" Hay aku Meili" ucap seorang perempuan bermata biru memperkenalkan diri pada Elin.
" Oh hay , Elin " sahut Elin tersenyum.
Hari ini , hari pertama ia masuk kuliah dan Meili adalah orang pertama yang mengajaknya berkenalan .
" Apa aku boleh duduk di sini ?" tanya Meili sambil menunjuk pada tempat kosong di samping Elin.
" tentu , ini milik kampus bukan milikku " sahut Elin tertawa , membuat Meili ikut tertawa.
" Kamu sedang apa di sini ? " tanya Meili.
" anak desain " sambungnya lagi sambil tersenyum setelah melihat buku besar yang berada di pangkuan Elin.
" ya , kamu ? " tanya balik Elin.
" Sampai hari ini aku belum bisa menentukan jurusan apa yang akan aku ambil di kampus ini , aku hanya di minta keluargaku untuk sekolah dan ya hari ini akhirnya aku berada di Parson SchoolL , aku sungguh muak dengan hidupku yang penuh aturan " ujar Meili dengan wajah yang begitu kesal tapi membuat Elin tertawa.
" Kita baru berkenalan dan Kau sudah menceritakan bebanmu padaku " kata Elin dengan terus menahan tawanya karena merasa sangat lucu dengan tingkah gadis di hadapannya ini .
" Aku rasa kamu cukup nyaman untuk di ajak berteman " ujar Meili tertawa pada Elin.
" Tentu , walau kadang aku sedikit menyebalkan " sahut Elin.
" Oke mulai hari ini aku jadikan kau sebagai temanku , teman MEILI ALVIANA REMKEZ , jadi jika ada yang mengganggumu , kau hanya perlu mengatakannya padaku , oke '"ujar Meili dengan wajah yang begitu serius.
" Apa kamu anak pejabat di kota ini ? " tanya Elin tertawa dan Meili menggelengkan kepalanya " pejabat yang bekerja pada keluargaku " sahutnya lagi dengan tertawa.
"Apa kamu anak Presiden atau anak Raja ? " tanya Elin dengan wajah serius " aku hanya bercanda " sahut Meili dan Elin bernafas legah.
" Aku kira kau berasal dari keluarga seperti itu" ujar Elin.
" Emang ada apa kalau ternyata aku berasal dari keluarga seperti itu " tanya Meili dengan menaikan sebelah alisnya.
" Tidak apa apa , aku hanya sedikit keberatan karena kasta kita berbeda , aku hanya orang biasa Meili ," jelas Elin , mendengar itu gadis bermata biru itu langsung tersenyum.
" Kita memang di takdirkan berteman karena aku bukan anak Presiden atau anak Raja seperti yang kamu bilang" kata Meili tertaw.a
" Kamu berasal dari mana lin ? " tanya Meili lagi.
" Apa aku begitu terlihat seperti orang asing " ujarnya Elin menatap Meili.
" Wajahmu jelas kalau kau bukan asli dari negara ini dan aku tebak kau berasal dari Indonesia " jelas Meili dan Elin langsung tertawa.
" Kau benar , aku dari Indonesia dan aku baru datang beberapa hari yang lalu " jelas Elin dan Meili langsung menganggukkan kepalanya mengerti.
" Apa aku boleh menanyakan sesuatu padamu ? " tanya Elin.
" tentu , sekarang kau temanku " sahut Meili.
" Apa kamu seorang peramal Meili ?" tanya Elin yang membuat Meili langsung tertawa .
" Aku bukan peramal tapi aku mempunyai feeling yang begitu kuat dan aku pikir hubungan kita akan lebih dekat dari ini " lanjut Meili dengan tertawa dan Elin ikut tertawa .
Sebenarnya yang membuat Meili menebak kalau Elin bukanlah berasal dari kota New York karena Elin tidak mengetahui siapa Meili , orang di kota ini sudah tidak asing dengan nama REMKEZ , nama keluarga yang begitu di hormati di negara ini.
Tapi Meili memang menyukai ini , berteman dengan orang yang tidak mengetahui latar belakang keluarganya dan semua orang tidak banyak yang mengetahui tentang meili karena ia akan selalu menghindar ketika media datang untuk meyorot berita tentang keluarganya , dirinya tidak menyukai kehidupan yang di penuhi dengan komentar orang lain, dia ingin menikmati hidup dengan caranya sendiri .
****
" Morning mama yin " sapa Naina dari dalam sambungan panggilan video.
" Good Afternoon , My baby " sahut Elin karena di New York sedang berada di pukul setengah delapan malam dan ia baru saja pulang dari kampus.
" Naina kangen mama yin " ucap Naina tiba tiba , membuat Elin menunda mengganti pakaian dan berjalan mendekat pada handphone yang ia letakan di atas meja.
" mama yin juga rindu Naina " sahut Elin tersenyum menatap gadis mungil dengan mata yang sudah berkaca kaca.
" Apa Naina sudah sarapan ? " tanya Elin dan gadis kecil itu menganggukan kepalanya.
"Dia merindukanmu lin , sejak tadi malam dia sudah menunggu teelpon darimu dan menahan kantuknya demi untuk berbicara denganmu pagi ini" jelas Green dan hati Elin menjadi tersentuh.
" Anak mama yin , anak pinter , sekarang tidur ya " kata Elin pada Naina karena sudah terlihat berapa kali gadis kecil itu mengucak matanya karena mengantuk dan Elin sangat tahu kalau sekarang adalah jam tidur pagi Naina sambil menonton film kartun di tv dengan botol susu di tangannya.
" emm.. tapi nanti mama yin harus janji untuk menelepon Naina lagi " ucap Naina dan Elin mengangguk tersenyum.
"Bagaimana hari pertamamu lin ? " tanya Green setelah melihat Naina sudah tertidur di sampingnya dan gadis kecil itu memang begitu sangat pintar , ia bisa langsung tertidur sendiri tanpa harus merengek seperti anak kecil biasanya.
" Not bad , dan aku langsung memiliki teman baru " sahut Elin tertawa.
" Apa kau yakin dia orang yang baik " tanya Green yang tidak ingin Elin terjebak dengan orang orang yang akan menjerumuskannya , walau dirinya bukan orang yang begitu baik tapi dirinya tidak ingin terjadi apa apa dengan sahabatnya itu.
" Kau tidak perlu khawatir Green , aku bisa menjaga diriku disini dan dia terlihat biasa aja , menyenangkan untuk di ajak berteman tapi dia tidak akan mengalahkan tempat kalian" jelas Elin tertawa.
" Itu tidak akan mungkin lin , kamu tidak akan pernah menemukan teman yang lebih keren dari pada aku dan Amel "sahut Green bangga sambil tertawa.
" itu pasti karena kalian berdua cukup langkah " ujar Elin.
" Sial , kau kira kami hewan yang hampir punah " sahut Green kesal membuat Elin semakin tertawa.
" Hampir mirip " kata Elin lagi yang tidak berhenti tertawa padahal di dalam video Green sudah memperlihat wajah yang begitu kesal.
" Sesuatu yang langkah adalah sesuatu yang berharga Green dan seperti itulah kalian di dalam hidupku , kalian sangat berharga " ujar Elin lagi , mendengar itu Green langsung menyeringaikan giginya.
" Dasar ibu ibu , bercanda dikit langsung baperan " kata Elin pelan sambil tertawa.
" Kau bilang apa lin " tanya Green dan Elin segera menggelengkan kepalanya " aku tidak mengatakan apapun Nyonya Vernandes , sepertinya telingamu harus di bawa ke dokter THT " ujar Elin tertawa.
" Iya ya , akhir akhir ini telingaku memang sering bermasalah mungkin karena Naina sering berteriak di dekat kupingku " ujar Green dengan wajah polosnya , ia tidak sadar bahwa Elin sedang meledeknya sekarang.
" Pak Nathan dimana Green ? "
" Dia sudah berangkat kerja karena ada meeting pagi ini dan mulai sekarang kau boleh berhenti memanggilnya bapak karena dia bukan lagi guru kita lin "
" Aku sudah terbiasa dengan memanggilnya bapak dan sudah sulit menggantinya , apa memanggilmu saja yang aku ganti menjadi ibu Green " ujar Elin tertawa.
" Jangan membuat aku geli lin , sekarang mandilah dan jangan lupa makan malammu, " kata Green yang melihat jam sudah menunjukan pukul setengah sepuluh dan berarti di New York sedang berada dalam waktu hampir tengah malam dan Elin belum membersihkan dirinya setelah pulang dari kampus.
" Baik ibu Green " sahut Elin tertawa.
" lin , jangan sampai nomor teleponmu aku block " ujar Green yang kesal karena Elin memanggilnya ibu Green.
" itu tidak akan mungkin ,kau tidak bisa untuk tidak meneleponku Green "
"Kau masih terlalu percaya diri " ujar Green tertawa.
" Aku tutup teleponnya dan jaga kesehatanmu " lanjut Green.
" itu ucapan untuk orang yang memberi kabar satu minggu sekali dan kau meneleponku lebih dari satu kali dalam satu hari jadi aku rasa ucapan itu sedikit berlebihan Green"
"Itu hanya basa basi tapi untuk kali ini aku bersungguh , aku merindukan lin" ucap Green lirih , yang belum terbiasa berada jauh dari kedua sahabatnya karena dari sejak pertama mereka berteman , hampir setiap hari Green bertemu dengan kedua sahabatnya , sekarang mereka sudah berjauhan dan terhubung hanya lewat panggilan video atau telepon dan itu cukup membuatnya sedih akhir akhir ini.
" Aku juga rindu kamu Green , amel dan semuanya " kata Elin dengan raut wajah sedih.
" oke , sebelum kamu menangis telepon gue tutup , bye " ucap Green.
Elin tersenyum setelah Green menutup sambungan panggilan mereka secara sepihak , sahabatnya itu masih tidak berubah walau sekarang sudah menjadi seorang ibu ,
" Aku juga sungguh merindukan kalian " ucap Elin sambil menghela nafas dan kembali meletakkan handphonenya di atas meja , kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci tubuh yang sudah lengket karena aktifitasnya seharian.
jangan lupa vote , like dan coment🤗
dan sekali lagi terimakasih atas segala dukungannya🙏😇💚
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 294 Episodes
Comments
pink biru
kisah hidup elin lebih dramatis ketimbang green yg dulu d keluarganya sang papi sangat pilih kasih dan si amel yg ortunya cerai. . .
sedangkan alin y la allah. . .😭😭😭
dari dia yg sering d olok2 karna anak pungut setelah dapat kebahagian karna punya kekasih eh malah d tinggal pergi untuk selamanya. . . 2thn hidup dengan kenangan yg indah sekaligus menyakitkan. . .😭🤐🤐🤐
2023-03-05
0
adning iza
waahhh tmenan sma adiky dlu
2023-01-04
0
Lia Rochmatuz
Wahhhh berarti Meili adiknya Daniel ya... kan sama2 REMKEZ
2022-05-13
0