Nella in Action
Nella Maulana Kurniawan, 19 tahun, cewek barbar yang suka bikin orang pusing sama tingkah absurd-nya.
Saat ini dia sedang berada di salah satu rumah minuman, kalau sebutan kafe, bukan sih. Melainkan tempat khusus jual segala minuman, kayak Starbucks. Tetapi, Nella bukan di sana. Malahan di Tea Garden, minuman yang paling diminati oleh beberapa orang di kota ini.
Kebetulan, Nella sedang dalam antrian, benar, dia sedang duduk sambil menunggu giliran minuman dengan urutan nomor 403. Selain itu, dia sambil main hape, dengan muka jutek, merenggut. Terus dibuatlah status di sosial medianya.
Dengan lincah dan lentik jarinya. Terbitlah sebuah kalimat yang amat praktis. "Gue lagi tunggu antrian nomor 403, sekarang masih antrian nomor 400. Bayangkan seperti mengantri pasien berobat di Tong seng Ahsan!" Seperti itulah postingan status di sosial medianya.
Tak lama di mana dia mengirim status keluhan di sosial media. Terdengarlah suara menyebutkan nomor antrian. "403 Greentea with cream vanila!" teriakan dari kasir.
Dengan cepat pula, Nella beranjak dari duduk, lalu menuju ke kasir di mana minuman dia pesan itu sudah terekspos sangat cantik dan segar. Namun, sebuah insiden itu terjadi hanya kebetulan atau memang sengaja.
Karena saking semangat Nella untuk menuju ke kasir itu. Dia tidak sengaja menyenggol seseorang, yang memang orang itu berdiri tidak jauh di mana minuman Nella berada.
Tanpa sengaja itu pun mengenai di lengan Nella. Tepat saat, orang itu membawa minuman secangkir teh yang masih hangat. Tidak sengaja keciplak ke lengan Nella kala itu.
"Aduuhh ... panas-panas-panas!" pekiknya spontan.
"Maaf, saya tidak sengaja!" Di ambil tisu ada di sebelah kasir, membantu mengelap tumpahan kopi panas tangan Nella.
"Sudah tidak apa-apa..." Nella mencoba menghindar. Terus tatapannya tak kedip.
Mendapat sesuatu yang besar, cowok cakep. Sampai minuman yang ia pesan dalam antrian pun di tinggal begitu saja.
"Hei! Woi...! Aduhh... siapa sih namanya! Om...!" teriak Nella mengejar pria tinggi yang sedikit bertatto di lengannya.
Masih tahap mengejar sampai menabrak orang yang lewat lalu lalang di sana.
"Maaf!"
Nella terus mengejar takut hilang jejak. "Om...!" berhasil juga mengejarnya.
Pria itu menoleh perhatikan Nella dalam keadaan membungkuk mengatur napasnya habis berlari.
"Kamu panggil saya?" tunjuknya memastikan.
"Iya pastilah, gue panggil Om. Siapa lagi coba!" balasnya masih setengah terengah-engah nafas.
"Ada perlu apa?" tanyanya, "Boleh minta nomor, Om? itung-itung perkenalan," jawab Nella mengeluarkan ponsel terbaru kepada pria bertatto tinggi itu.
Pria itu makin mengerut tidak paham, masih ada zaman modern cewek minta nomor ponselnya.
"Aduhh... Om, jangan lihat gue begitu, deh! Gue tau kok, cantik memang. Sudah nope!" celoteh Nella menggoyangkan ponselnya menunggu tanggapan dari pria itu.
Pria itu mulai mengetik dan berikan kepadanya. Nella tersenyum senang, "namanya siapa, Om?"
"Edy .... Edy Susanto Kusuma." jawab pria itu. Nella mulai mengetik nama simpanan kontak.
"Oke, Om. Nanti gue telepon atau chit-chat ya! Bye, muach!"
Nella puter badan lalu pergi setengah melompat kegirangan. Pria itu makin bingung sama sikap cewek barbar.
****
Nella berbaring di tempat tidur sambil mengangkat kedua tangan menatap ponselnya tinggi-tinggi. Sebuah foto terpampang jelas di profil whatsapp.
Seorang pria tengah berdiri membelakangi, rasanya seperti mimpi untuk Nella.
"Nella! Ne... lala..."
Ceklek.
"Ya ampun ini anak di panggil nggak pernah direspons!" omel Luna.
Luna Sebatian Kurniawan, sang kakak yang sebentar lagi akan menikah dengan seorang pengusaha kaya raya.
"Lihat apa sih! Serius amat!" kepo Luna telah berada di atas tempat tidur empuk dan nyaman lembut itu.
"Ganteng ya! Sampai perhatikan foto itu?" masih menggomel si Luna.
"Ganteng, iya, Kak! Tapi, kok dia gak balas chat gue ya?" cuap-cuap Nella bersuara.
"Ya sabar kali, Nel... Mungkin dia lagi sibuk atau bagaimana," kata Luna.
Nella berputar tubuh menghadap kakaknya yang sebentar lagi pergi jauh. Rasanya sepi deh, tak ada yang omelin dia lagi.
"Kak, Lala juga ingin kawin!" ceplos Nella bikin Luna tabok mulutnya.
"Huss...! Sembarangan mulut itu! Kamu masih kecil, kuliah dulu setelah itu kerja. Baru nikah."
"Habisnya, kakak sudah di colong sama calon kaya raya. Aku pun mau dong. Sepi, kalo kakak sudah nikah. Siapa yang omelin Lala lagi." Cemberut Nella merasa sedih banget.
"Kakak nikah gak selamanya pergi jauh, kamu juga bisa datang ke kantor suami kakak, kalau bosan!" Gemas si Luna sama adik kecilnya itu.
"Memang boleh? Nanti abang ipar marah kalo Lala ke kantor bikin ribut."
Putar kembali tubuhnya seperti guling - guling merasa bosan tidak ada balasan dari chit-chatnya.
"Tentu bolehi dong, sayang. Abang Alex sudah di bagian keluarga kita. Dia juga sayang sama kamu! Sudah, tidur sana. Besok bangun pagi, harus temani kakak ke bridal."
Luna turun dari tempat tidur Nella, kembali ke kamarnya. Nella masih sibuk sama ponselnya. Luna benar geleng kepala dengan tingkah adiknya itu.
👉✌👈
Edy tengah sibuk dengan persiapan saudara sepupunya untuk pernikahan besok. Benar menjengkelkan baginya. Dia yang mau menikah, kenapa harus dirinya sibuk dengan perlengkapan gedung sebagiannya.
"Dy, ini bagaimana bagus?" tanya Alex sedang mencoba beberapa pakaian jas tuxedonya.
"Bagus banget. Semua bagus!" jawabnya kesal.
Sudah berapa pakaian yang dicoba sama sepupunya ini. Merasa hidupnya tidak ada hal lebih penting. Pekerjaannya juga harus di kerjakan, kalau bukan sang sepupu akan menikah tentu ia tidak akan mengurus sifat jelek adiknya ini.
"Kok jawabnya begitu, aku hanya ingin tampil lebih baik untuk calon istriku nanti. Seorang Alex Chandra Kusuma harus menunjukkan kemampuan sebenarnya, kamu juga tidak ingin kalau anak tunggal Kusuma berpenampilan seperti gembel, kan?" Senggol Alex membanggakan dan percaya diri pada dunianya.
Sudah berapa kali Edy mendengar kata gombalan puitis itu dari mulut sang adik sepupunya. Kalau bukan penyampaian amanat almarhum beliau mungkin ia juga enggak akan ada di dunia adik sepupu penuh dramatis ini.
"Sekarang ada lagi yang mau kamu coba jas tuxedonya?" Edy bertanya, sudah menumpuk pakaian itu di atas tempat tidur Alex. Penuh hingga tidak terlihat bentuk ranjangnya.
"Ini bagus, aku suka. Ternyata memilih pakaian ini butuh waktu lama," jawab Alex menyukai jas tuxedo warna cream di tempati kemeja abu-abu gelap dengan dasi berwarna yang sama.
"Oke, jadi semua ini tidak ada kamu suka? Biar aku minta Bibi Siti membereskannya." kata Edy kemudian, pekerjaannya sudah kelar.
Kini ia harus segera kembali mengerjakan beberapa pekerjaan kantor yang sudah lama menundanya.
"Iya, sudah itu saja. Terima kasih, abang sepupu yang baik." ujar Alex berlalu menggantungkan baju yang ia pilih.
Berada di ruang kerja, Edy duduk lanjutkan pekerjaan yang berserak di mana-mana. Ponsel yang dari tadi tidak ia bawa memang di biarkan.
6 pesan belum di baca
+62865173***
Edy membuka pesan dari siapa itu.
+62865173***
Hi, Om... masih ingat gue gk?
•Eh... test... test...
•Om... ini Lala yang d gk sngja
di kafe Tea Garden!
•Om... Ishh... balas dong!
•Halo... Loha...
•Om edy....
Edy mengabaikan pesan tidak di kenalnya. Ia lebih baik melanjutkan pekerjaan kantor daripada mengurus pesan gak penting itu.
Nella yang dari tadi menunggu balasan dari Edy tak kunjung juga. Akhirnya ia sendiri ketiduran, getaran ponselnya kedip sekali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Anonymous
😂
2022-11-28
0
kak doy
Ceritakan semoga sesuai ekspektasi sih, nggak terlalu nguras air mata. Sy butuh healing wkwk😁
2022-04-30
1
kak doy
kocak sekali si Nella😩
2022-04-30
0