Kepala Fredian berdarah karena timpukan batu tersebut. Pria itu tidak mengaduh ataupun merintih kesakitan. Dia diam saja ketika Irna memukuli kepalanya dengan batu sampai berdarah.
Pria itu perlahan melepaskan gigitannya dari leher Irna, dia menatap gadis itu dengan rasa bersalah. Wajahnya diam tertunduk dan air matanya tiba-tiba menetes membasahi kedua pipinya.
"Maaf.. maafkan aku" Fredian menundukkan kepalanya, meneteskan air mata jatuh membasahi pipi Irna yang ada di bawah pelukannya.
Irna dengan nafas terengah-engah berusaha untuk bangkit. Tubuh Irna lemas akibat kehilangan banyak darah. Dia tidak bisa bergerak leluasa, apalagi untuk melarikan diri dari pria monster yang ada di depannya saat ini.
Wajah Fredian perlahan berubah menjadi normal, bahkan luka di dadanya sembuh total dalam sekejap.
"Kamu, sebenarnya siapa?" Tanyanya pada Fredian. Akan tetapi belum sempat mendapat jawaban tiba-tiba kepala Irna terasa pusing dan gadis itu jatuh tidak sadarkan diri.
***
Entah sudah berapa lama dia tertidur, ketika terjaga dirinya sudah berada di atas tempat tidur dengan hiasan yang sangat indah, alas tidurnya begitu lembut, selimut tebal sangat hangat dan nyaman.
Ada kelambu tipis menggantung menghiasi tempat tidurnya. Sebuah kamar yang begitu luas bak kamar istana raja.
"Akh... kenapa kepalaku sakit sekali?" Desahnya sembari berusaha bangun dari tempat tidur.
Dia bangkit perlahan-lahan.
Matanya menatap selang infus di nadi lengan kanannya. Dia terkejut dan sempat berfikir dirinya berada di dalam rumah sakit.
"Ini bukan rumah sakit, tapi kamar yang sangat luas." Bisiknya sambil memijit keningnya, kening Irna terasa masih berdenyut-denyut.
Beberapa orang wanita berdiri berbaris mengitari Irna di sisi tempat tidurnya. Mereka memakai baju seragam. Salah seorang mengangkat bicara.
"Oh syukurlah nona sudah sadar." Sembari membantu Irna duduk di atas tempat tidurnya.
"Cepat panggil tuan!" Salah satu berbicara dengan yang lain.
"Di manakah saya sekarang?" Tanyanya pada pelayan yang membantunya duduk.
"Anda berada di..." Belum selesai pelayan itu menjawab seseorang masuk ke dalam ruangan.
"Kamu berada di rumahku, tepatnya di dalam kamarku." Sahut Fredian memberi jawaban pada Irna sembari duduk di tepi tempat tidur menemaninya.
Irna menjauhkan diri dari Fredian, dia ingat akan hal beberapa waktu lalu. Dia masih merasa ketakutan ketika pria di depannya itu hampir menghisap habis darah yang ada di tubuhnya.
"Apa yang sebenarnya terjadi, dimana teman-temanku? dan apa yang kamu lakukan sekarang?! kenapa kamu membawaku kemari? antarkan aku pulang me rumahku! jangan bilang ini semua adalah skenario yang kamu buat untukku!!" Sergah Irna meluncurkan serentet pertanyaan bertubi-tubi.
"Semua temanmu berada di tempat yang aman, sedang melakukan perawatan karena cedera. Aku sengaja membawamu ke sini karena kamu pingsan dan kamu terluka akibat dari kesalahanku"
"Lalu Tante Rina?! apa yang terjadi padanya? apakah dia masih hidup?" Tanyanya kembali penuh kesedihan. Tanpa sadar air matanya kembali jatuh merembes membasahi kedua pipinya.
***flashback
"Ayo ke sini Irna...." Tante Rina tersenyum bahagia melambaikan tangannya pada Irna yang masih berusia sepuluh tahun.
Pada waktu itu Tante Rina sedang menjemputnya di sekolah dasar. Irna masih berusia tujuh tahun.
Gadis kecil itu berlari-lari kecil sambil tersenyum bahagia lalu memeluknya erat.
Sejak kepergian kedua orang tuanya Irna menjadi yatim piatu. Kedua orang tuanya meninggal ketika perjalanan bisnis ke Perancis.
Dan satu-satunya orang yang merawatnya semasa kecil sampai usia tujuh belas tahun adalah Tante Rina.
****
"Tantemu sudah meninggal, jasadnya ditemukan di tepi pantai..." Jawab Fredian datar dan tidak berani melihat ke arah Irna.
"Aku harus kembali, kamu pasti berbohong padaku. Aku harus bertemu dengan Tante Rina!" Ujar Irna menahan tangis, mencoba beranjak dari tempat tidur. Fredian segera menahan tubuhnya.
Irna menatap Fredian dengan wajah marah dan kecewa. Hatinya tidak bisa menerima jika tantenya sudah meninggal.
Karena tubuhnya masih sangat lemah gadis itu terhuyung, Fredian menahan tubuhnya agar tidak terjatuh.
"Jasadnya sudah dimakamkan kemarin, dan kamu tidak sadar selama tiga hari" Ujar Fredian lagi. Membuat gadis itu terisak sambil mengusap air matanya.
"Tantemu menganut ilmu hitam, dan karena dia terlambat mempersembahkan korban. Jiwanya hancur dirasuki oleh iblis."
"Karena tanpa sengaja memergoki tantemu membawa gadis untuk dikorbankan,"
"Aku tertangkap dan ditahan di sana. Dia menyuntikkan racun iblis pada tubuhku, yang pada setiap bulan purnama akan berubah menjadi sosok mengerikan seperti yang kamu lihat."
"Ketika itu terjadi, diriku akan merasa sangat haus akan darah, tubuhku menjadi di luar kendali, dan darah yang aku butuhkan bukan darah biasa! namun darah dari seorang gadis yang masih perawan!" Tuturnya pada Irna.
Irna terperangah mendengar pernyataan dari Fredian. Gadis itu kebingungan tidak mengerti dengan detailnya.
"Aku tidak tahu harus berkata apa padamu, entah terima kasih karena sudah menyelamatkan ketiga temanku."
"Ataukah menyalahkanmu karena sudah melukaiku hingga aku seperti ini." Tuturnya dengan tatapan kosong.
"Tidakkah kamu mengenaliku?" Tanya Fredian menatap wajah Irna lekat-lekat sembari meraih telapak tangan Irna lalu meletakkan di kedua pipi miliknya.
"Aku tidak bisa mengingatnya, begitu banyak kenangan yang tak ingin ku ingat kembali." Jawab Irna datar tanpa ekspresi apapun.
Fredian hanya mengangguk dengan senyuman tipis. Lalu berjalan keluar mengambil beberapa makanan yang sudah disiapkan oleh para pelayannya.
"Kamu belum makan apapun selama tiga hari, makanlah sedikit." Ucapnya lembut, sambil menyuapkan satu sendok bubur ke bibir gadis itu.
Irna menatap wajah Fredian dengan penuh kebencian, dan tidak senang sama sekali.
"Kamu memberikan makanan untukku lalu kamu akan memakanku kembali!" Timpal Irna pedas memalingkan wajahnya dengan jijik ke arah lain.
"Tidak, aku tidak akan membiarkan diriku melukaimu untuk kedua kalinya." Sahut Fredian tegas, pria itu lalu meletakkan mangkuk di atas meja. Dia beranjak berdiri hendak meninggalkan Irna di sana sendiri.
"Jika kamu ingin segera meninggalkan rumah ini, kamu harus makan agar segera pulih kembali, lalu kamu bisa pergi."
"Aku tidak pernah berusaha untuk menahanmu agar tetap di sini." Tambahnya lagi.
Fredian melangkah keluar dan menyuruh beberapa pelayan masuk.
"Bantulah Nyonya supaya dia mau memakan makanannya." Perintahnya pada pelayan yang masih berdiri di luar pintu kamar Irna.
"Baik tuan."
Beberapa pelayan masuk untuk membantu Irna menyuapkan makanan.
Setelah selesai mereka keluar dan melaporkan pada Fredian di ruangannya.
"Apakah nyonya sudah makan?"
"Iya tuan.. bahkan nyonya juga tidak menolak untuk meminum obatnya."
"Bagus, katakan padaku jika nyonya membutuhkan sesuatu."
"Baik tuan." Kemudian pelayan itu undur diri.
***
"Kalian keluarlah, saya tidak nyaman jika ada seseorang melihat, sementara saya tertidur..." Perintahnya pada lima pelayan yang berdiri di sekitar tempat tidurnya.
"Baik nyonya." Jawab pelayan itu serempak.
"Eh, tunggu!" Tahan Irna ketika pelayan itu hendak pergi.
"Apakah nyonya membutuhkan sesuatu?"
"Tidak, tapi kenapa kalian tiba-tiba memanggilku dengan sebutan nyonya? kalian cukup memanggilku dengan nama Irna..."
"Maaf nyonya kami tidak berani, tuan yang memutuskan untuk memanggil anda nyonya"
"Ah sudahlah... kalian keluarlah."
Irna merasa akan percuma berdebat dengan para pelayan itu.
Fredian masih terjaga di ruang baca, dia sengaja memasang cctv tersembunyi pada kamar Irna, untuk berjaga-jaga jika sesuatu terjadi.
Fredian terus menerus menatap wajah Irna yang sedang kesal.
Dia tersenyum melihat apa yang dilakukan gadis itu ketika bertanya pada para pelayan.
Irna hendak pergi ke kamar mandi, akan tetapi tubuhnya masih agak lemas.
Dia berusaha keras untuk berdiri, walaupun tidak berhasil.
Dia tetap bersikeras mencoba, karena tidak tahan melihatnya Fredian berlari masuk ke dalam kamar Irna.
Tepat pada saat masuk ke dalam kamar, Irna hendak terjatuh, jika Fredian tidak segera menopangnya.
"Kamu mau pergi ke mana?" Tanyanya lembut
Irna tidak menjawab malah berusaha melepaskan diri dari Fredian.
Fredian diam lalu membopong tubuh gadis itu masuk ke kamar mandi.
"Aku akan keluar, ketuklah tiga kali jika kamu sudah selesai.." Ujar Fredian lagi
Setelah membopong kembali tubuh Irna di atas tempat tidurnya Fredian beranjak pergi, namun Irna menahan tangannya.
"Apa kamu membutuhkan sesuatu?" Tanyanya lagi
"Bagaimana kamu tahu aku akan jatuh?! dan bersegera lari kemari... dan juga kenapa kamu menyuruh pelayan memanggilku dengan sebutan nyonya?!" Tanya Irna penuh nada gusar.
"Karena aku begitu hawatir terjadi sesuatu padamu jadi aku berlari segera ke sini, aku meminta mereka untuk memanggilmu nyonya, karena kamulah satu-satunya yang akan menjadi nyonya di rumah ini." Ungkap Fredian dengan sabar
"Bagaimana kamu bisa begitu yakin jika aku akan menerimamu?!" Tukas Irna sambil cemberut karena kesal.
"Karena aku tidak akan pernah menikah kecuali dengan dirimu" Memegang jemari Irna kemudian menciumnya dengan lembut.
"Aku tidak akan pernah menikah dengan seorang monster!!" Irna merenggut kembali tangannya dengan kasar.
"Aku juga tidak akan pernah mengingkari janjiku pada seorang gadis berusia sepuluh tahun, aku sudah berjanji padanya untuk melindunginya selamanya... " Menatap Irna dengan mata berkaca-kaca.
"Untuk apa kamu bersikeras dengan ocehan anak-anak yang tidak bisa pasti mengingat masa lalunya!? bagaimana jika gadis kecilmu tidak mencintaimu!? dia sudah memiliki seseorang yang menunggunya dan itu bukan kamu!" Sanggah Irna pedas dan memalingkan wajahnya membelakangi Fredian.
Fredian mengakhiri perdebatan, melangkah keluar.
Dia tahu bahwa Irna sengaja memancing amarahnya, supaya dia membencinya.
Fredian tanpa sadar meneteskan air mata ketika melihat gadis yang dicintainya diam-diam terisak sendirian di dalam kamarnya.
"Dia... adalah laki-laki yang terus-menerus muncul di dalam mimpiku, awalnya aku merasa asing. Akan tetapi sekarang semuanya menjadi jelas. Namun aku tidak tahu apakah aku masih memiliki perasaan padanya... setiap mengingatnya hatiku terasa sangat sakit..." Ungkap Irna dalam hatinya.
***
Entah sudah berapa lama Irna menangis lalu tertidur dan ketika terjaga dia merasakan tubuh hangat merengkuhnya, terlelap berada di sebelahnya.
Perlahan Irna membuka kelopak matanya..
Fredian menatap wajahnya sambil tersenyum lembut.
"Sejak, sejak kapan kamu berada di sini?!" tanyanya gugup pada Fredian.
Irna berusaha melepaskan pelukannya, akan tetapi Fredian tetap menahan dan tidak memberikan kesempatan pada Irna untuk melepaskan diri.
"Lepaskan aku, Fred!" Perintahnya pada Fredian, sambil mendorong dada pria itu agar menjauh.
Fredian tersenyum, itu pertama kalinya Irna mau memanggil namanya semenjak kejadian itu. Dia tidak melepaskan pelukannya malah memeluknya semakin erat.
"Kamu gila! lepaskan aku!" Umpat Irna kesal karena tidak bisa melepaskan diri.
"Aku memang sudah lama tergila-gila padamu.." jawab Fredian santai
"Lepas!" Teriak Irna
"Tidak akan!"
"Lepas tidak?!"
"Tidak akan pernah!" Tukas Fredian lagi
"Kecuali jika kamu bersedia menikah denganku.." Ujarnya sambil tersenyum menggoda.
"Akh! aduh! duh!"
Irna mencubit pinggang Fredian dengan kuat, membuat pria itu memekik kesakitan.
"Ini adalah hukuman karena kamu terus menerus menggangguku!"
"Aowwwhh! ampun nyonya!" Goda Fredian tambah membuat Irna kesal.
Irna terus mencubit sampai Fredian terpaksa melepaskan pelukannya dan terguling jatuh ke lantai bersamanya.
"Bruuk!" Mereka jatuh terguling tubuh Irna menimpa Fredian.
Tatapan mereka berdua bertemu,
Wajah Irna memerah..
Kemudian tersadar dan Irna hendak beranjak bangun, Fredian membantunya berdiri, membopong masuk ke dalam kamar mandi.
Fredian menyalakan shower hingga membuat tubuh mereka berdua basah kuyup.
Fredian perlahan menurunkan tubuh Irna di atas bath up.
Irna mengusap wajahnya sendiri yang basah, Fredian menekan kepala Irna hingga bersandar, lalu mengulum bibir gadis itu dengan lembut.
Irna tanpa sadar memejamkan matanya.. terlarut dalam suasana..
Tangan Fredian memeluk pinggang gadis itu, menyusuri hendak melepaskan kancing baju Irna.
Irna tersadar, menangkap tangan Fredian. Kemudian menggelengkan kepalanya.
Memberikan isyarat untuk tidak melakukan apapun terhadap dirinya.
Fredian dengan salah tingkah melepaskan pelukannya.
"Setelah selesai panggilah aku..." Ujar Fredian pergi meninggalkan Irna tanpa menoleh kembali.
***
Fredian melepaskan bajunya lalu masuk ke dalam kamar mandi di kamar lain.
Air shower mengucur deras membasahi tubuhnya.
"Braaakkkkkkk!!" Dipukulkan tinjunya ke dinding dengan penuh penyesalan.
Darah mengalir deras karena luka pada tangan kanannya. Darahnya mengalir bersama air berjatuhan di lantai...
"Bagaimana aku bisa lepas kendali, dia gadis yang sangat lemah. Gadis yang selalu berpura-pura menjadi kuat agar tidak dipandang lemah, aku sangat mencintainya namun aku tidak bisa menjaga perasaannya...."
***
Setelah hari itu Fredian tidak memperlihatkan wajahnya lagi kepada Irna.
Setiap hari Irna hanya bertemu dengan para pelayan.
Sampai ketika dia sudah pulih sepenuhnya, dia hendak berpamitan dengan Fredian. Akan tetapi para pelayan itu berkata bahwa Fredian sedang pergi ke luar negeri untuk urusan bisnis.
Seorang supir mengantarkan Irna ke rumah lamanya.
Irna merasa bersalah pada Fredian,
"Apakah dia sangat marah padaku? hingga dia tidak ingin melihat wajahku lagi...?" tanyanya pada dirinya sendiri dalam lamunan.
"Nyonya... sudah sampai.." ucap sopir itu pada Irna yang sedari tadi melamun.
"Ah iya pak.. terima kasih karena sudah mengantar saya" ucapnya sambil mengangguk
Irna mengangkat kopernya masuk ke dalam rumah.
Dirinya tiba-tiba merasa ada sepasang mata tengah mengawasi dari kejauhan.
Bulu kuduknya terasa meremang berdiri.
Dia mencoba melihat ke arah sekitar pepohonan, namun tidak menemukan siapapun di sana.
****apakah itu Fredian ataukah sepasang mata iblis yang lain? jangan lewatkan di episode selanjutnya....ya? *** klik 👍+❤️ bantu vote 😭😭😭😭
bersambung...
klik profilku, 👉 temukan judul kisah menarik lainnya ✍️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments
Muliatu Nisa
bbb
2022-06-02
0
Eny Aprelia
serem" gmn gt thor
2022-01-15
1
Lusiana Herni
ikuti dulu alurnya....up thor
2022-01-14
2