Tasya terbentur ujung meja. dan Tasya jatuh ke lantai.
"aaghhh" tasya berteriak kesakitan dan langsung jatuh kelantai.
pak roy mendengar keributan langsung berlari,dan dia melihat tasya yang jatuh tersungkur dilantai merintih kesakitan.melihat keadaan itu roy membantu tasya untuk bangun tapi tasya tidak bisa berdiri karena merasakan sakit diperutnya.
"ibu. mohon tenang dulu, saya pemilik di toko ini. saya akan bertanggung jawab, mari ibu ikut saya ke kantor, kita selesaikan disana."
" ohh jadi kamu pemilik toko ini, bagaimana kamu akan menyelesaikannya. bukan hanya dengan uang saja tapi pecat juga pelayan yang tidak berguna itu karena mereka sudah membuat anak saya sakit".
pelanggan itu masih saja terbawa emosi, dan terus memaki tasya dan monic. monic ingin menjawab ucapan pelanggan yang kasar itu tapi tasya menahannya, karena itu akan membuat keadaan semakin rumit.
setelah beberapa saat, roy berhasil membuat pelanggan itu sedikit tenang dan mengikuti arahan roy.
pak roy pergi masuk ke kantornya beserta pelanggan yang mengikutinya dari belakang.
"tasya,kamu baik-baik saja'. monic sangat khawatir dengan tasya.
"aku baik-baik saja monic". tasya terus memegang perutnya yang sakit.
" kita kerumah sakit ya tasya, kita periksa perut kamu". monic berusaha mengajak tasya ke rumah sakit .
"gak usah monic, aku mau pulang aja".
"tapi tasya, kamu terlihat sangat sakit". monic melihat wajah tasya sedikit pucat dan mengeluarkan keringat.
"aku baik-baik saja". lagi-lagi tasya menunjukkan senyumannya pada monic
"keadaan seperti ini, bisa-bisanya kamu tersenyum tasya. ayo aku antar kamu pulang".
"tidak usah monic, aku bisa sendiri".
"baiklah. kamu harus berhati-hati ya tasya". terlihat jelas monic sangat mengkhawatirkan keadaan tasya
tasya duduk dihalte bus, menunggu bus selanjutnya datang. tapi tasya terus-menerus merasa sakit pada perutnya. wajahnya semakin pucat dan mengeluarkan keringat semakin banyak.
apa aku harus menelfon hans minta tolong padanya. ahh sepertinya akan percuma dia tidak akan peduli sama sekali tapi rasanya perutku semakin sakit.
tasya mengambil handphone dari tasnya, mencari kontak telfon mang ujang. tapi tasya sedikit ragu untuk menelfon karena tidak ingin hans mengetahui keadaannya.
" ha.. hallo mang ujang. bisa jemput saya dihalte bus dekat toko".
" baik non tasya, saya akan menjemput non".
tasya menutup telfonnya, dan berharap mang ujang cepat datang untuk menjemputnya. setelah 10 menit tasya menunggu, mang ujang tiba.
"non tasya kenapa? ". mang ujang terkejut melihat wajah pucat tasya.
" aku tidak apa-apa mang". tasya berdiri masuk kedalam mobil.
"apa perlu saya antar kerumah sakit non".
"tidak usah mang, kita pulang saja".
mang ujang mengikuti perintah tasya agar langsung pulang. sesekali mang ujang melihat tasya dari kaca mobil, memastikan tasya baik-baik saja. tapi raut wajah tasya yang menahan sakit tidak bisa disembunyikan.
"non, sebaiknya kita kerumah sakit saja. wajah non tasya sangat pucat".
"tidak mang ujang. aku hanya butuh istirahat saja. oyaa mang ujang, jangan beritahu hans ya".
"ba.. baik non". sebenarnya mang ujang ingin memberitahu hans, tapi keburu tasya memohon agar tidak ingin hans tau.
****
apartemen....
tasya masuk ke dalam apartemen dibantu oleh mang ujang dan dengan terus-terusan memegang perutnya dan merintih kesakitan.bik ijah yang melihat tasya kesakitan langsung berlari.
"non kenapa? non sakit?". bik ijah merangkul tasya mambantunya untuk berjalan.
"aku gak apa-apa bik, aku mau istirahat saja di kamar".
"bantu saja non tasya masuk ke dalam kamarnya. biarkan non tasya istirahat". mang ujang memotong pertanyaan bik ijah, agar bik ijah tidak banyak bertanya.
Tasya langsung masuk kedalam kamarnya dan istirahat. bik ijah membawakan segelas teh hangat agar tasya merasa baikkan.
"bik ijah, tolong ambilkan saya obat sakit perut".
"ini non obatnya, sebaiknya kita pergi kerumah sakit aja non. bibi sangat khawatir dengan keadaan non tasya".
"tidak apa-apa bik, jangan khawatir ya. aku baik-baik saja, sedikit istirahat sakitnya akan sembuh".
"baiklah non".
bik ijah meninggalkan tasya agar beristirahat. semenjak tasya pulang sampai menjelang malam, tasya tidak keluar kamar bahkan melewatkan makan malamnya.
berulang kali bik ijah membangunkan tasya untuk makan malam tapi tidak ada jawaban dari tasya. bik ijah merasa khawatir sehingga bik ijah menunggu hingga hans pulang.
jam 21: 00 Wib , Hans pulang dari kantor, ini kali pertamanya hans pulang cepat. sebelumnya hans pulang tengah malam. hans menyadari masih ada bik ijah dirumahnya.
"tuan sudah pulang". sambut bik ijah di depan pintu .
"bik ijah koq masih disini, kenapa belum pulang?".
hans penasaran, biasanya jam 6 sore bik ijah sudah pulang. tapi entah apa yang membuat bik ijah masih dirumahnya.
"tidak tuan, bibik tidak berani meninggalkan non Tasya sendirian".
"ahhh aku lupa kalau aku sudah punya istri, karena pekerjaan ku yang padat membuatku lupa akan keberadaan Tasya". batin hans dalam hati.
"memang kenapa sama Tasya bik?".
"tadi sepulang kerja, non Tasya kesakitan terus-terusan memegang perutnya dan wajahnya pucat".
"dimana Tasya bik? ".
"di kamarnya tuan, dari jam 3 siang tadi non Tasya tidak ada keluar kamar tuan". bik ijah merasa khawatir dengan kondisi Tasya.
"apa dia sudah makan malam bik".
" sejujurnya tuan, non Tasya hampir tidak pernah makan atau pun sarapan di rumah, non tasya selalu bilang tidak lapar".
ada apa dengannya, apa dia ingin sakit. pantas saja seminggu ini tidak melihat ada masakkan dimeja makan.dasar wanita merepotkan saja.
"siapkan makan malam bik, aku akan mengajak Tasya makan, aku mau mandi dulu".
hans menuju kamarnya. bik ijah di dapur sibuk membuat makan malam.
bik ijah mendengar suara rintihan dari kamar Tasya.
"aaghhhhh"
tokk tokk tokk
"non, non Tasya, apa yang terjadi non, non baik-baik ajakan".
bik ijah terus-menerus mengetuk pintu kamar Tasya tapi tidak ada jawaban. hans mendengar suara bik ijah memanggil tasya dan hans keluar dari kamarnya.
"ada apa bik". hans terihat sedikit panik
"tuan, tadi bibik mendengar non Tasya menjerit kesakitan, bibik panggil-panggil tapi non Tasya tidak menjawab".
"tasya..ada apa? ini aku hans, cepat buka pintunya". hans juga berusaha memanggil tasya tapi juga tidak ada jawaban.
"bik cepat ambil kunci cadangannya".
hans mencoba membuka pintu kamar Tasya. hans melihat tubuh Tasya berada di lantai dengan bersandar di ranjang. tubuh Tasya terlihat lemas dan pucat.
"Tasya".panggil hans dengan memegang tubuhnya.
"badannya sangat dingin, bik cepat panggil danil, suruh dia datang kemari".
"baik tuan". bik ijah berlari ke unit apartemen Daniel tinggal.
Daniel adalah sahabat hans sekaligus dokter pribadi hans. daniel juga tinggal di bangunan apartmen yang sama dengan hans,jika keadaan darurat hans selalu memanggil daniel.
hans mengangkat tubuh Tasya ke atas ranjang. tanpa di sadari hans, hans memegang tangan Tasya. ada sedikit kekhawatiran di hati hans, melihat tasya kesakitan.
tidak lama kemudian, Daniel tiba.
dan Daniel memeriksa Tasya, saat ingin memeriksa Tasya, Daniel terkejut melihat ruam dan memar di perut Tasya. daniel menduga bahwa perut tasya terbentur suatu benda.
"kamu apain istri kamu hans, kamu siksa ya" ucap Daniel yang terkejut melihat kondisi Tasya.
"gila kamu ya niel. apa maksudmu? selama seminggu baru ini aku bisa jumpa dia". jawab hans dengan nada sedikit bingung.
"kamu lihat perut istrimu itu , memar seperti itu dan kamu sama sekali tidak tahu"
daniel memarahi hans dan menuduh hans melukai tasya. karena semenjak ditinggal Nadia, hans berubah jadi pemarah dan egois. Daniel khawatirkan sahabatnya itu melakukan kekerasan.
"bibik tau apa yang terjadi sama Tasya".
"tidak tuan, sepulang kerja non Tasya langsung masuk ke dalam kamar".
" kondisi Tasya sangat lemah, bukan hanya karena luka memarnya tapi juga karena dia kekurangan asupan nutrisi". ujar Daniel.
mendengar ucapan dokter pribadinya hans meras terkejut. dia tidak menyangka bahwa Tasya bisa sakit separah itu, bahkan sampai kekurangan nutrisi. selama ini hans memberikan semua kebutuhannya, tempat tinggal, makanan bahkan kartu kredit yang bisa dia gunakan untuk membeli apa saja.
"parah kamu hans, gak bisa menjaga istri kamu sendiri. ini obatnya, pastikan dia minum obat dengan teratur dan makan dengan baik".
"iya niel. thanks ya bro".
"oke, kalau ada apa-apa langsung panggil aku aja".
Daniel pergi meninggalkan apartemen nya hans.
"maaf tuan, bibi baru sempat mengembalikan kartu ini. karena non tasya tidak mau mengambilnya".
"ya sudah bik tidak apa-apa.bibik pulang aja, biar aku yang jaga Tasya".
"baik tuan, bibik pamit pulang dulu".
sepanjang malam hans menjaga Tasya. sesekali Tasya memanggil nama Hans. dan hans hanya terpaku terdiam melihat tasya mengigau memanggil namanya.
dasar gadis bodoh, kenapa harus menahan sakit sendiri. kenapa tidak memberitahuku,benar-benar merepotkan saja. dan mengapa tidak menerima credits card yang aku berikan. apa kamu benar-benar tidak membutuhkannya. ntah apa yang aku pikirkan dulu sehingga menikahimu.
"halo raka, tolong besok kamu selidiki apa yang terjadi pada tasya ditempat kerjanya". hans menelfon raka agar raka menyelidiki apa yang terjadi pada tasya.
"ada masalah apa hans, sampai kamu panik gitu".
"besok aku ceritakan semuanya, lakukan saja apa yang aku suruh".
"iya iya hans, siap laksanakan. besok aku laporkan sama kamu hasilnya".
"baik raka, terima kasih udah mau bantu ".
"itulah aku gunanya sebagai sahabat kamu, siap kapan aja kamu butuh". raka lagi-lagi menggoda hans
hans meremas rambutnya, dia tidak habis pikir bahwa dia akan melakukan hal sejauh itu demi tasya. seseorang yang selama ini dia hindari ,karena hans tidak menyukainya.
aahh apa yang aku lakukan, kenapa aku meminta raka untuk menyelidiki masalah tasya. apa aku sudah tergoda olehnya? aku harus menjaga jarak lagi dengannya. hatiku belum bisa menerimanya dan aku melakukan ini bukan karena perhatian tapi karena kasihan padanya.
lagi-lagi hans menyangkal perasaannya pada tasya. dia tidak ingin timbul perasaan pada tasya karena menikahi tasya hanya untuk membuat Nadia menjauh. hans merasa semua wanita sama hanya pura-pura baik dihadapannya dan akhirnya berkhianat dibelakang.
hans ingin beranjak dari kamar tasya dan meninggalkannya tapi tasya terus-menerus mengigau memanggil hans, sehingga hans mengurungkan niatnya untuk pergi.
apa yang ada dalam fikiran wanita ini, kenapa terus memanggil namaku. apakah dia hanya berpura-pura?.
hans selalu berfikir buruk tentang tasya, ia tidak ingin memberi kesempatan tasya untuk menerima kepercayaannya. meskipun begitu tapi hans masih memiliki sedikit rasa khawatir dengan kondisi tasya yang sedang sakit, sehingga membuat hans sepanjang malam berada dikamar tasya.
menjelang pagi, Hans bergegas meninggalkan tasya dikamarnya sendiri, Hans tidak ingin tasya melihatnya berada dikamarnya tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Tri Widayanti
Tasya dibuat jaim dikit lah..jgn gitu..
2020-11-05
1
Rhyrin Rhin
ko si cwe nya di buat kaya cwe murahan sih.
adu thor pemikiran ya itu loh.
2020-04-11
1
Ayunina Sharlyn
penyajiannya asyik...
mampir yuk ke novel
- hati putih melati
- the hendrick's family
- Yuana, stay with me...
seru juga 🙏❤☺🌼
2020-04-11
1