"Apakah kamu tidak waras?! kamu pria mapan dan tidak jelek, prestasi kerja bagus, kenapa harus mengusik wanita biasa sepertiku?! Aku tidak tertarik menjadi pasanganmu." Keluhnya kesal sekali sudah tidak bisa menahan diri.
"Apa kamu tahu kenapa Fredian membuangmu?" Bertanya dengan nada mengejek merasa kemenangan ada di pihaknya.
Irna mengernyitkan dahinya, sambil tersenyum menatap dengan tatapan menantang.
"Dia pasti menukarku dengan vaksin, jika aku jadi dia aku juga akan melakukan hal yang sama." Irna tersenyum berdiri berkacak pinggang di hadapan Rian sambil mengangkat kedua alisnya.
"Bagaimana kamu tahu?! kalau aku seorang dokter?!" Wajah Rian terperangah kaget melihat gadis itu mengetahui jati dirinya dengan secepat itu.
"Gadis yang terlihat polos ini, bagaimana mungkin dia bisa menebak segalanya hanya dalam waktu semalam?!" Desisnya pada diri sendiri.
"Tentu saja dengan ini!" Irna menyodorkan lencana dokter pada Rian. Gadis itu dengan santai duduk kembali di sebelahnya.
"Aku curiga padamu, lalu aku memeriksa tasmu! sekembalinya dari rumah Fredian aku balik ke penginapan, apa kamu marah padaku sekarang? kamu juga bilang bahwa aku adalah istrimu. Jadi aku merasa berhak memeriksa barang-barang milik suamiku." Lanjut Irna santai tanpa peduli dengan perasaannya.
Dia tidak peduli jika pria ini nekat akan melakukan hal-hal di luar kepalanya. Irna sudah sangat lelah perduli lagi.
Kepalanya sudah hampir pecah melihat semua kebenarannya semalam dia berkali-kali mendengus kesal atas tindakan Fredian.
"Kamu pria bodoh, padahal belum tentu aku akan menerima kamu. Tapi kamu malah memilihku sebagai gantinya, Fredian tahu aku bukan wanita yang mudah berpindah hati." Ujar Irna dengan nada entengnya.
"Jadi dia menyerahkan diriku padamu. Yaaa walaupun aku merasa sangat begitu sedih juga terluka, namun ini adalah dua sisi hati yang seimbang karena aku juga ingin kesembuhannya. Jadi bersikap baiklah padaku Pak Dokter!!" Lanjut gadis itu, kembali mengangkat kedua alisnya, tersenyum sadis menatap ke arah Rian.
Semua ucapan Irna membuat bibir Rian terkunci rapat tanpa bisa menentang ataupun melakukan pembelaan terhadap hinaan yang sudah dilontarkan padanya dengan bertubi-tubi.
Sebenarnya Irna sudah curiga sejak awal, Fredian secara terang-terangan menyerahkan dirinya ke pelukan Rian, Irna tahu kalau Fredian menyembunyikan sesuatu darinya.
Dan tatapan pria yang sangat dicintainya ketika melihat Rian memeluk bahunya, adalah tatapan seseorang yang tidak rela.
"Aku sudah memilihmu, jadi jangan harap bisa lepas dariku dengan mudah. Aku mulai sekarang akan ada di manapun kamu berada, jangan harap kamu memiliki celah untuk bertemu dengan pria lain! Aku tidak main-main!" Gertak Rian pada Irna sambil memandang wajahnya lekat-lekat.
"Oh pak Dokter mencoba mengancam?! lebih baik siapkan hatimu untuk merasa terabaikan sepanjang waktu! Oke?!" Setelah berkata demikian Irna segera beranjak berdiri menghentikan sebuah bus.
Dengan senyum mengejek Irna pura-pura melambaikan tangan mengucapkan perpisahan pada Rian.
"Byeeeeeee!"
"Awas kamu! Jangan sebut namaku Rian jika aku tidak bisa menundukkanmu! Duaaaakk!" Geramnya sembari menendang ban mobil miliknya.
Irna tidak memiliki keinginan untuk menghubungi Fredian. Hatinya masih sangat terluka. Seandainya Fredian memberikan penjelasan sebelumnya pastilah dia bisa sedikit memaafkan pria itu.
Hatinya serasa hancur lebur pada saat dia dilemparkan seperti sampah ke pelukan pria asing.
Irna pergi ke luar negeri melanjutkan studi kuliahnya dan merintis kembali perusahaan ayahnya.
Dia memulai awal hidupnya di London. Dimana dahulu dia tinggal bersama ayah dan ibunya sebelum usia sepuluh tahun.
***
Tiga bulan kemudian....
"Pagi sayang." Sapa pria tidak asing di telinga Irna pagi itu. Pria yang sangat tidak diinginkan keberadaan dirinya, pria yang sama sekali tidak di harapkan kedatangannya sama sekali.
Pria yang mengacaukan hidupnya dan pernikahannya.
"Astaga!! bagaimana kamu bisa menemukanku di sini????" Irna terlonjak kaget spontan melempar bantal ke muka Rian.
"Tentu saja aku tahu, istriku adalah Irna Damayanti seorang arsitektur terkenal di London." Ujar pria itu sambil menaruh teh hangat di meja, dia tersenyum sumringah mendapati wajah kesal Irna.
"Kau! awas saja!" Irna menghardik, melempar selimut dan segera berlari ke kamar mandi.
Irna mengunci pintu kamar mandi rapat-rapat. Takut jika Rian tiba-tiba masuk. Setelah memastikan terkunci barulah dia melepas seluruh pakaiannya dan mulai mandi.
Rian dengan santai menyiapkan sarapan di dapur. Wajahnya terus menerus tersenyum sambil mencicipi makanan di atas penggorengan.
"Bisa masak juga rupanya pria gila itu, jangan-jangan dia memberikan obat aneh ke dalam mangkuk!" Ujar Irna berprasangka buruk pada Rian.
Setelah Rian selesai masak, dia beranjak ke kamar mandi.
Irna sedang bersiap-siap untuk pergi ke kantor.
"Kenapa kamu membawa koper kemari?!" Tanya Irna dari luar kamar mandi.
"Aku suamimu, jadi aku harus tinggal denganmu!" Sahut Rian dari dalam kamar mandi.
"Enak saja, apa kamu tidak punya muka?! menumpang, tinggal di rumah wanita?!" Ujar Irna dengan suara jengkel.
"Kamu tidak perlu hawatir, setiap bulan aku akan mentransfer sejumlah uang ke rekening kamu, karena kamu adalah istriku jadi kamu harus menerima nafkah dariku." Jelas Rian dari dalam kamar mandi.
"Wah, astaga! pria ini benar-benar tidak tahu malu, dia terus menerus berkata jika aku adalah istrinya. Pakai bilang acara nafkah-nafkah segala pula!" Gerutu Irna kesal.
"Tapi aku tidak butuh uangmu!" Tandas Irna sambil berteriak padanya.
"Kamu istriku jadi kamu mau tidak mau harus menerimanya!" Rian tetap tidak mau mengalah dan terus bersikeras.
"Kamu tidak usah repot-repot memasak aku tidak suka sarapan pagi!" Tambah Irna dengan suara ketus.
"Aku masak untuk diriku sendiri!" Balas Rian lagi dengan nada cueknya.
"Kreeek..." pintu kamar mandi terbuka. Rian keluar dari kamar mandi dengan rambut basah.
Bajunya sengaja dibiarkan terbuka, terpampang lekukan badan atletis menggiurkan para wanita.
Dengan wajah yang tampan dan hidung mancungnya cukup mendapatkan nilai seratus persen.
Irna sedang menikmati jus apel favoritnya, langsung tersedak melihat pemandangan itu.
"Uhk! uhk! woi pria mesum! pakai bajumu dengan benar!" Menepuk dadanya, kembali mengatur nafas.
Rian dengan gaya khas cueknya malah duduk di depan Irna menyeruput teh hangat.
"Kenapa? apa kamu sangat tidak tahan menatapku berpenampilan seperti ini?" Mengerling nakal sambil tersenyum menikmati wajah bersemu merah di depannya.
"Yah.. lanjutkan saja actionnya, saya sebagai penonton ingin mengganti channel lain. Karena pemandangan ini membuatku ingin muntah!!"
Berdiri mengambil tas, memakai sepatunya berjalan dengan langkah kaki menghentak-hentak.
Rian kembali terkekeh geli melihat wajah murung Irna, pria itu segera merapikan meja dan yang lainnya.
Lalu dia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badannya, kemudian bersiap untuk pergi ke kantor.
"Halo, ya, lakukan yang terbaik! Jangan sampai kehilangan kontak kerjasama dengan perusahaan mereka." Ujar Rian sambil tersenyum menerima telepon dari kantornya.
Rian memasang dasinya, kemudian memakai arloji di tangannya. Dan terakhir memakai sepatu. Pria itu melangkah keluar dari rumah Irna.
Rumah Irna kecil dan sangat sederhana, karena dia tinggal sendirian di sana. Jadi gadis itu lebih senang menikmati waktunya sendiri di dalam rumah mungilnya.
Irna masuk kantor sembari memegang kepalanya yang terasa berdenyut-denyut.
"Kenapa Bu? apa ibu kurang sehat?" Tanya salah seorang karyawan dengan wajah hawatir.
"Oh tidak apa-apa, hanya sedikit pusing." Jawab Irna sembari tersenyum.
Pekerjaan Irna hari itu berjalan lancar, karyawannya juga bilang ada permintaan kerjasama.
Beberapa waktu lalu mendapatkan kontrak kerja sama dengan sebuah perusahaan besar NGM. Untuk merancang bangunan proyek anak cabang perusahaan NGM.
Gadis itu merasa senang sekali karena mendapat kabar baik, dan juga proyek yang di tanganinya kali ini lumayan lebih besar dari biasanya.
Gadis itu penuh semangat akan melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Dia tidak ingin membuat kliennya kecewa karena hasil yang kurang maksimal.
Irna tipe seorang gadis pekerja keras, pantang menyerah. Dia tidak takut jika harus menjemput bola demi mendapatkan proyek yang besar.
Gadis itu selalu senang dan semangat, juga sikap profesional yang di milikinya selama ini membuat klien senang untuk menjalin kerjasama dengan dirinya.
NGM adalah perusahaan yang mengelola di bidang penelitian. Bawahan Irna bilang jika dia harus berdiskusi mengenai mode yang diminati oleh Presiden Direktur perusahaan tersebut.
Lusa mereka akan bertemu untuk mendiskusikan pekerjaan antara perusahaan.
Jam lima sore Irna sampai di rumah, dia masih bingung bagaimana dia akan tinggal dengan pria yang berpura-pura jadi suaminya itu.
"Semoga dia tidak pulang malam ini, semoga dia tidak akan kembali ke rumah malam ini!" Ujar Irna terus meyakinkan dirinya sendiri berharap Rian tidak bersamanya hari ini.
Ketika Irna membuka pintu masuk ke dalam rumah, Rian sedang tidak ada. Keadaan rumah sudah bersih dan rapi. Semua pakaian kotor sudah dicuci.
"Pria itu rajin sekali, dia tampan, postur tubuhnya bagus, dan dia juga terlihat sangat lembut, juga pandai memasak, dia juga seorang ilmuwan muda yang hebat! tapi aku tetap tidak tertarik padanya!"
"Bagaimana mungkin aku bisa tertarik pada pria lain sedangkan aku menikah dengan Fredian dan kami baru menikmati waktu sehari! keesokan harinya aku sudah berada bersama pria lain yang tidak kukenal sama sekali!"
"Hari-hariku kenapa bisa jadi tidak karuan begini? menyebalkan sekali! aku jatuh cinta padanya tapi dia melemparkan aku ke dalam pelukan dokternya!" Gerutu Irna lagi sambil melihat ke arah jemuran.
Irna mengingat sesuatu dan melonjak menjerit kencang.
"Ah! tidaaaaaakkkk pakaian dalamkuuuuu! dia, pria gila itu menyentuhnya!?" Wajah menggila histeris memeluk pakaian dalamnya di jemuran.
Dengan langkah berat tak bertenaga Irna masuk kembali ke dalam rumah.
"Aaaahhhh tapi syukurlah pria gila itu belum pulang." Gumamnya senang melompat ke atas kasur, berbaring terlentang. Irna merasa bebas saat tidak ada siapapun berada di dalam kamarnya.
Dia merasa bisa menikmati hari-hari dengan utuh. Dan tanpa menghawatirkan seseorang akan mengacaukan dirinya.
Entah sudah berapa lama Irna tertidur pulas, dan ketika ia terjaga seseorang tidur di sebelahnya.
Irna meraba di sebelahnya, lalu memeluknya tanpa berfikir panjang. Saat dia meraba dada berotot di sebelahnya mendadak dia terkejut dan terbangun.
"Duak!" Irna dengan sengaja menendang Rian jatuh terguling dari atas tempat tidur.
"Aduuuh! punggungku!" Keluh Rian sambil meringis menahan sakit memegangi punggungnya.
"Maaf tidak sengaja! itu adalah kebiasaan burukku ketika ada orang di sebelahku secara spontan menendang! ha ha ha ha." Tertawa dibuat-buat melangkah turun dari tempat tidur menuju ke kamar mandi.
Membiarkan wajah kesal Rian, dia sengaja berbuat demikian agar pria itu segera kabur dari rumahnya dan tidak kembali.
Irna berniat melakukan segala cara untuk mengusirnya dari dalam rumahnya. Mau bagaimanapun dia tetap tidak bisa menyukai pria itu.
Rian tahu jika Irna sengaja menendang tubuhnya. Lalu pria itu kembali berbaring di atas tempat tidur melanjutkan tidurnya tanpa peduli.
"Apakah dia benar-benar menaruh dendam kesumat padaku! punggungku bisa patah jika setiap hari di tendang jatuh dari tempat tidur seperti ini!"
"Dia sangat cantik tapi kenapa kasar sekali padaku? aku sangat menyukai dirinya. Apakah dia tidak bisa melihat rasa cintaku yang tak tertahankan ini?!" Gumam Rian sambil melanjutkan tidurnya.
Irna keluar dari kamar mandi dengan rambut setengah basah. Dia hendak tidur di depan tv, mencoba mengambil bantal di tepi sebelah kiri, karena Rian tidur di sisi kanan tempat tidur, gadis itu agak kesulitan mengambilnya.
Tanpa sengaja rambut basah Irna terjatuh mengenai wajah Rian yang sedang tidur terlelap. Membuat pria itu kembali terjaga.
Irna tidak tahu jika Rian membuka matanya dan menatapnya sejak tadi. Pria itu menikmati wajah Irna yang kesulitan mengambil bantal di sebelahnya. Wajah yang manis dan aroma tubuh yang harum menggelitik hidungnya.
Dia ingin memiliki gadis ini, apapun caranya. Dia ingin merengkuhnya dan mendengar rintihan manja di bawah tubuhnya.
Rian seorang pria yang normal, walaupun dia tidak tertarik dengan gadis lain tapi gadis di dekatnya sekarang adalah gadis yang sangat dia inginkan.
Naluri ilmiah dalam tubuhnya muncul seketika saat Irna sangat dekat dengan dirinya seperti sekarang ini.
"Ahhh!" Irna terkejut ketika Rian menarik tangannya, membuatnya jatuh di atas tubuh Rian.
Irna kebingungan, pria ini yang dikenalnya tiga bulan yang lalu. Dia yang selalu menyatakan dirinya sebagai suaminya. Dia tidak ingin menyentuhnya apa lagi dekat-dekat dengannya.
Bahkan sekarang dirinya jatuh di dalam pelukannya, Irna mendengar detak jantungnya tidak beraturan di bawah himpitan tubuhnya. Irna tidak bisa bangkit berdiri karena Rian memegang dengan erat tangannya.
"Kamu belum puas menendangku sekarang hendak mengguyur mukaku dengan air dari rambutmu?!" Menatap wajah gadis itu dengan serius.
Dia memandang wajah yang ada di atas tubuhnya itu dengan tatapan sayang dan benar-benar menginginkan dirinya ada di sisinya.
Rian telah jatuh ke dalam lautan cinta Irna Damayanti, cinta yang dalam dan membuat diri pria itu hanyut terbawa arus asmara. Membuatnya tetap terbenam di sana, dan tidak ingin menepi atau keluar dari jeratan cinta.
Irna terkejut setengah mati. Sesaat jantungnya terasa tercekat, dia ingin melepaskan diri darinya.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang?!" Tanya Irna jauh di dalam lubuk hatinya.
*bersambung....
**jangan lupa like+favorit ya 😍😍 aku butuh komentar kalian 😚😚 bantu vote😘😘*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments
Sucy Rohany
masih penasaran sm alur ceritanya ini mau kmn krn msh bingung hehhe
2022-05-10
0
Eny Aprelia
ni sbnr nya gmn c thor.. cerita pada gk nyambung.. emng bisa y lngsung masuk rmh orang ap gk di kunci.. sebel jg bc ceritanya🤔🤔🤔🤔
2022-01-15
0
Nuruladha
kenapa alurnya kayak majunya kecepatan ya?
so ferdian kemana trus teman² nya juga gak keliatan lagi?
2021-12-28
0