Irna merapikan pakaiannya. Masih duduk diam di tepi kasur, memikirkan kejadian semalam.
"Serasa di dalam mimpi" Gumam Irna.
"Krataaaakkk" pintu kamar mandi terbuka. Seorang pria muncul dari balik pintu kamar mandi melangkah keluar. Pria berambut ikal, kulitnya bersih badannya atletis. Dia keluar dari dalam kamar mandi hanya memakai handuk yang dililitkan di pinggang.
"Astaga! dari mana asalnya pria itu muncul? kenapa dia? kemana Fredian yang semalam menemaniku?" Bisiknya sambil menutup bibirnya.
Irna tertegun memandang pria asing keluar dari kamar mandi yang berada di dalam kamarnya. Pria itu melangkah mendekatinya.
"Bagaimana kamu bisa masuk kemari?! siapa kamu?!" Tanya Irna bertubi-tubi. Dia buru-buru merapikan kancing bajunya yang masih sebagian terbuka. Lalu menutupi sekujur tubuhnya dengan selimut.
Pria itu dengan santainya melangkah mendekati Irna yang sedang menatapnya dengan tatapan geram.
Dia semakin dekat dengannya hingga aroma sabun tercium di hidung Irna. Beberapa air menetes dari wajahnya jatuh di wajah gadis itu. Pria itu membungkuk menatap gadis di depannya dengan tatapan lembut sambil tersenyum.
"Aku? kamu lupa denganku? padahal semalam kita sudah." Ucapnya berusaha menjelaskan pada Irna.
"Duk!" Irna segera beranjak berdiri hingga kepalanya membentur hidung pria di depannya itu.
"Akh!" Pria itu memijit hidungnya yang merah karena terbentur kepala Irna sambil meringis menahan nyeri.
"Cukup! keluar dari kamarku!" Teriak Irna pada laki-laki itu, kemudian dengan paksa mendorong punggungnya agar segera keluar dari dalam kamar.
"Braaakkkkkkk!" Irna membanting pintu dengan keras karena menahan marah.
Irna bersandar pada daun pintu, kakinya tiba-tiba terasa lemas hingga membuat tubuhnya jatuh merosot ke atas lantai.
"Apa sebenarnya yang sudah aku lakukan, apakah aku semalam berhalusinasi? itu tidak mungkin, kenapa aku tidak bisa mengingatnya jika pria lain yang sedang bersamaku." Ujarnya lirih sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
"Bukan Fredian, pasti laki-laki itu sudah berbuat sesuatu pada Fredian!" Ujarnya sembari mengingat kejadian semalam. Semakin dia mencoba untuk mengingat pikirannya semakin terasa buntu.
Irna mengingat sesuatu, dia ingat kalau Fredian menggigit bibir miliknya semalam.
Buru-buru Irna menatap bibirnya di cermin, apakah luka itu masih ada, namun dia tidak menemukannya. Dia sudah berkali-kali melihat wajahnya di depan cermin dan tetap tidak bisa menemukannya.
"Ini tidak mungkin! ini tidak benaaaaar!! praaakkkk!" Irna menjerit histeris kemudian membanting cermin pecah berkeping-keping di lantai kamarnya.
"Ini tidak mungkin! apa sebenarnya yang sudah terjadi? kenapa pria itu bisa masuk kemari? dimana Fredian?" Ujarnya dengan putus asa.
Laki-laki di luar itu tersenyum lalu mengetuk pintu kamar Irna.
"Tok, tok, tok, Irnaaaa, buka pintunya sayang."
"Bahkan pria itu tahu namaku? aku sendiri tidak mengenalnya! dari mana dia tahu namaku?" Bisiknya dalam hati.
Irna membuka kembali pintu kamar, kedua pipinya sembab karena habis menangis. Gadis itu melangkah gontai kembali duduk di tepi tempat tidurnya.
Lalu dia berdiri lagi sambil mondar-mandir di dalam kamarnya. Irna terus memikirkan bagaimana bisa tiba-tiba berubah seperti ini. Fredian menghilang lalu ada pria lain berada di dalam kamarnya.
"Aku tidak merasa mengenalmu, dan jangan menggangguku, jikapun kamu mengaku mengenal diriku. Aku akan tetap bersikeras bilang tidak mengenalmu!" Tegas Irna pada pria itu sambil melotot marah.
"Kamu adalah istriku bagaimana mungkin kamu bicara tidak mengenalku?" Ujar laki-laki tersebut sambil tersenyum.
Dia terkekeh geli melihat wajah muram Irna, pria itu berdiri di depannya sambil berkacak pinggang menikmati wajah muram di depannya.
"Aku bingung, belakangan ini sedang populer pria ngaku-ngaku sudah menikahi wanita, tapi kenyataannya cuma setingan sepihak!" Ejek Irna pedas sambil terus mondar-mandir tanpa berhenti.
"Apakah kamu benar-benar lupa denganku, aku Rian suamimu!"
"Kamu bisa diam sebentar gak sih? gak tahu orang lagi sibuk mikir apa?! atau kamu mau bibirmu aku sumpal pakai ini?!" Irna segera melepas sandal dari kaki kanannya kemudian dia mengancungkan sandalnya di depan wajah pria itu.
Rian seorang dokter ilmuwan pria berawakan tinggi kulitnya bersih, rambut sedikit ikal, tatapan mata tajam namun jernih, hidungnya mancung. Alis sedikit tebal, berwajah tirus. Tinggi badan pria itu lebih tinggi sedikit dari Fredian.
"Tidak, pokonya aku tidak mengenalmu! sekali tidak tetap tidak kenal!" Irna bersikeras pada pendiriannya. Dia tetap tidak mau menerima pria itu sebagai suaminya yang syah.
Yang dia tahu hanyalah Fredian dan yang sangat dekat dengan dirinya saat ini adalah Fredian seorang.
"Kalau kamu mau bukti aku bisa membuktikannya padamu, kita datang kemari untuk berbulan madu, resepsi pernikahan kita sudah berlangsung seminggu yang lalu." Jelasnya lagi semakin membuat Irna terperanjat bergidik ngeri.
"Bagaimana mungkin aku amnesia secepat itu dalam semalam heh?! resepsi apanya? kalau mimpi jangan ketinggian juga dong! sudah dibilang gak kenal masih aja ngeyel!" Teriak Irna sambil mengusap dagu miliknya sendiri.
"Di mana Fredian!? cepat katakan! apa yang sudah kamu lakukan padanya!?" Irna mengguncang bahu Rian tidak sabar.
"Aku kesal sekali dengan pria ini! kenapa dia tiba-tiba mengaku menjadi suamiku!" Gerutunya lagi sambil memijit pelipisnya
"Tidak ada Fredian yang ada aku Rian! aku suamimu! bagaimana kamu bisa melupakan suamimu sendiri?! lalu malah menanyakan tentang pria lain?!" Dengan nada kesal memunggungi Irna mengambil bajunya dari dalam koper lalu memakainya.
"Dia bahkan tidak merasa malu sama sekali menunjukkan seluruh tubuhnya di depan mataku! astaga pria ini benar-benar telah merusak mataku!"
Gumam Irna sambil menutupi kedua matanya karena Rian sengaja melepas handuknya lalu berpakaian di depan matanya.
"Tidak mungkin semalam aku bermimpi, baiklah terserah apa katamu! aku mau pulang sekarang! dan jika kamu mengaku melakukan sesuatu denganku! apalagi berbulan madu?" Teriak gadis itu sambil kembali melotot ke arahnya.
"Aku tidak merasakan kita melakukan sesuatu sama sekali! kamu hanyalah pria asing yang numpang mandi di kamarku kemudian mengaku-ngaku menjadi suamiku!" Teriaknya lagi sudah tidak sabar.
"Fine pulanglah dan kamu akan mendapatkan apa yang kamu cari!" Rian membiarkan Irna pergi untuk mencari bukti-bukti tentang dirinya.
"Tidak mungkin aku mengigau! apa dia pikir sedang trending mengaku-ngaku menikah!" Geram Irna sambil mengepalkan tangannya.
Ingin sekali dia menonjok pria di depannya itu, tangannya sudah sangat gatal sejak tadi menahan emosi yang meluap-luap.
"Jawaban satu-satunya adalah menemukan keberadaan Fredian! sejak kapan dia menjadi brengsek!? meninggalkan aku sendirian di kamar penginapan dengan pria lain, kenapa dia tiba-tiba membuangku dasar pria kurang ajar!" Gerutunya lagi dengan nada keras. Dia tidak perduli jika Rian mendengar atau tidak.
Ketika sampai di jalan raya Irna mencegat sebuah taxi.
Satu jam kemudian Irna sudah sampai di rumah besar Fredian.
"Dia mungkin sekarang sedang menuju ke sana. Gadis itu sangat cantik, bagaimana jika aku serius dengannya??" Suara Rian dari telepon seberang sedang menelepon seseorang.
"Baiklah aku akan menunggunya. Jangan pernah berani untuk menyentuhnya atau aku cincang tanganmu!" Jawab Fredian mengancam lalu memutuskan panggilan.
"Nona, nona tidak boleh masuk...!" Tahan seorang pelayan menghentikan Irna. Gadis itu melangkah cepat sambil terus mengusap air matanya yang sedari tadi tidak berhenti mengalir.
Irna tidak peduli, dia melangkah menerobos masuk ke ruang baca, dimana Fredian berada.
Begitu melihat Fredian Irna segera berlari menghambur memeluknya.
"Aku sangat merindukanmu! aku juga sangat mencintaimu, kamulah satu-satunya priaku." Ujar Irna sambil memeluknya dengan erat tanpa ingin melepaskan pelukannya dari tubuh Fredian.
Fredian terpaku diam, tidak membalas pelukan Irna. Pria itu mematung air mukanya sedikit memerah menahan sedih.
"Kenapa kamu pergi tanpa bilang apapun padaku semalam, apa yang terjadi?" Tanyanya pada Fredian, Irna perlahan melepaskan pelukannya pada Fredian yang masih diam dan tidak mengatakan apapun sejak kedatangannya tadi.
"Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan!" Ujar Fredian mengelak lalu memunggungi Irna seolah-olah tidak pernah terjadi apapun di antara mereka, seolah-olah dia tidak mengenalinya sama sekali.
"Kamu apa maksudmu mengatakan itu? bukankah kita sepanjang malam bersama! dan kita sudah berjanji untuk tetap bersama, bahkan kita juga sudah menikah!" Jelas Irna dengan bibir bergetar menahan pedih mengiris hatinya.
"Braaak!" Pintu terbuka Rian masuk merangkul bahu Irna.
"Kenapa kamu membuat istriku menangis?!" Teriak Rian melotot ke arah Fredian.
Fredian melotot memberikan isyarat agar Rian tidak menyentuhnya. Akan tetapi tidak digubris sama sekali.
"Jangan pernah menyentuhku walaupun sehelai rambutku! aku tidak akan peduli apapun yang kamu katakan!"
Irna mengibaskan pelukan Rian, dengan air mata berlinang berdiri di hadapan Fredian.
Gadis itu membiarkan air matanya terus merembes membasahi kedua pipinya. Dia berdiri tegak di hadapan Fredian sambil menatap tajam kedua matanya.
"Kamu memelukku lalu menepisku! kamu hari ini berkata cinta, lalu besoknya bilang benci! kamu bilang untuk mengingat tapi kamu sendiri yang melupakanku!" Ujar Irna meremas dada Fredian dan mengguncangkan tubuhnya.
"Oke! jika itu maumu! entah kenapa rasanya hatiku hancur berkeping-keping! setingan pernikahan yang bagus! kamu tidak perlu menggunakan pria ini untuk mengenyahkanku! dan kamu tidak perlu sibuk mengarang cerita! aku tidak akan meminta penjelasan apapun darimu!"
Irna menatap Fredian dengan tatapan penuh kebencian, lalu beralih menatap Rian dengan tatapan mata yang sama. Gadis itu meninggalkan Fredian sembari mengusap air mata membasahi pipinya.
Rian mendekat ke arah Fredian memberikan sebuah botol vaksin.
* Flash back percakapan semalam **
Ketika Irna tertidur Fredian mengobati bibir gadis itu dengan darahnya, hingga lukanya sembuh tak berbekas sama sekali.
Seseorang datang mengetuk pintu, Fredian melangkah keluar dan dia lupa untuk menutupnya kembali.
"Aku punya penawarnya!" Rian menemui Fredian di luar kamar penginapan.
"Berikan itu, aku akan memberimu imbalan apapun yang kamu mau!" Jawabnya.
"Kamu menginap di sini? tempat ini lumayan nyaman!" Rian melangkah masuk ke dalam kamar Fredian, Irna masih terlelap hangat dibalik selimut tidurnya."
Mata Rian tertuju pada seorang gadis yang tengah tidur terlelap. Degup jantungnya mendadak berubah.
"Apakah ini yang dinamakan jatuh cinta pada pandangan pertama?" Gumamnya menoleh ke arah Fredian.
"Aku tidak akan membiarkan kamu menyentuhnya!" Menghadang dengan tubuhnya menghalangi pandangan Rian.
"Tapi itu syarat yang aku inginkan, aku menginginkan gadis itu!" Menunjuk ke arah Irna.
"Jika kamu bisa menundukkannya! kamu tidak boleh menyentuhnya sebelum dia benar-benar menerimamu!" Mengepalkan tangannya menahan amarah.
"Kamu harus melepaskannya, jika tidak vaksin ini tidak akan aku berikan!" Rian dengan santai melangkah masuk ke dalam kamar mandi.
"Maafkan aku yang terus melukaimu, setelah aku normal kembali aku akan merebut hatimu kembali Irna, aku akan merebutmu dari pria itu!" Ujarnya kemudian pergi meninggalkan Irna di dalam kamar bersama Rian.
Fredian meninggalkan Irna, mengecup keningnya lalu beranjak keluar kamar.
***
Fredian menerima vaksinnya yang dilemparkan oleh Rian padanya. Pria itu segera menginjeksikan pada lengannya.
"Aku harap kita bisa bersaing dengan adil!" Ujar Fredian pada Rian.
"Aku tidak yakin, jika Irna akan kembali mencintaimu karena seribu luka yang kamu torehkan barusan!" Ujar Rian dengan pandangan sinis.
Irna membawa koper menuju halte. Rian melihat gadis itu lalu menyusulnya.
"Kamu mau kemana? Biarkan aku mengantarkanmu." Merebut koper dari tangan Irna dan memasukkan ke dalam bagasi mobil.
"Tidak perlu sok dekat! kamu bukan suamiku!" Berusaha merebut kembali menjinjing keluar dari dalam bagasi, akan tetapi Rian menahannya.
"Lepaskan tanganmu dari koperku!" Teriak Irna dengan kesal.
Pria itu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum melihat wajah marah di depannya.
"Lepaskan!" Teriak Irna sambil menarik paksa genggaman tangan Rian pada kopernya, Rian menatap wajah cantik itu lekat-lekat, dia terus menggenggam erat koper Irna tanpa ingin melepaskannya.
Irna memegang tangan pria itu berusaha melepaskan jemari tangannya satu persatu.
Sesaat tatapan mata mereka berdua bertemu, ada butir-butir kristal mengalir di antara tatapan mata mereka berdua. Rian benar-benar telah jatuh cinta pada gadis yang di temuinya semalam.
Irna buru-buru mengalihkan pandangannya ke arah lain, lalu gadis itu segera menyeret kopernya kembali di dekat dia duduk.
"Gadis yang keras kepala." Ujarnya sembari tersenyum ringan ikut duduk di samping Irna.
"Entah kenapa aku merasa nyaman berada di dekat gadis ini. Orang-orang selalu memanggilku pria yang sangat dingin. Karena aku tidak pernah tertarik dengan wanita, tapi kali ini aku sangat tertarik dengan gadis ini." Bisiknya jauh di dalam lubuk hatinya.
"Wajahnya manis, hidungnya mancung, bibirnya tipis dan ranum, tahi lalat kecil ada di bawah sudut mata kanannya. Semakin dia marah dan kesal wajahnya semakin terlihat menarik." Ujarnya lagi sambil tersenyum.
"Ngapain kamu ikut duduk di sini? sempit tahu! gih sana pergi! jangan sok dekat!" Usir Irna pada pria yang terus menerus tersenyum menatap wajahnya sambil menopang kepalanya.
"Apakah dia sedang berusaha tampil manis di depanku? bibirnya terus tersenyum seperti itu! aku sama sekali tidak tertarik padanya! semakin melihatnya aku semakin kesal karena dia!"
Gumamnya menggerutu sepanjang waktu, membuat pria di sebelahnya semakin terkekeh geli mendengar Irna terus ngedumal.
Irna menutupi wajahnya sendiri dengan telapak tangan kanannya, seolah membuat pembatas agar pria di sebelahnya itu tidak terus melihat wajahnya.
bersambung....
Bantu Vote Readers 😭😭😭👍👍👉👉❤️❤️❤️😂😂 view judul lainnya di profil 😭😭👍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments
Film Akuh
gak jelas!!!
2022-05-29
0
Hmzzz࿐♡
apasiii kok gw bingung?😭
2022-05-06
1
xiao bai
kok ciri"nya irna kyk dilraba ya thor😁
jangan" nanti visualnya jg fto dilraba😀😀
ah apapun itu semangat thor
malah makin suka kalo visualnya dilraba
2022-02-28
0