"Kamu akan membuat situasinya menjadi semakin rumit." Ujar Irna menatap wajah Fredian lekat-lekat.
Irna berharap pria itu tidak kembali berulah dan mencari masalah yang baru untuknya. Fredian selalu mengambil keputusan sepihak tanpa memperhitungkan akhirnya jika itu berhubungan dengan perasaannya.
Hingga akhirnya dia merasakan penyesalan di dalam hatinya seperti sekarang ini. Dan Irna tidak ingin hal itu terulang kembali.
Baginya sudah cukup satu keruwetan ketika pria itu mengambil keputusan sepihak waktu itu. Dan dia tidak ingin masuk ke dalam keruwetan lagi karena ulahnya.
"Aku tidak bisa membiarkan kamu berada di dalam pelukan pria lain sepanjang waktu! kamu hanyalah milikku seorang!" Pria itu menggenggam erat tangan Irna berharap gadis itu tidak berpaling jauh darinya.
Dia tidak ingin wanita satu-satunya itu pergi dari sisinya. Dia adalah satu-satunya yang membuat jantungnya masih berdenyut saat ini. Gadis itu adalah sebagian dari jiwanya.
"Entahlah Fred, aku tidak tahu, tiba-tiba aku menikah denganmu lalu tiga hari kemudian aku menjadi istri syah Rian Aditama." Ujar Irna sembari mengusap wajahnya sendiri.
Irna sendiri sudah sangat bingung dengan status yang di sandangnya sekarang.
Dia ingin memihak pria di hadapannya ini, tapi mereka sudah tidak memiliki hubungan apapun sekarang. Hanya ikatan cinta di antara mereka yang belum surut sampai saat ini. Selain itu mereka tidak memiliki hubungan apapun lagi.
Dia seorang istri yang harus bersembunyi sepanjang waktu menutupi hubungan yang seharusnya tidak perlu ditutup-tutupi. Jika dia menyatakan segalanya Fredian juga akan menerjang di tengah mengungkapkan perasaannya kepada publik.
"Kamu tidak ingin menjadi istriku lagi?" Mendekati Irna, meraih pinggangnya sambil berbisik di telinganya hingga mereka berdiri berhimpitan di dalam kantornya.
Fredian selalu tidak memikirkan hal yang ada di sekitarnya, di mana mereka berdua berada. Seolah-olah dunia hanya milik mereka berdua. Terkadang Irna sampai merasa jengah karena sikapnya yang satu ini.
Tidak peduli pada situasi dan kondisi, selalu mengambil tempat manapun untuk mengungkapkan perasaan di dalam hatinya. Mengungkapkan kegelisahan dan kerisauan dalam hatinya.
Apalagi dia sudah sangat lama memendam kerinduannya yang sudah hampir meledak memenuhi ruang hatinya. Dia sudah menahan pertemuan mereka dari hari ke hari. Hingga sampai saat ini mereka bertemu kembali.
Fredian tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang tidak pernah datang dua kali itu. Dia segera mengambilnya karena cintanya yang sudah tidak bisa tertahan.
Irna terkejut, Fredian menatap mata Irna dalam-dalam. Seakan menggali seluruh perbendaharaan yang tersimpan di dalam lubuk hati Irna, gadis satu-satunya yang memiliki hatinya sejak awal hingga kini.
Gadis yang selalu menjadi bidadari satu-satunya dan dijaganya. Fredian mengusap pipi Irna dengan sentuhan yang begitu lembut. Dia menempelkan ujung hidungnya di pipi Irna, kemudian kembali berbisik.
"Aku tidak percaya kamu tidak mencintaiku lagi." Menghembuskan nafas hangatnya ke wajah gadis itu.
Irna mendadak membeku, pria yang dia inginkan memeluknya seperti sekarang. Pria yang selalu di nantikan untuk bisa hidup bersamanya selamanya. Jiwa asmaranya kembali bergolak mengharapkan regukan manisnya cinta.
Cinta yang di tahan bersama kegalauan dan kehampaan.
Dia sendiri sebenarnya juga menyimpan kerinduan di dalam hatinya untuk pria ini. Tapi mau bagaimana lagi sekarang dia sudah tidak bisa berbuat apa-apa karena status dirinya sekarang.
"Fred.. jangan sembrono, ini di kantor!" Irna mendelik ke arah Fredian menjauhkan dadanya mendorong pelan tubuh Fredian.
Agar pria itu sedikit menjaga jarak dengannya. Irna takut jika dirinya kembali terlibat dalam masalah.
"Kalau begitu aku akan membawamu keluar dari kantor, sehingga kamu tidak menyebutnya sembrono lagi!" Ucapnya sambil tersenyum menatap wajah terkejut gadis yang sangat dicintainya itu.
Walaupun Irna ingin marah padanya tapi tiba-tiba perasaan itu hilang seketika ketika melihat senyuman bahagia mengukir di bibirnya.
Pria itu mengangkat tubuh Irna keluar Ruangan. Tanpa berpikir dua kali dia membawanya pergi meninggalkan kantornya.
"Fredian! turunkan aku! kamu sudah gila! Fred! cepat turunkan aku!" Irna memukul punggung Fredian, namun tidak digubrisnya sama sekali.
Pria itu sudah berada di luar kendali, jeritan dan teriakan Irna tidak bisa menghentikannya. Yang ada di pikirannya sekarang adalah bagaimana caranya agar dia bisa menikmati kebersamaan dengan gadis yang sangat dia cintai itu.
Dia bersikukuh ingin segera merebut gadisnya kembali ke dalam pelukannya dengan cara apapun. Dia tidak memperdulikan status Irna yang sudah menjadi istri Rian Aditama.
Dia ingin memisahkan Irna dengan Rian. Irna adalah miliknya sejak awal, dan dia bersikeras untuk memenangkan hati gadisnya itu.
Rini terkejut melihat bos cantiknya di dalam gendongan Fredian berteriak-teriak dan meronta, hingga membuat berkas yang ada ditangannya berhamburan terjatuh rata di atas lantai.
"Rini, aku akan menghubungimu nanti, jika ada sesuatu yang penting kamu tangani dulu..aku...," Irna berpesan pada Rini sekretarisnya karena mustahil Fredian mau melepaskan gendongannya saat ini.
Beberapa wartawan yang meliput tak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengambil foto mereka berdua. Irna terpaksa bergelayut di lehernya sambil membenamkan wajahnya di dada Fredian.
"Braaak!" Fredian melemparkan tubuh Irna ke dalam mobilnya.
"Jalan!" Perintahnya pada sopir di depannya.
"Fred, kita mau kemana?" Tanya Irna sambil berusaha membuka pintu mobil dan ingin segera berlari keluar.
Tapi sepertinya pintu mobil itu sudah terkunci dan dia tidak bisa lepas dari genggaman pria di sebelahnya itu.
"Menurutmu? aku akan membawamu kemana?" Menopang wajahnya dengan telapak tangan, mengerling ke arah Irna sambil tersenyum.
"Aishhh! pria ini benar-benar tidak peduli dengan rumor yang terjadi, apa yang harus aku lakukan!?" Gelisah Irna dalam hatinya.
Fredian membawa Irna ke kediamannya. Fredian menggendong tubuh Irna ke dalam kamarnya.
"Siapkan makanan untuk Nyonya!" Perintah Fredian pada para pelayan yang berbaris menunggu perintah darinya.
Dengan perlahan pria itu merebahkan tubuh Irna ke atas tempat tidur, kemudian duduk di tepi tempat tidur. Masih terus menggenggam tangan Irna.
"Irna.." Menyentuh pipi gadis itu kemudian mengecup keningnya.
"Tok! tok! tok!" Beberapa pelayan mengetuk pintu.
"Masuklah.."
Pelayan itu mendorong kereta makanan menghidangkan ke depan Irna lalu keluar.
"Makanlah gadisku..." Menatap Irna memberikan isyarat agar Irna memakannya.
"Tapi aku tidak lapar." Ujar Irna berusaha tersenyum.
"Apa ini tidak sesuai dengan selera makanmu? kamu bilang saja, nanti aku ganti hidangan dengan yang lainnya."
Ujarnya lalu beranjak berdiri ingin memerintahkan lagi pada pelayannya untuk membuat menu yang baru. Tapi Irna menahan tangannya dan dia akhirnya duduk kembali.
Sifat pria itu tidak berubah dia selalu mengistimewakan Irna sejak awal, sampai sekarang juga tidak berubah sama sekali.
"Atau biarkan aku menyuapimu dengan bibirku..." Membisikkan di telinga Irna dengan lembut membuat bulu di sekujur tubuh Irna meremang.
"Astaga tidak perlu! aku akan makan sendiri." Ujar Irna gugup. Irna bangkit dari tempat tidur dan berdiri di depan Fredian untuk mengambil makanan.
Irna segera melahap makanannya.
"Kamu tidak makan?" Tanyanya pada Fredian yang hanya melihatnya makan sambil menopang kepalanya sepanjang waktu.
"Aku tidak lapar." Ujarnya sambil tersenyum memandangi gadis yang dicintainya itu, melihat gadisnya makan dengan lahap membuat perutnya merasa kenyang.
"Makanlah juga." Ujar Irna sambil meletakkan piring kosong ke atas meja.
"Tapi sebelum aku makan, bolehkah aku mencicipinya?" Tanyanya pada Irna dengan tersenyum mengecup jemari Irna.
"Ini kan kamu yang menyiapkan semuanya tentu saja boleh.. eh tapi, tunggu, jangan-jangan.. Ummmm, Fred..."
Fredian menarik tangan Irna kemudian mengulum bibir gadis itu
"Aku ingin mencicipinya melalui bibirmu." Ujar pria itu sambil mendorong tubuh Irna rebah di atas tempat tidurnya kembali.
"Uhhhh! apa yang kamu lakukan, lepaskan aku Fred."
Fredian tidak peduli lagi, terus menciumi Irna, membuat gadis itu terus merintih.
"Aku akan melakukannya dengan perlahan-lahan." Ujar Fredian kembali mengulum bibir Irna.
"Pertahananku hari ini telah jatuh." Bisik dalam hati Irna. Dia sudah melepaskan segalanya hari ini.
Dia tidak memiliki jalan keluar lagi dia masih bingung harus bagaimana, apakah dia masih bisa mendongakan kepalanya menatap wajah sedih suaminya.
"Bagaimana aku bisa menghadapi suamiku setelah hari ini? astaga!" Bisik Irna lirih sambil menatap wajah Fredian.
"Menikahlah denganku!" Ujar Fredian masih memeluk tubuh Irna yang tanpa sehelai benangpun yang melekat pada tubuhnya.
"Ah aku pasti sudah gila! aku sedang dalam ikatan pernikahan. Tapi aku melakukannya dengan pria lain." Jerit Irna kembali dalam hatinya.
Fredian terus menciumi tengkuk dan punggung Irna.
"Kalian harus bercerai." Ujar Fredian membalikkan tubuh Irna menghadap ke arahnya. Kembali menciumi lehernya.
"Aku tidak yakin dia akan menceraikanku." Ujar Irna lirih. Bagaimana mungkin dia baru menikah beberapa bulan lalu bercerai lagi.
"Dia akan segera menceraikanmu, karena kamu hanya milikku!" Kembali mengulum bibir Irna.
"Apa maksudmu?" Mendorong Fredian agar menjauh dari tubuhnya.
"Sebentar lagi Rian Aditama akan datang kemari, untuk memberikan keputusannya."
"Braaakkkkkkk!" Satu tendangan Rian mendobrak pintu kamar Fredian.
"Rian.." Hanya sepatah kata itu yang terlontar dari bibir Irna. Bibir Irna mendadak tercekat melihat kedatangannya.
Rian diam menatap tubuh Irna tanpa sehelai benangpun berada di pelukan Fredian.
Pandangan matanya kemudian beralih menatap Fredian. Irna mencoba melepaskan diri dari pelukan Fredian. Namun Fredian tidak melepaskan pelukannya.
Dia masih menciumi lehernya dan sengaja melakukannya di hadapan suami Irna itu.
Dengan paksa Rian menarik tubuh Irna,
"Kamu tidak bisa membawanya!" Fredian mencekal tangan Rian.
"Dia adalah istriku, aku berhak membawanya." Mengambil selimut untuk menutupi tubuh Irna.
Rian melihat sekilas ada bercak-bercak darah di atas sprei di bawah tubuh Irna, kemudian Rian membawa dan menggendongnya meninggalkan Fredian.
"Mulai hari ini hutang kita impas!" Tukas Rian menatap tajam ke arah Fredian.
"Mulai besok aku akan menyatakan kepada semua orang bahwa Irna Damayanti adalah Istri Syah dari Rian Aditama."
"Aku akan menyatakan perasaanku kepada publik jika sampai kamu menyatakan pernikahanmu!" Teriak Fredian pada Rian.
Fredian dengan marah membalikkan meja menghancurkannya sampai berkeping-keping.
Irna diam tanpa bisa mengucap sepatah katapun pada Rian. Dia sendiri bingung harus berbuat apa.
Irna menelusupkan wajahnya ke dada Rian. Dia tidak tahu jika Fredian akan membuat pria di sisinya itu, terluka hancur berkeping-keping.
"Rian..."
Rian diam tidak menjawab Irna. Irna juga tidak berani mengatakan sesuatu padanya.
Rian membawa Irna ke sebuah rumah besar dan mewah. Rumah tersebut adalah miliknya. Ketika mereka masuk di sambut oleh beberapa orang pelayan.
"Kenapa kamu membawaku kemari?" Tanya Irna pada Rian
"Mulai sekarang kita akan tinggal di sini." Sembari menurunkan Irna di atas tempat tidur perlahan.
Kamar tersebut sangat luas dan indah. Pria itu punya istana megah dan mewah yang terletak agak jauh dari perkotaan.
Kamar tidur Irna di sana juga sangat indah, seperti kamar seorang putri raja.
"Aku tidak akan minta maaf padamu, karena aku melukai hatimu." Ujar Irna pada Rian langsung sambil menahan lengan pria itu karena dia masih ingin bicara dengannya.
"Aku juga tidak mengharapkan permintaan maaf darimu." Ujar Rian dengan wajah datar tanpa ekspresi sambil menatap wajah Irna.
"Di lemari itu ada beberapa baju, pakailah." Ujar Rian pada Irna menunjuk ke arah lemari baju yang ada di sana.
Lemari tersebut berukuran dua meter dengan panjang lima belas meter berisi gaun dan perhiasan mewah. Rian sengaja menyiapkan semuanya itu untuk istri tercintanya.
Rian berjalan mendekat ke arah Irna, berjongkok di hadapannya. Perlahan menyentuh pipinya.
"Kenapa kamu tidak marah padaku?" Tanya Irna padanya dia bingung kenapa pria itu tidak memukulnya atau menampar pipinya.
"Bagaimana aku bisa marah padamu?" Mengecup kening Irna dengan sangat lembut. Pria itu membelai rambut panjangnya.
Menatap wajah takut di depannya sambil tersenyum hangat.
"Seharusnya dia merejam tubuhku, karena aku sudah menghancurkan perasaannya." Bisik Irna lirih.
"Aku akan tidur di kamar sebelah, jika kamu membutuhkan sesuatu panggilah aku." Rian beranjak berdiri melangkah pergi.
"Tunggu! kamu harus tahu aku baru saja sudah." Ucap Irna belum selesai, Rian menyahutnya sambil tersenyum.
"Aku menikah denganmu bukan untuk mengambil kegadisanmu, aku menginginkanmu untuk berada di sisiku sampai aku tua nanti, aku mencintaimu sangat mencintaimu apa adanya." Ujar Rian masih berdiri di ambang pintu.
"Bagaimana jika setelah ini aku hamil?" Kembali melihat ke arah Rian melihat reaksi pada wajahnya.
"Aku akan menjaga jarak denganmu, sampai proses masa suburmu berhenti bulan depan. Jika kamu benar hamil dengannya aku akan menunggumu sampai bayi itu lahir."
"Aku tidak akan pernah menceraikanmu, walaupun kamu memintanya." Tambah Rian tanpa ingin di bantah lagi olehnya.
"Tapi bagaimana jika suatu saat aku menghianatimu kembali?!" Mencermati wajah Rian. Irna ingin mencari tahu sesuatu yang tersembunyi di balik wajah yang begitu lembut itu.
"Jika itu terjadi aku sendiri belum bisa menjawabnya, satu hal yang pasti aku tidak akan pernah membiarkan apa yang terjadi hari ini terulang lagi!" Ujarnya kemudian menutup pintu.
Irna termenung melihat kepergian Rian, pria itu begitu mudah memaafkannya. Bahkan dia tidak mencaci makinya sama sekali.
Dia juga bilang kalau hutang antara dirinya dengan Fredian sudah impas. Ini artinya jika Irna seutuhnya sekarang adalah milik Rian.
Tidak ada lagi masalah perebutan dan pertukaran.
bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments
AshaREALME
Tian tidak mencintai Irna dia terobsesi dg Irna , jika dia mencintai Irna sedikit saja dia akan melepasnya dg Fredian yg di cintai Irna. Sementara Fredian juga tidak bisa di salahkan karena dia juga harus memilih antara sembuh atau tidak , sementara jika minum darah dia gak bisa kukuk dg Irna , n Irna melarang dia minum darah gadis lain .
2022-01-20
0
Ina Core
ga masuk diakal ceritanya semakin kesini.. gampang banget....
2021-10-10
0
Umi Salamah
yg bego irma kenapa mau seakan akan dia barang,dioper sana sini,harusnya dia tegas pilih satu dan konsisten...
2021-09-08
0