"Hatiku rasanya hancur berkeping-keping, melihat wanita yang aku cintai dipeluk pria lain di hadapanku." Fredian mendesah merasa sakit hati.
Pria itu bersandar di dinding luar kamar Irna di rawat. Masih membayangkan Irna sepanjang hari berada di pelukan Rian yang sekarang sudah menjadi suami mantan istrinya itu.
Dia terus menyesali segalanya yang telah dia lakukan, dia menahan perasaan demi Irna. Dia tidak ingin sepanjang hari membuat keributan karena perasaan kecemburuan pada suami Irna yang sekarang.
Dia memendam dalam-dalam perasaan di dalam hatinya. Dia berharap ada kesempatan di mana dia bisa kembali meraih gadis itu dan hidup bersama dengannya seperti awal semula.
"Mungkin ini yang harus aku terima, konsekuensi dari menukarkan dia dengan vaksin. Walaupun aku sudah sembuh sekarang tapi dia berada di pelukan pria lain! lalu apa gunanya aku sembuh jika begini!" Sesal Fredian lagi sambil menahan air matanya.
"Kenapa rasanya begitu sakit sekali. Aku tidak bisa melarangnya untuk tidak menyentuhnya!" Ujarnya lagi sambil mendongakkan kepalanya.
Tak beberapa lama kemudian Rian duduk di sebelahnya.
"Kita saling mencintai tapi kita tersekat dengan dinding yang sangat tinggi, batasan demi batasan hubungan kita semakin jelas, Irna adalah seorang yang sangat setia." Ujar Fredian ketika Rian duduk di sebelahnya.
"Bahkan dia sendiri tidak tahu harus berdiri di sebelah mana. Dia hanya melakukan apa yang seharusnya dia lakukan. Dia masih melindungiku meskipun berkali-kali aku torehkan luka di hatinya." Ungkap Fredian pada Rian yang duduk di sebelahnya.
Dia tahu jika Irna terus menutupi kesalahannya, dan selalu memaafkan dirinya. Di dalam sinar mata gadis itu dia masih selalu memaafkan Fredian. Dia sangat mencintainya tetapi sekarang situasinya sudah sangat berbeda.
Dia harus bersama dengan seseorang yang sudah menjadi suaminya. Dia harus menjaga kebersamaan dengannya sepanjang waktu karena sebuah ikatan itu. Dia tidak berani berpaling dan pergi.
Karena sebuah ikatan pernikahan, Irna berada di sisi Rian. Dan dengan berat hati melepaskan orang yang sangat dicintainya yaitu Fredian.
Gadis itu dalam waktu semalam saat mengetahui dia sudah menikah dengan pria yang dia sangat cinta, dan keesokan harinya sudah sah menjadi istri dari pria yang lain. Pria yang sama sekali belum pernah dia temui.
Irna hanya berdiri di mana seharusnya dia berdiri, dan gadis itu juga terlalu sering bersedih karena mengenang kebersamaan dengan orang yang dicintainya itu.
Seharusnya ini adalah hari-hari bahagianya bersama Fredian di usia muda awal pernikahan mereka berdua. Tetapi hal tidak terduga menimpa kehidupan pernikahan yang baru seumur jagung itu.
Irna harus berpindah dari Fredian kepada Rian yang tidak lain adalah dokter pribadi mantan suaminya itu. Rian adalah dokter yang dipercaya oleh Fredian serta sahabat lamanya.
Mereka bertemu saat perjalanan bisinis ke Spanyol, di sana mereka tidak sengaja bertabrakan. Dan berkas perusahaan di antara mereka berdua tertukar.
Sejak saat itu mereka menjadi dekat satu sama lain. Dan saling bertemu ketika kebetulan ada perjalanan bisnis di sebuah negara yang sama.
Namun tidak tahu kini sepertinya mereka tiba-tiba terlibat dengan cinta yang sama. Cinta pada seorang gadis yang sama, dan membuat hubungan di antara mereka semakin rumit.
Rian adalah sosok pria yang begitu dingin terhadap wanita. Jika Fredian masih bisa bergaul dan akrab dengan banyak wanita cantik. Tapi berbeda dengan Rian dia lebih suka menjauhi yang namanya wanita. Dia paling anti dengan berhubungan yang namanya wanita itu.
Baginya wanita adalah sebuah keruwetan yang tidak ada ujungnya. Dia sama sekali tidak pernah tertarik ketika melihat gadis cantik.
Bukan karena dia tidak normal, tapi karena dia tidak ingin terlibat di antara mereka.
Dia tidak suka terlibat hubungan rumit dengan wanita manapun. Sepanjang hari-hari yang dia lalui hanya berkecimpung di dalam laboratorium.
Dia selalu ahli di bidang penelitian dan mendapatkan banyak sekali penghargaan di berbagai negara. Pria yang tampan dan dingin, dia selalu menyembunyikan sisi hangatnya di hadapan publik.
Kebanyakan dari wanita yang ingin mendekati Rian selalu berfikir dua kali jika ingin jatuh hati padanya. Sebab jika tidak menangis karena tertolak, atau malah akan sia-sia saja menguras waktunya karena pria itu tidak akan menggubrisnya sama sekali.
Entah kenapa pria itu kini tiba-tiba jatuh cinta saat melihat gadis yang terlelap tampil sangat polos di balik selimutnya saat itu.
"Aku tahu ini salahku, jika aku tidak meminta dirinya sebagai jaminan. Dia tidak akan menderita seperti ini." Gumam Rian padanya.
"Namun aku benar-benar tidak berniat untuk mempermainkan semua ini, jujur aku, aku tidak bisa melepaskan dia untukmu lagi. Aku telah jatuh cinta padanya." Tambahnya lagi.
Jelas Rian pada Fredian. Air mata pria itu kembali merembes jatuh membasahi kedua pipinya.
***
Perlahan kesehatan Irna mulai membaik, Rian sudah membawanya kembali pulang ke rumah.
Rian yang merawatnya sampai keadaan tubuhnya kembali membaik seperti semula.
Pagi itu Rian membuatkan bubur untuknya.
"Makanlah, agar kondisimu segera kembali membaik." Pinta Rian sambil mengulurkan semangkuk bubur pada gadis itu.
"Terima kasih sudah merawatku" Ujar gadis itu sembari tersenyum menatap Rian.
"Akhir-akhir ini pria ini lebih terlihat seperti kakak yang merawat adiknya yang sakit." Bisiknya lagi di dalam hatinya.
Irna bangun lalu mengambil mangkuk dari tangan suaminya itu, menikmati semangkuk bubur hangat.
"Oh aku hampir lupa, hari ini aku harus bertemu dengan klien." Ujar Irna, meneguk air dan meletakkan mangkuk kosong di atas meja.
"Kamu ini! istirahatlah untuk sementara waktu, perusahaan akan baik-baik saja tanpamu tiga hari." Ujar Rian mencoba menahan Irna agar tetap tinggal di rumah.
"Tidak boleh, ini klien penting untukku. Dan proyek besar sudah menanti di depan mata, aku harus segera mengambil tindakan. Jika tidak, aku akan kehilangan peluang yang bagus ini!" Ujar Irna bersemangat
Gadis itu beranjak dari tempat tidur kemudian melangkah ke dalam kamar mandi.
"Apa uang yang aku berikan kurang banyak? Dua ratus juta seminggu untuk segala keperluannya, bahkan dia tidak pernah membeli sesuatu apapun dari uang yang aku berikan" Menggaruk kepala berbicara pada dirinya sendiri.
Irna keluar dari kamar mandi.
"Aku sudah selesai, kamu mandilah." Gadis itu mengambil peralatan make up, bersiap merias wajahnya.
"Apa uang yang aku berikan kurang?" Tanya Rian hati-hati hawatir gadis itu tersinggung.
"Tidak, sebenarnya aku tidak pernah kekurangan uang. Ini bukanlah masalah uang tapi ini adalah sebuah pencapaian prestasi!" Tersenyum riang mengepalkan tangannya dengan penuh semangat.
"Ehm, Jangan berdandan berlebihan." Ujarnya sambil berjongkok di depan cermin melihat Irna menghias wajahnya.
"Hum? aku biasanya juga berdandan begini tapi baru kali ini kamu mengomentari penampilanku, apakah aku terlihat cantik?" Mengerling, mengerjapkan matanya berkali-kali tepat di depan wajah Rian.
Wajah Rian tiba-tiba memerah seketika. Melihat perubahan dari wajah Rian Irna agak terkejut.
"Apa kamu kurang sehat?! suhu badanmu agak sedikit tidak normal." Irna segera menyentuh pipi, dan dahi Rian merasakan suhu tubuh pria itu meningkat.
"Wush! wush! plak! plak! kenapa banyak nyamuk di sini??" Dengan sengaja mengibaskan handuk di tangannya ke kanan ke kiri pura-pura menepuk udara untuk mengalihkan perhatian Irna.
"Masa sih, padahal rumah ini bersih." Ujar Irna sembari mengangkat alisnya tidak mengerti.
"Triiingggg! triiing!" Irna mengambil handphone di atas meja menerima panggilan. Rian segera berlari ke kamar mandi.
"Hallo.. ya Rin?" Jawab Irna pada sekretarisnya.
"Apa? Presdir Resort Angel meminta jadwal jam yang sama dengan NGM?" Memijit kening mencoba mencari penyelesaian.
Rian yang sedari tadi sudah selesai mandi, dia mengancingkan lengan bajunya sedikit mencuri dengar.
"Ehm, apakah Reshort Angel sudah ditawarkan jam lain, maksudku di hari yang sama tapi di jam yang berbeda?" Tanya Irna masih memutar otak, sambil menggigit bibir bawahnya.
Lalu pandangan Irna jatuh pada Rian yang pura-pura kesulitan mengenakan dasinya.
Rian melambaikan tangannya agar Irna membantunya memasangkan dasinya. Irna berjalan ke arah Rian kemudian membantu memasangkan dasinya.
"Iya Bu, tapi mereka menolak." Jawab Rini dari seberang.
"Ah itu, coba kamu hubungi kembali perusahaan NGM saja, bagaimana jika kita mengajukan perubahan jam satu jam lebih cepat atau dua jam setelah pertemuan dengan Reshort Angel?" Perintah Irna pada sekretarisnya.
"Baik Bu, akan saya coba, nanti hasil keputusan kedua belah pihak akan saya sampaikan." Ujarnya lalu segera mengakhiri panggilan.
Tak lama kemudian Handphone Rian juga berdering nyaring. Irna hampir selesai membetulkan dasi suaminya itu. Dia juga merapikan jasnya dan mengancingkan dengan rapi.
Rian melirik ponselnya, dilihat panggilan tersebut dari sekretaris kantornya. Dia takut jika mengangkat telepon Irna akan tahu yang sebenarnya.
"Kenapa tidak di angkat?" Tanya Irna pada Rian yang hanya melihat dan tidak berkeinginan menerimanya.
Pria itu malah berjalan mondar-mandir gak jelas. Sambil memijit keningnya dan melihat ke layar ponselnya berkali-kali. Dia membiarkan teleponnya terus berbunyi.
Rian tahu jika Irna sangat cerdas dan akan sulit berbohong padanya. Dengan sekali dengar Irna bisa tahu mengenai hal yang terjadi sebenarnya.
"Hem, apa dari pacar kamu? ha ha ha." Irna tertawa tergelak melihat bagaimana gugupnya wajah Rian saat itu.
"Apa yang kamu takutkan? aku tidak akan melabrak gadismu, atau marah-marah padamu tidak perlu ketakutan seperti itu. Jadi tenang saja, aku akan segera pergi terima saja telepon darinya."
Irna melihat Rian semakin salah tingkah karena bingung hendak menerima telepon tapi pria itu malah terus melirik ke arahnya seolah-olah dia takut ketahuan olehnya.
"Sepertinya dia sudah tidak sabar untuk segera mendengar suaramu!" Irna melirik ke arah Rian karena bunyi ponsel yang terus menerus berdering.
"Angkat saja. Dan jangan pedulikan aku, aku tidak akan marah padamu, jadi angkat saja itu, kasihan dia terlalu lama menunggu, ha ha ha!" Gadis itu kembali tertawa sembari memakai sepatunya.
Gadis itu tidak tahu jika Rian mendekat ke arahnya. Dan sekarang pria itu sudah berdiri di depannya.
"Kamu tidak cemburu sama sekali?!" Rian mengacuhkan ponselnya, mendekat meneliti wajah Irna dengan jarak sepuluh sentimeter.
Irna terkejut karena wajah mereka kini begitu dekat dan hampir tidak ada celah lagi bagainya untuk menjauh.
Mendadak Irna menjauhkan wajahnya hingga tubuhnya condong ke belakang.
"Ah, kamu terlalu banyak berfikir. Kenapa kamu menganggap ini terlalu serius. Mana mungkin aku cemburu, kamu berhak menikmati hidupmu."
"Aku bukanlah wanita satu-satunya di dunia ini." Ujar Irna mencairkan suasana dengan senyum sedikit kaku.
Namun Rian malah menghembuskan nafasnya menyapu hangat wajah Irna. Membuat Irna kikuk semakin menjauhkan wajahnya. Hingga kursi riasnya hampir terguling ke lantai.
"Akh!" Rian menahan pinggang gadis itu dengan segera. Irna berpegang erat pada kedua lengannya. Irna menatap wajah Rian dengan seksama.
"Jika aku memilih gadis lain, kenapa aku memaksakan diri memilih setia tinggal bersama gadis yang sama sekali tidak mencintaiku?" Ujar Rian membuat Irna tercekat tidak bisa berkata apa-apa.
"Apakah kamu sedang mengungkapkan perasaanmu padaku?" Tanya Irna sambil memegang kedua lengan Rian karena kursinya berderit miring ke belakang.
"Iya, aku hanya menginginkan dirimu, aku tidak menginginkan gadis lainnya. Aku hanya ingin kamu yang selalu ada di hatiku. Hanya kamu saja seorang." Bisiknya lagi membuat Irna semakin gugup dan tidak tahu harus bagaimana lagi.
Wajah yang bersih, alis tebal dan tatapan mata yang tajam menghujam ke jantung hati. Membuat hati wanita tidak bisa menahan rasa kagum ketika memandangnya.
Perlahan Rian mendekatkan bibirnya mengecup hidung Irna kemudian mendarat di bibir ranum gadis itu. Tubuh Irna serasa terhipnotis diam mematung.
Irna perlahan membalas ciumannya, dan meremas kedua lengannya.
"Apakah aku semudah ini berpindah hati pada pria lain? aku tidak bisa mengendalikan diriku. Aku menikmati ciumannya yang lembut." Bisiknya lirih dalam hatinya.
Dia lupa jika pria yang dicintainya akan terluka pria yang menanti kebersamaan dengannya.
Rian memeluknya dengan rengkuhan hangat. "Aku baru mengenal pria ini, tapi kenapa aku bisa sedekat ini dengannya, ini tidak boleh terjadi aku harus menghindar darinya." Bisik Irna mencoba memantapkan hatinya.
Hampir jatuh pertahanan Irna, jika tidak dikejutkan oleh suara ponselnya.
"Triiingggg!"
Rian masih mencium bibir Irna, gadis itu menahan dadanya agar tidak terlalu dekat dengannya.
"Humm, hummm." Irna mencoba mendorongnya, memberi isyarat jika dia harus menjawab panggilan telepon.
Rian tersenyum dengan sengaja menggoda Irna. Irna ingin melepaskan diri. Tapi Rian tidak mengikuti kemauannya malah memeluknya dengan kuat.
Air matanya tiba-tiba mengalir jatuh membasahi pipinya. Rian terkejut, menghentikan ciumannya. Irna menatap wajah Rian sambil memeluknya dengan hangat.
"Apakah aku menyakitimu?" Tanya Rian dengan hawatir mengusap air mata di kedua pipi gadis itu. Gadis itu menggelengkan kepalanya. Dan menyembunyikan wajahnya di dalam dadanya yang bidang.
Irna tidak tahu harus mengatakan apa pada suaminya, dia sudah menolaknya karena dia tidak ingin melukai seseorang.
Rian menatap wajah Irna dengan sungguh-sungguh dan berharap tindakannya tidak melukai hati gadis itu.
Irna masih mengusap air matanya, dia tahu jika Rian adalah suaminya sekarang tapi perasaannya tetap sama seperti sebelumnya, dia tidak bisa melakukannya.
bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments
Edha Alvin
What..200juta seminggu😬😬
aku jg mau🤭🤭
2022-05-16
0
Hmzzz࿐♡
weh kok gwehj jadi setuju irna sm rian
2022-05-06
1
Nur Bormun
setampan dan sekaya apa pun pria
hati wanita akan tunduk dan luluh pada pria yg lembut,baik,jujur dan penyayang ,😊
2021-12-26
0