BAB 3
Who is he?
Ariana Putri Pov
Aku menatap langit sore, entahlah aku membenci hidup ini. Jika kalian mengira aku bahagia maka aku akan berkata jujur, aku membenci hidupku. Aku harus menjadi simpanan seorang rektor hanya untuk membiayai rumah sakit ibuku. Ibukku mempunyai penyakit gagal ginjal dan kalian tahu berapa banyak biaya yang harus aku tanggung untuknya, aku begitu mencintai ibuku, bahkan dia tidak pernah tahu tentangku karena aku tidak ingin menyakiti hatinya. Jika kalian tanya dimana ayahku maka aku akan menjawab entahlah, aku sudah tidak mempedulikan orang itu. Aku harap pria itu mati. Pria berengsek itu mengatur hidupku bahkan dengan tega menjual anak perempuannya sendiri yang berakhir menjadi simpanan.
Sialnya! Orang itu yang telah membeliku begitu pintar memanipulatif menipu semua orang. Dengan mengatakan jika aku adalah anak angkatnya, padahal sebaliknya aku harus menjadi pemuas nafsunya kapanpun dia mau. Aku juga tidak pernah tahu, kenapa pria terhormat yang sudah memiliki istri dan keluarga bisa seberengsek itu? Sejujurnya aku ingin lepas, tapi aku memerlukan uang orang itu untuk membiayai hidupku dan pengobatan ibuku. Aku tersedu, kenapa tuhan tidak begitu adil? Kenapa aku harus diberi kehidupan seperti ini?
Ingin sekali aku loncat dari atap gedung pascasarjana ini, tapi jika aku mati lantas siapa yang akan membiayai pengobatan ibuku. Aku menangis meluapkan semua emosiku, aku tidak peduli jika ada yang melihatku.
Aku menyeka airmataku, aku rasa aku sudah terlalu lama disini. Aku takut ibuku mencariku dan aku tidak ada di sampingnya. Aku berbalik, tepat saat itu aku merasakan ada kehadiran seseorang selain aku, aku terkejut tanpa sadar tubuhku goyah. Entahlah aku tidak tahu apa yang selanjutnya yang terjadi, ketika aku membuka mata aku sudah ada didekapan pria itu.
"Mas siapa?" tanyaku sambil menghapus airmataku.
Reflek aku menjauh darinya, tapi siapa sangka jika ia akan tersenyum lebar melihatku. Ketika aku duduk, ia ikut duduk di dekatku.
"Kenapa kamu menangis?" bukannya menjawab pertanyaanku, orang aneh ini malah bertanya hal yang membuatku takut, aku takut jika pria ini akan memperlakukan tidak baik. Laki-laki adalah mahluk berengsek, dan aku harus menjauh dari pria ini. Tanpa sadar aku menjauhkan badanku darinya, tapi dia mengikutiku hingga aku terpojok. Sekali saja aku bergerak aku akan jatuh dari gedung ini dan aku belum mengharapkan hal itu terjadi padaku.
"Apa yang mas inginkan?" cicitku.
"Kenapa kamu menangis?" lagi-lagi hal itu yang aku dengar, aku semakin menjadi takut jika orang ini akan bertindak jahat padaku. Aku menggelengkan kepala sebagai tanda aku engan menjawab pertanyaannya, tapi justru pria itu malah memegang bahuku. Tubuhku gemetar ketakutan, aku takut pria ini akan berbuat macam-macam padaku.
aku mencoba rileks, seakan-akan hal ini bukanlah apa-apa.
"Kamu tahu baru pertama kali," ia memutus ucapannya, dan itu berhasil membuatku penasaran apa yang ingi pria ini katakan.
"Aku melihat seorang gadis yang sedang menangis, terlihat sangat cantik di mataku." Wajahku terangkat menatap mata hitamnya yang kelam, entah kenapa jantungku berdebar begitu kencang, jujur karena ini pertama kali ada pria yang mengatakan hal manis seperti itu padaku. Aku masih menatapnya, aku berusaha merekam semua hal tentang pria ini sekejap, paling tidak ada seseorang yang menatapku dengan tulus.
"Maaf?" ucapku sambil melepaskan tangannya.
"Kenapa harus minta maaf?" tanyanya.
"Permisi aku mau pergi." Aku langsung berdiri meninggalkannya, aku kira ia akan membiarkanku pergi namun dia mengikutiku. Jujur aku salah tingkah dan aku tidak suka dengan getaran yang menjalar di tubuhku hanya karena ia orang yang baru pertama kali aku temui tapi mampu mempengaruhi hidupku. Aku membalikan badanku, dan menatap pria itu.
"Maaf kenapa mas mengikuti saya?" tanyaku
"Jika aku mengatakan aku tertarik padamu, apa kamu akan marah." Ucapnya dengan nada penuh percaya diri.
Aku tak mengucapkan apapun, aku langsung berlari meninggalkannya. Aku takut jika laki-laki itu hanya menipu diriku dan menyakiti diriku seperti laki-laki lainnya. Aku mempercepat lajuku ketika aku menyadari jika laki-laki itu mengikutiku. Aku berbelok ke sebuah lorong, untuk bersembunyi menghindar darinya. Dan ternyata itu berhasil, laki-laki itu menyangka jika aku telah pergi. Diam-diam aku tersenyum senang, entahlah laki-laki itu mampu memperbaiki moodku seketika.
****
Aku berlari membenarkan bajuku, aku menghela nafas. Pria ini masih bisa-bisanya menyuruhku memuaskan nafsunya padahal sedang ada demo gentar-gentaran di depan gedung ini. aku juga tidak pernah tahu, padahal ia baru setahun menjabat menjadi rektor tapi sudah membuat banyak kasus, ah bahkan dia membeliku sebagai simpanannya. Entahlah terbuat dari apa pikiran manusia itu, padahal sudah berkepala empat dan mempunyai dua anak tapi tetap saja berperilaku bejat dan bodohnya aku mengikuti semua yang diinginkan pria itu. Sabar Ariana ini semua demi uang, demi ibumu.
"Kau boleh pergi, tapi jika kamu masih mau memuaskan nafsuku aku akan senang hati menerimanya." Ucap Andre dengan nada menggoda, aku mendiamkannya. Aku melakukan semua ini dengan terpaksa, tidak pernah aku menikmatinya. Karena di dalam hatiku aku ingin mengakhiri hal bodoh ini.
"Aku pergi." Pamitku sambil membanting pintu. Aku masih bisa mendengar tawanya.
Aku keluar dari ruagannya bersikap normal, dan menyapa pegawai yang raut wajahnya kacau mendengar seruan-seruan demo dari luar gedung. Aku mempercepat lajuku mencapai pintu utama dan aku berhasil keluar dari neraka ini.
Aku menatap sekelilling dan ternyata 'Bingo!' banyak sekali orang-orang di sini. Aku mencoba menerobos kerumunan anggap saja aku gila tapi aku butuh keluar dari tempat ini. Aku tidak ingin berlama-lama disini, sampai saat itu aku merasakan tanganku digenggam seseorang awalnya aku kaget, aku berusaha memberontak. Tapi ketika aku melihat siapa orang yang mengengganya, aku membiarkannya. Aku menerima setiap perlakuan hangatnya, laki-laki itu begitu tulus melindungiku untuk keluar dari keruman ini. perlindungan yang tidak pernah aku dapatkan dari siapapun. Aku tersenyum kecil, didalam kehangatannya.
Ketika kami berhasil keluar dari kerumunan, aku dengan cepat melepaskan diri dari laki-laki itu. tapi laki-laki itu tidak melepaskannya, malah ia memelukku erat. Aku melihat seragam Badan Eksekutif Mahasiswa yang melekat pada pria itu, bisa aku tebak jika ia adalah salah satu aktivis di kampus ini. Jadi dia orang yang berpengaruh di kampus ini.
"Mas, bisa lepaskan." Pintaku. Aku mulai risih dipandang orang-orang.
"Oke, tapi kamu jangan pergi." Balas pria itu, aku menganggukan kepala menyetujui ucapan pria itu.
Lalu pria itu melepaskan pelukanku, tapi tidak dengan tangannya. Tangannya menggenggam erat tanganku bahkan membawaku masuk ke dalam gedung di salah satu Fakultas Teknik. Kami menaiki anak tangga yang membawa kami ke lantai 3, aku menatap punggung pria ini, entahlah dia terlihat mempesona di mataku. Tidak pernah ada pria yang memperlakukanku lembut. Pria itu terus berjalan mencari ruangan yang kosong, hingga berada di ujung lorong ia berhasil menemukannya. Aku terus berada di belakangnya, sambil mengenggam erat tangannya. Jujur aku takut pria itu akan berbuat macam-macam padaku, tapi untuk apa aku berpikir macam-macam jika aku saja sudah tak layak dibilang seperti wanita, aku sudah kotor jadi apa yang perlu aku jaga dari laki-laki. Aku tersenyum miris memikirkan hal itu.
Pria itu membukakan pintu ruangan itu, lalu melepas genggaman tanganku. Kami berdua masuk ke dalam kelas itu. Aku berjalan mendekat ke arah jendela, pria itu mengikutiku, dan ia berdiri di sampingku.
"Apa yang kamu lakukan di gedung rektorat?" tanya pria itu penasaran.
'Aku habis melakukan sesuatu yang mungkin akan membuatmu jijik kepadaku.' Ucapku dalam hati, jujur aku ingin berbicara tapi aku mengurungkannya.
"Menemui ayahku." balasku.
Pria itu tampak berpikir sejenak mencerna ucapanku, mata pria itu langsung membulat menatap gadis itu tidak percaya. Apa aku ini anak rektor di kampus ini? seakan bisa membaca raut wajah pria itu. aku menganggukan kepala.
"Kenapa aku tidak pernah tahu?" tanya pria itu.
'seandainya kamu tahu aku simpanannya, apa kamu masih mau menyapaku?' tambahku dalam hati.
"Kenapa aku harus memberitahu mas?" aku balik bertanya, Pria tersenyum mendengar ucapanku. Kadang aku berpikir kenapa pria itu senang sekali tersenyum. Bahkan aku benci tersenyum.
"Sejak bertemu dengan kamu, ada satu hal yang aku pelajari." Ucap pria itu, mata hitamya menatap mataku dalam. Aku mengernyit bingung atas ucapan pria itu.
"Kamu tahu itu apa?"
"Apa?" tanyaku penasaran.
Pria itu diam, tidak menjawab. Ia malah memandang keluar jendela melihat kerumunan orang yang berdemo di depan kantor rektorat.
"Siapa nama kamu?" bukannya menjawab, tapi pria itu malah mengalihkan dengan pertanyaan jujur ada rasa penasaran di hatiku.
"Apa arti sebuah nama hingga kamu menanyakan hal itu." aku berbalik sambil berkata dengan nada yang tajam, pria itu terkekeh mendengarnya. Masih dalam posisi yang sama kami saling memunggungi,
"Karena aku ingin tahu siapa namamu?"
"Rasa ingin tahu saja tidak cukup untuk mendapatkan nama seseorang." Ucapku.
"Kamu terlihat berbeda dengan kemarin," ucap pria itu tanpa sadar, tubuhku bergetar apa pria ini mengetahui rahasiaku.
"Itu bukan urusanmu," dengan cepat aku meninggalkan pria itu. Aku takut jika pria itu masuk kedalam duniaku semakin dalam. Aku tidak ingin terlibat dengan siapapun cukup dengan kehidupanku yang menyakitkan. Tapi aku menyukai kehadiran pria itu, sedikit membawa warna di kehidupanku.
Dan kenapa tuhan selalu mempertemukanku dengan pria itu, sebenarnya siapa dia? siapa pria itu? Apakah dia dikirim tuhan kepadaku untuk merubah hidupku?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Maria Magdalena Indarti
lanjutkan thor
2023-07-10
0
widya
tersentuh banget sih.. sama cowok itu
2023-01-18
0
🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati
👍👍👍👍
2020-10-16
0