Sore ini kota New York begitu cerah dan Elin sedang menikmati satu gelas capuccino panas dalam sebuah kafe sederhana bertema clasic.
Suara alunan instrumen yang begitu nyaman dengan di penuhi orang orang yang berlalu lalang di depan kafe , menjadi suasana yang begitu nikmat untuk Elin.
Setelah rutinitas kampus dan sebelum kembali ke apartement , dia akan lebih dulu memilih untuk bersantai di kafe yang sekarang menjadi tempat kedua ternyaman setelah kamar tidur dan kasur empuk miliknya.
Ia masih fokus dengan laptop di hadapannya , hari ini sudah hampir dua bulan ia berstatus sebagai salah satu mahasiswa Parson School , sudah begitu banyak yang ia pelajari dan hari ini ia harus menyelesaikan desain pakaian pertama yang ia rancang untuk tugas kampusnya , dan hasilnya akan menentukan di perusahaan mana ia akan di letakkan nanti sebagai mahasiswa magang , walau masih begitu lama untuk waktu tapi Elin berusaha sangat giat , ini impiannya dan ini alasannya datang ke kota New York.
prankkk
Suara itu mengalihkan pandangan Elin dari layar laptopnya , di lihatnya seorang perempuan yang sedang berjongkok tidak jauh dari tempat ia duduk , terlihat aliran kopi panas dan serpihan kaca yang berserakan di lantai.
" Apa kamu tidak apa apa Nona ? " tanya Elin yang sudah menghampiri perempuan itu dengan membawa tissue di tangannya.
" Sial " umpat perempuan itu.
" Oh maafkan aku tapi ini sangat panas " ucapnya dengan tersenyum dan menyadari Elin berada di sampingnya.
" Mari bangun nona , ujung pakaianmu sudah basah karena tumpahan kopi " ujar Elin dengan mengulurkan tangannya dan memberikan beberapa lembar tissue .
" shitt " perempuan itu mengulang umpatannya lagi " oh tuhan , mengapa akhir akhir ini aku begitu sial " lanjutnya dengan menghela nafas kasar.
" Terimakasih " ucapnya menyambut uluran tangan Elin dan menerima tissue untuk mengelap kulitnya yang tersiram tumpahan kopi.
" Kita bisa ke mejaku , biarkan pelayan yang membersihkan ini " ujar Elin dan perempuan itu menurutinya dengan berjalan menuju tempat tadi Elin duduk.
" Maafkan aku karena telah merepotkanmu , Hannah " ucap perempuan yang kini berada di hadapan Elin dan mengulurkan tangannya.
" Merlinda , dan kamu bisa memanggiku Elin " ucap Elin dan membalas uluran tangan Hannah , perempuan yang baru ia kenal sore ini.
" Apa kamu ingin memesan kopimu lagi " tanya Elin dan tanpa menjawab Hannah langsung memanggil salah satu pelayan dan tersenyum ke arah Elin.
" Aku lebih cepat dari yang kamu bayangkan " ucapnya tertawa.
" Tentu aku akan kembali memesan kopiku , menikmati satu gelas kopi dengan gadis cantik di kota membosankan ini adalah impianku dan hari ini kamu menjadi malaikat penolongku " jelas Hannah dan Elin menautkan kedua alisnya .
" Malaikat penolong ? " Elin mengulang kata kata Hannah " yup " ucap Hannah menganggukkan kepalanya.
" Sebenarnya aku orang yang gugup , aku akan sangat takut ketika aku melalukan sebuah kesalahan dan beruntungnya ada kamu , dan aku kembali menikmati kopi ini " jelasnya kembali dengan menerima kopi panas dan satu piring biskuit yang baru saja di letakan oleh pelayan di atas meja.
" Maafkan aku karena terlalu banyak bicara " ujar Hannah tertawa karena melihat wajah Elin yang masih menatap bingung pada dirinya.
" emm.. tidak apa apa , aku seorang pendengar yang cukup baik " ucap Elin yang membuat Hannah semakin tertawa.
" Astaga , kita harus mengobati tanganmu " lanjut Elin pada Hannah setelah melihat tangan perempuan itu yang sudah memerah karena bekas tumpahan kopi panas.
" Aku tidak apa apa Elin , karena aku tidak ingin menyianyiakan pertemuan pertama kita hanya karena luka sialan ini "
" Tapi itu akan berbekas " kata Elin panik, namun Hannah masih dengan santainya meminum kopi tidak mengidahkan Elin yang menatapnya penuh khawatir.
" lin , aku tidak apa apa bekas ini masih bisa di tutup dengan make up" ucap Hannah lembut untuk meredahkan ke khawatiran Elin.
" Sungguh , kamu tidak ingin kita ke rumah sakit sekarang Hannah" tanya Elin dan Hannah langsung menganggukkan kepalanya.
" Aku sangat beruntung hari ini karena bertemu gadis baik sepertimu" ucap Hannah tersenyum menatap Elin kemudian mengalihkan pandangannya melihat ke arah luar kafe yang di penuhi orang yang berjalan lalu lalang.
Drrrttt drrttt "
Hannah membuka tasnya , memastikan siapa yang menganggunya lewat telepon sore ini .
" Aku sudah mengosongkan jadwalku hari ini tapi mengapa mereka masih mengangguku " gerutu Hannah yang terlihat begitu kesal setelah melihat nama panggilan telpon yang masuk pada handphonenya.
di letakkannya benda pipih miliknya itu di atas meja , dan ia biarkan terus bergetar tanpa menjawab telpon yang terus berdering pada handphonenya.
" Apa kamu terganggu dengan telepon ini ? " tanya Hannah pada Elin karena gadis itu terus menatapnya.
" Tidak Hannah , tapi mungkin itu panggilan yang penting untukmu "
Mendengar itu Hannah hanya tertawa dengan mata yang menatap kosong ke arah jalan.
" Aku sangat bahagia jika itu memang terjadi , tapi panggilan telepon ini tentu bukan untuk itu , mereka meneleponku hanya untuk memastikan bahwa sapi perahnya ini masih bisa berguna " jelas Hannah tersenyum kecut dan mengucapkannya tanpa sadar , Elin mengerutkan kedua alisnya menatap Hannah yang masih menatap kosong.
Jika di lihat dari luar tidak ada yang kurang dari perempuan di hadapannya ini , cantik dengan tubuh yang tinggi , berambut pirang dengan mata coklat yang menyala , paduan yang sangat sempurna untuk setiap orang yang memandang ke arahnya.
" Apa yang sedang kamu kerjakan " tanya Hannah tiba tiba dengan wajah yang kembali ceria dan menatap laptop yang berada di hadapan Elin.
" emm.. aku sedang mengerjakan tugas kampusku " jelas Elin.
" Maafkan aku mengganggumu Elin , tapi aku menyukainya " kata Hannah tertawa , melihat itu Elin ikut tertawa , merasa lucu dengan tingkah gadis aneh di hadapannya ini.
" Apa kamu tinggal di sekitar ini Elin ? " tanya Hannah dan Elin mengangguk " Leonard Street " ucap Elin menyebutkan nama apartement tempat tinggalnya.
" Aku sudah bisa menebak kalau kamu bukanlah orang dari kalangan biasa " ujar Hannah mengganggukan kepala merasa benar dengan tebakkannya sendiri.
" Kamu salah Hannah , aku berasal dari keluarga biasa saja "sahut Elin tersenyum.
" Kamu tidak perlu merendah Elin , aku sangat tahu kondisi kota ini , orang biasa tidak akan mampu tinggal di Leonard Street " jelas Hannah tertawa dan Elin hanya tersenyum kecut karena apartement yang ia tinggali memang di beli dengan harga yang cukup fantastis oleh Bimo , dan Elin sudah mencoba untuk menolak untuk tinggal disana , namun Bimo bersikukuh karena apartement itu memiliki ke amanan yang cukup baik untuk menjaga putrinya .
harga tidak ada masalah asal putrinya berada di tempat yang aman , walau Elin menentukan semuanya sendiri tapi semuanya dalam pengawasan Bimo.
" Kamu tidak tahu , mungkin yang aku punya hanya satu unit apartement itu saja " ujar Elin tertawa.
" itu sudah cukup kaya Elin , satu unit apartementmu melebihi harga rumahku dan jika kamu menjualnya , kamu sudah bisa mempunyai rumah yang lengkap , mobil mewah dan usaha kafe seperti ini , itu sudah aku perhitungkan , aku cukup mahir untuk menghitung harta orang lain " jelas Hannah yang tidak berhenti tertawa.
" Pertemuan kita sungguh menyenangkan " ucapnya lagi dengan bibir yang terus terbuka lebar karena tertawa.
" iya , walau kamu orang pertama yang cukup aneh yang aku temui di New York , but kamu juga sangat menyenangkan Hannah " sahut Elin yang ikut tertawa.
"Bisa aku pinjam handphonemu " pinta Hannah dan Elin langsung memberikan benda pipih miliknya.
" Nomor handphonemu sudah aku simpan dan aku akan menghubungimu nanti , aku harus segera pergi dan senang bertemu denganmu Elin " ucap Hannah tersenyum , kemudian beranjak dari duduknya .
" Bye Elin " pamitnya lagi setelah berada di ujung pintu keluar kafe .
" bye Hannah " jawab Elin tersenyum dan melambaikan tangannya.
" Maaf , bisa saya minta billnya " pinta Elin pada pelayan setelah Hannah pergi , karena ia juga ingin segera beranjak setelah hampir tiga jam berada di sana.
" Maaf Nona , semua sudah di bayar oleh Nona Hannah " jelas pelayan dan Elin hanya menatap bingung karena sejak tadi ia tidak pernah melihat gadis itu berjalan ke arah kasir atau memberikan uang pada pelayan.
" Saya permisi Nona " pamit pelayan pada Elin yang masih bengong.
"emm.. iya , terimakasih " balas Elin , yang kemudian membereskan semua barang yang berada di atas meja dan berjalan keluar kafe untuk pulang .
jangan lupa vote , like dan coment🤗
dan sekali lagi terimakasih atas segala dukungannya🙏😇💚
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 294 Episodes
Comments
Ita rahmawati
teman baru lg kah ...
2023-01-17
0
Ayuna
ya ampun ketemu mantan daniel
2022-04-03
0
Nunik Pw
hanah psico
2022-02-09
0