"Lalu apa hubungannya dengan saya..anda cukup mengatakan sesuai perasaan Pak Arga.Jika tidak memiliki rasa itu katakan saja..saya juga tidak peduli.Permisi.." Siska bergegas pergi dari ruangan. Gadis itu merasa sakit hati dengan ucapan Arga.
Jika kamu tidak menyukaiku,tidak perlu menjodohkanku dengan orang lain...
_________________________________
Arga menatap kepergian Siska begitu saja tanpa menunggu jawabannya.
"Apa kalimatku salah?kenapa dia terlihat marah..."gumam Arga sambil memikirkan reaksi Siska tadi.
Siska kembali ke tempat duduknya.Ia melihat kearah pintu ruangan Arga dengan kesal.
"Siska,apa yang terjadi? kenapa kamu terlihat marah?" tanya Raeviga melihat Siska yang terlihat murung.
"Apa kamu bermasalah dengan Pak Arga?" tanya Raeviga penasaran.
"Menyebalkan.Kenapa dia harus mengatakan omong kosong itu.." keluh Siska lagi sembari membuka kasar kertas-kertas dokumennya.
"Apa yang terjadi? apa dia menghinamu?" Raeviga masih tidak mengerti apa yang terjadi dengan temannya itu. Tak lama dia melihat Arga keluar dari ruangannya. Raeviga akan menghampiri Arga dan meminta penjelasan tentang amarah Siska.
"Aku akan menanyakannya sendiri,jika kamu tidak mengatakannya.." Raeviga akan beranjak berdiri menghampiri Arga namun tangan Siska menariknya.
"Duduklah.Aku tidak apa.Kita hanya berbeda pendapat saja.." ucap Siska berbohong.
" Apa itu benar? kamu tidak menyembunyikan apapun kan?"
"Enggak Rae..selesaikan saja laporan itu.Bukankah berkas itu harus di berikan hari ini.." tunjuk Siska pada berkas yang sedang di pegang Raeviga sejak tadi.
"******,kamu benar.." Raeviga kembali fokus dengan komputer dan dokumennya. Sedangkan Siska masih memikirkan ucapan Arga tentang Erwin.
Benar saja, Erwin kini terlihat tidur di sofa ruang tamu Arga.Lelaki itu sesekali mengingau menyebut nama Siska dan terkadang mengumpat Arga dengan kasar.
Siska melihat Arga keluar dengan buru-buru.Namun Siska tidak memperdulikannya dan lebih memilih kembali fokus dengan komputer dan berkas keuangan perusahaan di mejanya.
Arga mengendarai mobil menuju rumahnya dengan raut wajah yang terlihat kesal dan penuh amarah.Ia beberapa kali mengepalkan tangannya kuat-kuat sangat mengingkat ucapan ibu tirinya di telepon tadi.
Kilas balik, 15 menit yang lalu.
Setelah kepergian Siska,Arga menerima telepon dari seseorang yang di beri nama "Pelakor" olehnya. Arga menerima telepon itu dengan wajah sinis.
" Ada apa?" tanya Arga seketika.
"Adikmu Dava, telah pulang dari luar negeri.Dia sudah dewasa,jadi biarkan dia juga ikut membantu mengolah perusahaan?" seru wanita itu dari balik telepon Arga.
"Apa kau gila? adik mana yang kamu katakan. Aku sama sekali tidak memiliki hubungan darah dengannya.." ucap Arga penuh amarah.
"Aku mengerti jika Dava memang bukan saudara kandung.Tapi dia sudah menjadi saudaramu.." ucap wanita itu lagi.Nadanya terlihat sangat sedih mendengar ucapan kasar Arga.
"Cukup dan hentikan sandiwaramu.Aku sudah cukup baik memnberimu tumpangan dan kekayaan selama ini.Jadi jangan pernah meminta apapun lagi.Wanita sialan.." Arga akan menutup teleponnya namun Wanita di balik telepon itu mengatakan beberapa kalimat lagi yang lebih memancing kemarahan Arga.
"Kita bicarakan ini baik-baik.Aku dan Dava sudah ada di rumahmu.Dan siapa pria di rumah ini.Apa dia temanmu? tubuhnya berbau alkohol..."
"Pergilah dengan segera atau aku akan menyeret kalian dengan kasar.." Arga menutup teleponnya dan mengacak rambutnya frustasi.
Sialan
________________________
Arga telah sampai di depan gerbang rumahnya.Ia melirik kearah mobil hitam milik ibu tirinya.Lelaki itu bergegas masuk ke dalam rumahnya.
"PERGILAH!" pinta Arga kasar ketika melihat Ibu tirinya itu duduk di sofa bersama Erwin dan Dava.
"Ga, Dava juga punya hak atas sebagian saham di perusahaan itu. Setidaknya biarkan dia membantumu disana.." Wanita itu berdiri dan menghampiri Arga. Dia akan menyentuh tangan anak tirinya itu namun Arga menghempaskannya dengan kasar.
"Jangan bermain drama sekarang. Dia tidak akan pernah memiliki hak sepeserpun atas perusahaan. Dia hanyalah anak haram yang tak tau dari pria mana.." ucap Arga ketus dan kasar. Matanya sangat mengisyaratkan kebencian yang teramat dalam.
Erwin yang saat itu duduk di sofa sebelah Dava,ikut merinding dengan ucapan kasar yang di lontarkan temannya. Dava mengepalkan tangannya.Dia sejak tadi menundukkan kepalanya,masih mencoba menahan amarahnya.
Namun saat Arga mendorong Mamanya hingga jatuh tersungkur,Dava menghampiri Arga dan memukul wajahnya.
"Aku mungkin masih bisa menerima jika kakak menghina aku.Tapi jika kamu membuat mama terluka dan menghinanya.Tanganku ini akan siap melukaimu.." gertak Dava penuh emosi.Dia tidak bisa melihat Wanita yang telah melahirkannya harus di hina seperti itu.
Erwin yang masih berada disana mencoba menenangkan emosi Arga.Walaupun sebenarnya ia sedikit takut dengan kemarahan kedua orang itu sekarang.
"Ga,kamu terlalu emosi. Walaupun kamu membencinya setidaknya sedikit menghormatinya.." ucap Erwin mencoba menasehati. Arga menoleh kearah Erwin yang masih di penuhi oleh kemarahan itu.
"Diamlah jika kamu tidak tau apapun. Pergilah,bukankah kamu sudah sadar sekarang. Dan ingat,aku dan Siska tidak ada hubungan apapun..jadi jangan merangkak seperti bodoh kepadaku lagi.."
Erwin berdecak kesal mendengar makian Arga itu kepadanya.Arga mendekat kearah Dava yang membantu mamanya yang terjatuh.
"Ingatlah baik-baik, jangan bermimpi untuk bisa menguasai kekayaan apapun disini. Jangan bermimpi untuk menjadi bagian dari keluarga Dewantara." Setelah mengatakan hal itu,Arga pergi menuju kamarnya.Namun ia berbalik lagi dan menatap kearah Dava.
"Cepat tinggalkan rumahku dan bawa wanita itu juga.." tunjuk Arga pada Mama tirinya.Setelah itu ia masuk ke dalam kamarnya dan kembali meluapkan emosinya.Lelaki itu membanting semua barang yang berada di dekatnya.
Dia menangis,hatinya terasa hancur.Kilas balik tentang kematian mamanya kembali membekas di ingatannya sekarang.
"Ma,Arga butuh kehadiran mama disini.Bukan wanita itu.."gumam Arga sembari duduk meringkuk di samping pintu kamarnya.
Arga mengepalkan tangannya kuat.Mencoba mengendalikan emosinya setelah beberapa detik ia terus meneteskan air mata.
Di ruang tamu,Dava membawa mamanya untuk kembali pulang.
"Ma, Dava tidak menginginkan posisi perusahaan sama sekali. Biarkan aku mandiri dengan usahaku sendiri.." ucap Dava mencoba memberikan pendapatnya.
"Tapi..kamu memiliki hak itu sayang.." ucap Laili,mama.Dava.
"Benar kata Kak Arga ma,Dava tidak memiliki hak sama sekali.Ku mohon mama mengertilah.." pinta Dava lagi.
Laili,mengangguk mengerti.
"Maaf,telah ikut campur dengan urusan keluarga ini tadi..." Erwin meminta maaf kepada Laili.Ia merasa tak enak hati karena menjadi penonton di tengah pertengkaran hebat keluarga itu.
"Tidak masalah. Kita sudah sering seperti ini. Tolong jagalah Arga, dia butuh teman saat ini.." Setelah mengatakan hal itu,Laili pergi bersama Dava.Erwin menatap sedih kearah pintu kamar Arga.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Imam Sutoto Suro
amazing story
2022-09-22
0
Tri Oktaria
up
2020-04-07
4
Rya
semangat kakak ...
2020-04-06
0