Perkenalan karakter
Fredian: Presdir Reshort Angel
Tipe orang: Setia, lembut, keras kepala, sedikit kekanakan.
Sahabat kecil Irna sejak usia sepuluh tahun, orang tuanya tinggal di Jerman. Mandiri, sukses sejak usia 17 tahun. Menyukai hal romantis. Suka olahraga, renang.
Menu favorit: Jus sayuran, salad, ikan salmon rebus.
Rian Aditama: Presdir NGM
Tipe Orang: Lembut, Pengertian, Penyayang, Tegas, humoris, dingin.
Tidak pernah menyukai wanita sebelum bertemu Irna, Mandiri sejak usia 15 tahun, Orang yang cerdas. Selalu bercita-cita akan memiliki cinta sejati.
Suka olah raga menembak, memanah.
Menu favorit: ikan bakar.
Irna Damayanti: Arsitektur
Tipe orang: Cerdas, semangat, pandai menyesuaikan diri, keras kepala.
Tinggal sendiri sejak SMP, sebelumnya tinggal bersama tantenya.
Suka menggambar, berlibur.
Menu favorit: Ayam asam manis.
Siska: Sahabat Irna, bekerja di bidang fashion, perancang mode.
Tipe orang: Pandai bertransaksi, pantang menyerah.
Berteman dengan Irna sejak di bangku SMP, sampai di perguruan tinggi.
Suka lari pagi.
Dion Anggara: Presdir Entertainment.
Tipe orang: Keras, berpendirian, pantang menyerah.
Suka olah raga lari maraton, berlatih pedang.
Menu favorit: Mi rebus.
Episode selanjutnya..
Acara pertunangan Irna dan Dion berjalan lancar.
Seusai acara, Irna berganti pakaian dengan pakaian biasa. Kemudian duduk di depan televisi. Dia duduk santai sambil menopang dagunya di atas sofa.
Dion melepaskan jasnya duduk di sofa bersebelahan dengan Irna.
"Apa maksud mereka mengatakan itu padaku?" Bertanya kepada Irna yang sedari tadi matanya hanya tertuju pada layar tv.
Irna tidak begitu menggubris pria di sebelahnya sekarang itu, baginya dia hanyalah seseorang yang kebetulan numpang lewat. Bukan teman juga bukan saudara.
Dia juga tidak tertarik sama sekali untuk mengatakan segalanya pada pria yang baru ditemuinya itu.
"Memangnya apa yang mereka katakan padamu?" Tanyanya tanpa menoleh sama sekali.
Irna merasa sangat tidak penting membicarakan mengenai mereka. Di kalangan pria Irna sendiri kadang tidak mengerti bagaimana jalan pikiran mereka. Bagaimana bisa menggunakan dirinya sebagai alat transaksi? gadis itu semakin jengkel jika mengingat hal itu kembali.
"Fredian bilang kamu adalah wanitanya, dan Rian Aditama bilang kalian sudah menikah."
"Apa maksudnya mereka mengatakan itu padaku? apa mereka dengan sengaja mencari masalah denganku?" Ujarnya lagi sambil mengusap tengkuknya.
Dion sambil mendengus kesal mengungkapkan apa yang sudah di dengarnya barusan dari kedua pria itu.
Irna tersenyum menopang dagu dengan telapak tangan kanannya. Gadis itu menoleh ke arah Dion.
"Apa kamu percaya dengan apa yang mereka katakan padamu?"
Tanya gadis itu kembali sembari tersenyum ringan menatap pria di sebelahnya.
"Entahlah, sepertinya mereka serius." Ujar Dion agak ragu-ragu. Wajahnya masih terlihat kesal melihat Irna begitu tidak peduli dengan perasaannya.
"Hem, lalu jika mereka serius kenapa? itu tidak jadi masalah buatmu bukan? Lagi pula bukannya kita melakukan ini hanya untuk menghindari perjodohanmu?"
Ujar Irna sangat santai, gadis itu meregangkan pinggangnya sambil menahan tawa melihat wajah pria di sebelahnya semakin kusut.
"Jadi segala hal pribadi yang menyangkut diriku tidak perlu kamu fikirkan, kenapa kamu mesti repot-repot memikirkan hal yang tidak perlu, kamu sepertinya memiliki waktu senggang yang terlalu banyak?"
Irna menggeleng-gelengkan kepalanya. Mengambil remote kemudian mengganti channel lain.
"Kamu tidak ingin menjelaskan apapun padaku?" Tanya Dion kembali.
"Tidak ada, kita cuma partner. Aku mau membantumu karena kamu menolongku, setelah tiga bulan kita tidak memiliki hubungan apapun lagi." Jawab Irna sambil malas-malasan.
Dion berdiri melangkah masuk ke dalam kamar. Mengganti pakaian. Kemudian pergi keluar dengan mobilnya.
Melihat itu Irna diam saja dan tidak peduli sama sekali. Saat jam menunjukkan pukul satu pagi, Irna sudah terlelap.
Di malam setelah acara pertunangannya Dion pergi ke kantor. Dia menyelesaikan beberapa pekerjaan dan tertidur di kantor.
Jam enam pagi Irna terjaga, lalu melangkah ke dalam kamar mandi, membersihkan badan. Dan memakai pakaian dengan tali diikatkan pinggang.
Menatap wajahnya di cermin sebentar, gadis itu mengeringkan rambutnya yang basah.
Tiba-tiba suara bel pintu berbunyi.
"Ah, mungkin itu Rini.." Pikir Irna,
Tanpa berfikir panjang Irna langsung berlari membuka pintu.
Ketika pintu terbuka, ternyata itu adalah Dion yang baru pulang.
Irna agak terkejut melihatnya. Dion juga agak kikuk melihat penampilan Irna saat itu.
"Dia yang punya rumah, kenapa malah tidak membawa kunci?!" Bisik Irna tidak mengerti.
Mendengar itu Dion tidak berkata apapun, langsung menuju kamar mandi.
Suara gemercik air shower terdengar pria itu sedang membersihkan badannya di sana.
"Dia tidak akan memintaku menyiapkan makanan kan? aku kan tidak pandai memasak." Irna menggaruk kepalanya menunggu air mendidih, ingin menyeduh teh.
Irna segera berganti pakaian bersiap untuk pergi ke kantor. Karena Rini tidak kunjung datang juga.
Pasti banyak sekali pekerjaan yang harus di selesaikan olehnya hari ini. Dia segera bergegas memakai sepatunya.
Dion keluar dari kamar mandi. Irna hanya meliriknya, tanpa berkata apapun langsung memakai syalnya. Gadis itu menghirup tehnya kemudian keluar rumah.
Setelah memakai setelan jas, Dion mengendarai mobilnya. Di tepi jalan nampak Irna sedang menunggu angkutan umum.
Dion berhenti.
"Naiklah" Perintahnya pada Irna.
"Tidak perlu, aku naik taxi atau bus saja"
Dion mengangkat bahunya kemudian meninggalkan Irna.
"Terserah deh! mau naik angkot atau naik becak, kenapa aku harus peduli padanya! menyebalkan sekali!" Gerutu Dion merasa sangat kesal karena selalu di abaikan oleh Irna.
Pagi itu Irna kembali ke kantor dia menyapa beberapa orang yang melintas dan juga menyapa dirinya. Irna berjalan menuju lift untuk naik ke lantai dua, kantor Irna terletak di lantai dua gedung tersebut.
"Bu, Presdir Reshort angel meminta kita untuk segera menindak lanjuti masalah program pembangunan Reshort proyek kemarin."
Ujar Rini menyambut kedatangan Irna, sambil mengikutinya dari belakang membawa beberapa lembar berkas.
"Ya setelah menyelesaikan berkas hari ini, saya akan ke sana." Sahut Irna sambil tersenyum menatap wajah sekretarisnya itu.
"Sudahkah kamu membuat janji temu hari ini di sana?" Tanya Irna menimpali jawabannya baru saja.
"Sudah Bu, pagi tadi ketika mendapat telepon dari sana, saya langsung membuat janji sore ini. Nanti akan saya konfirmasi kembali setelah ibu memutuskannya."
Rini mengambil berkas yang sudah ditandatangani dan dibawanya ke dalam ruangannya.
Sore itu Irna memutuskan akan pergi ke Reshort angel.
Irna keluar dari kantornya, berjalan menuruni anak tangga kecil.
Dion menunggu Irna di dalam mobil sejak tadi, kemudian keluar.
"Masuklah." Ujar Dion pada Irna.
"Tidak perlu, kemarin mobilku tertinggal di sini. Jadi aku naik mobilku sendiri saja." Menolaknya dengan halus sambil tersenyum ringan.
"Aku ingin bicara sebentar." Ucap Dion kembali. Irna segera naik ke dalam mobil Dion
"Ada apa? cepat katakan." Ujar Irna sambil melirik arloji di lengan kirinya.
Dion memasang sabuk pengaman di pinggang Irna, membuat gadis itu sedikit terkejut karena dia tiba-tiba mendekatkan wajahnya padanya.
Dion melihat Irna menahan nafasnya sekejap duduk terpaku membelalakkan matanya sambil mengangkat kedua lengannya ke atas.
Pria itu hanya nyengir menatap wajah pucat di sampingnya.
"Kenapa? apa kamu takut aku melakukan sesuatu padamu?!" Tanyanya sambil menyalakan mesin melirik ke arah gadis di sebelahnya.
Irna masih mengatur nafasnya sambil memegang dadanya.
"Eh, kita mau ke mana?!" Tanya Irna tiba-tiba karena bingung pria itu hendak membawanya ke mana.
"Restoran" Jawab Dion pendek tanpa ingin melanjutkan bicara lagi.
"Ngapain?! aku ada urusan hari ini. Cepat katakan sekarang saja. Dan turunkan aku." Sergah Irna sambil melihat ke luar jendela dan kebingungan menggaruk keningnya.
"Kita ke restoran untuk makan bersama." Tandas Dion lagi, dan Irna tahu ketika melihat ke arah wajah pria itu dia tidak ingin dibantah sekarang.
"Bukankah kita sudah sepakat, tidak akan melakukan sesuatu yang bersifat terlalu pribadi?"
Tanya Irna, gadis itu melihat ke arah Dion yang masih memegang kemudi tanpa memperdulikan dirinya.
"Ini untuk status kita, kita sudah bertunangan. Bukankah aneh jika kita terlihat tidak pernah pergi bersama sama sekali??!" Ujar Dion tidak sabar lagi.
"Kenapa dia selalu kebanyakan protes sih? apa dia juga bersikap seperti ini dengan kedua Presdir sebelumnya?!" Bisik Dion dalam hatinya.
"Ya, tapi aku cuma punya waktu tiga puluh menit untukmu, aku sudah terlanjur ada janji dengan klien." Ujar Irna dengan wajah serius.
"Seharusnya kamu mengatur jadwal jika ingin mengajakku pergi, aku tidak bisa pergi dengan tiba-tiba seperti maumu!" Gerutu Irna sambil cemberut kesal.
"Kamu fikir aku tidak sibuk? Kamu lupa aku juga seorang Presdir entertainment? aku juga punya banyak pekerjaan di kantorku!" Tanya Dion dengan nada tidak senang.
"Sepulang nanti malam, aku akan kembali ke rumahku." Ujar Irna lagi.
Dia tidak senang tinggal bersama pria itu, walaupun dia kaya dan tampan Irna sudah merasa muak setiap kali bertemu pria dengan model yang sama dengan seperti sebelumnya.
Hanya akan membuat masalahnya tidak kunjung selesai dan merumitkan keadaan yang sudah sangat rumit.
"Kamu tidak senang tinggal bersamaku? apa aku membuatmu terganggu? aku sama sekali tidak memiliki niat apapun terhadapmu?"
Menghentikan mobilnya di depan sebuah restoran mewah. Menatap wajah Irna dengan sungguh-sungguh.
"Bukan, aku hanya sedikit tidak nyaman." Berkata pendek sambil turun dari mobil Dion.
Bersama-sama masuk ke dalam restoran.
"Tunggu!" Sergah Dion menahan lengannya.
"Kenapa lagi?" Tanyanya sambil menatap wajah tidak senang di depannya.
"Apakah kamu sangat membenciku?" Tanya Dion sambil mendorong tubuh Irna bersandar pada sandaran kursi mobil.
"Kenapa aku harus membencimu? kamu terlalu berlebihan dalam berfikir." Ujar Irna masih santai saja.
"Wah aku sama sekali tidak percaya, seorang Irna Damayanti terang-terangan menolakku tanpa alasan yang jelas!" Gerutunya makin kesal, pria itu mengusap wajahnya tidak percaya.
Selama ini belum pernah ada seorang gadis yang terang-terangan menolaknya, entah sudah banyak wanita yang mampir di ranjang pria playboy itu.
Dan sekarang seorang gadis biasa dan sangat jauh di bawah levelnya itu berterus terang langsung menolaknya.
Pria itu tidak mengerti kenapa dia terus-menerus ditolak olehnya. Padahal dia sudah bersikap sangat baik dan lembut padanya.
Dion tipe pria yang cuek, namun selalu digandrungi banyak wanita kaya dan cantik. Juga gadisnya dari kalangan artis tidak terhitung jumlahnya.
"Apakah aku melukai harga dirimu? Presdir Dion Anggara? kalau begitu aku minta maaf." Ujar Irna sambil tersenyum santai.
Gadis itu menggunakan jari telunjuknya untuk menekan dada Dion agar menjauhkan dirinya dari tubuhnya. Karena posisi mereka terlalu dekat.
Dion menggenggam tangan Irna yang digunakan untuk mendorongnya, pria itu tersenyum mengejek.
"Kamu tidak cantik sama sekali, tapi kamu memiliki harga diri yang terlalu tinggi." Ujar Dion masih terus menatap wajah Irna.
"Aku juga sama sekali tidak mengharapkan pujian dari anda tuan Presdir!" Ungkap Irna lagi sambil mengangkat sebelah kiri ujung bibirnya.
"Mungkin anda terkejut, karena selama ini tidak pernah tertolak sama sekali. Dan aku terus menerus menolak hingga membuat harga diri anda terluka dan dianggap remeh."
Tambah Irna lagi semakin membuat pria itu mengepalkan tangannya.
"Lalu berikan aku alasan yang cukup masuk akal kenapa kamu terus menerus menolakku?"
"Tidak ada alasan apapun, tidak ada yang salah denganmu. Aku hanya ingin kita tidak terlalu dekat, aku tidak ingin kita terlibat dalam hubungan yang rumit." Jelas Irna sambil tersenyum melihat wajah kesal di depannya itu.
"Bukankah aku sudah bilang jika kamu bukanlah tipeku, levelku sangat jauh di atasmu! kamu tidak memiliki apapun untuk menarik perhatianku!" Ujar Dion dengan kesal sekali.
"Jika memang begitu kenapa anda masih mempermasalahkan soal kita yang tidak dekat? dan juga kenapa anda terus menerus tidak bisa menerima sikap cuekku?"
"Dan juga anda tidak terima tertolak? sebenarnya siapa yang dirugikan di sini? bukankah anda bilang juga tidak tertarik denganku karena aku berada di bawah levelmu? memusingkan sekali!" Gerutu Irna dengan suara lantang.
"Kenapa sikapmu sangat aneh dan tidak bisa lembut sedikit sebagai seorang wanita?!" Ujar pria itu sambil melepaskan genggaman tangannya.
"Apakah karena kesialan hingga aku bertemu wanita yang sangat menyebalkan sekali seperti dirinya! terus menerus memancing emosiku! dan wajah cueknya itu aku ingin sekali memukulnya."
Gerutu Dion kemudian turun dari mobilnya sambil membanting pintu.
Dion sudah membuat reservasi, dan mereka berdua duduk berhadapan.
"Pesanlah apa yang kamu inginkan." Ujar Dion berusaha tampil seperti pasangan pada umumnya.
Irna melirik daftar menu, kemudian menyerahkan pada pelayan.
Di meja seberang Fredian duduk bersama beberapa kliennya. Dia kebetulan sedang ada meeting di sana. Irna juga tidak tahu jika dia akan bertemu dengan Fredian di restoran itu.
Irna sendiri juga bingung ketika Dion memaksanya mengajaknya makan malam saat itu.
Matanya tiba-tiba menangkap Irna yang sedang menikmati makan malam bersama Dion.
Fredian meremas jemari tangannya menahan perasaan tidak senang menatap ke arah mereka berdua.
"Berani sekali dia tampil di depan umum! sedangkan bersamaku saja selalu menolak! apa dia sengaja ingin membuat api dan mempermainkanku??" Geram Fredian dalam hatinya.
Setelah menyelesaikan urusannya dia berjabat tangan dengan kliennya. Kemudian klien tersebut pergi keluar restoran.
Fredian berjalan mendekat ke arah Dion dan Irna. Hatinya terasa terbakar membara, entah apa yang ingin dia lakukan setelah sampai di meja Irna dan Dion.
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments
Lyana Gunawan
pusing
2021-10-11
0
Nindanadavid
wow bgt km irna bs disukai bnyk laki2 kaya dn tampan..tp knp ya aku lbh suka sm Rian...
2021-04-26
8
Y
kalo suka lek ya sebanya banyaknya👍
2020-05-13
1