Elin masih berjongkok di ujung jalan dengan membenamkan wajahnya , air mata yang sejak tadi ingin keluar sudah tidak bisa lagi iya tahan.
Bohong kalau ia mengatakan bahwa semuanya sudah baik baik saja , ia hanya mencoba untuk baik baik saja , berulang kali ia menarik nafas saat berbicara di makam laki laki yang pernah memiliki sepenuh hatinya itu,
menyembunyikan sebuah kesedihan sangatlah menyakitkan , namun untuk terlihat baik baik saja , Elin bersedia menyakiti dirinya sendiri .
" Maafkan aku telah berbohong , mengatakan kalau aku baik baik saja , percayalah aku masih mencobanya , kau tidak perlu mengkhawatirkan aku disini , yang pasti kau harus bahagia di sana " gumam Elin dalam tangisannya.
"Lin" panggil Amel dan Green pelan , yang kini sudah berada di sisi gadis itu.
" Kemarilah " pinta Green dengan menarik tangan Elin dan merentangkan tangannya supaya Elin bisa masuk ke dalam pelukannya.
" Menangislah , jangan sembunyikan apapun dari kita " ucap Green setelah Elin memeluk tubuhnya dan menangis terseduh seduh.
" Jangan merasa sendiri , sampai kapanpun aku dan Amel akan selalu ada untuk kamu dan jangan menutupi apapun , termasuk kesedihan ini " lanjut Green dan berulang kali mencium dahi sahabatnya itu.
" Aku sudah berusaha untuk baik baik saja Green tapi ternyata aku belum sekuat itu , aku masih egois , sangat berharap bahwa ini hanya mimpi , kepergian dia selamanya hanya bunga tidur dan dia masih di sini bersama kita ,
aku merindukannya Green , sangat rindu " ujar Elin , ke dua tangannya mendekap pada wajah menutupi tangisan yang terdengar begitu pilu, Naina yang belum mengerti apapun terus menatap Elin , bahkan hidungnya sudah ikut memerah dan ikut menangis saat melihat Elin menangis.
dan Amel ikut melanjutkan tangisannya dalam pelukan Alfin , semua kesedihan masih belum sepenuhnya hilang , kepergian laki laki itu selamanya sungguh belum bisa di ikhlaskan sepenuhnya .
" Gery akan sedih kalau kalian seperti ini , untuk memintanya bahagia disana adalah di mulai dari kita di sini dengan mengikhlaskan kepergiannya " ucap Nathan sambil menghapus air mata putri kecilnya.
" Naina mau peluk mama yin " pinta Naina dan Nathan menurunkan dari gendongannya.
" mama yin ,mama yin nggak boleh sedih , kalau mama yin sedih Naina juga ikut sedih " ucap gadis kecil itu yang berdiri di sebelah Green dan Elin yaang sedang berjongkok dan berpelukan,
sambil mengusap bahu Elin , gadis kecil itu terus menangis .
" hey maafkan mama , mama yin janji tidak akan menangis lagi asal sekarang Naina harus tersenyum " ujar Elin yang kini sudah menyudahi pelukannya bersama Green dan menghadap gadis mungil itu.
" Naina sudah tertawa " kata Naina dengan menunjukan sederetan gigi susunya , lalu tangannya menghapus sisa air mata di wajah Elin.
" Terimakasih My princes " ucap Elin dan langsung memeluk putry sahabatnya itu.
" Mari kita pulang cuaca sudah mulai mendung " ajak Alfin.
Dengan masih menggendong Naina , Elin kembali menoleh kebelakang " Aku pamit pergi , beristirahatlah dengan damai " ucapnya dengan mata terpejam , menarik nafas dan memaksakan untuk melengkungkan garis bibirnya.
" Ayo lin " ajak Green sambil mengulurkan tangannya.
" bye " ucap Elin kembali menoleh dan kemudian menyambut uluran tangan sahabatnya.
****
"Apa kau sungguh mau pergi sendiri , kita bisa mengantar dan menemanimu di perjalanan " ujar Green bicara pada Elin , Mereka sudah duduk di kursi ruang tunggu bandara menunggu jam keberangkatan pesawat tujuan ke New York yang akan membawa Elin.
Elin mengangguk " aku bisa sendiri Green , barang barangku tidak terlalu banyak dan kalian juga punya kehidupan di sini " jawab Elin tersenyum .
" Ibu sudah menyiapkan banyak makanan di tasmu " kata Mala mendekat pada anak sulungnya , " Terimakasih bu" sahut Elin tersenyum .
Semua orang ikut serta mengantar ke berangkatan Elin hari ini , bahkan Nathan dan Alfin rela menunda pekerjaannya demi mengantar gadis yang sudah mereka anggap seperti adik mereka sendiri.
" Ingat jangan telat makan nanti dan sempatkan waktu untuk menghubungi Ayah dan Ibu di sini " kata Mala sambil membenarkan pakaian Elin .
" Pasti bu , Elin pasti akan merindukan ayah dan ibu di sini " jawab Elin dengan mimik wajah yang sedikit terlihat sedih.
Sejak dari rumah hingga sampai ke Bandara Amel tidak pernah bicara sepatah kata pun , Dia hanya diam dan terus menatap Elin.
" Mel , sebelum aku pergi apa kau tidak ingin memberi wejangan seperti orang lain " kata Elin tertawa , namun Amel masih tetap diam dan tidak terlihat segaris senyum pun dari bibirnya.
" mel " panggil Elin pelan dan berjalan mendekat kepada sahabatnya yang masih duduk di kursi .
" hey , Apa kau sedih karena aku pergi " ujar Elin bercanda di hadapan Amel.
Melihat Elin di hadapannya tiba tiba Amel menangis sejadi jadinya , membuat semua orang menjadi bingung bercampur lucu.
" Astaga mengapa kau menjadi cengeng seperti ini mel " ujar Elin sambil memeluk dan mengusap lembut pundak Amel.
" Aku masih tidak ingin kita berpisah " ucap Amel di dalam tangisannya , Elin tersenyum dan Green ikut mendekat pada dua sahabatnya " kita hanya berpisah sebentar mel , di sini kau sudah punya kak Alfin yang akan menjagamu nanti , berhentilah menangis sebelum orang lain mengira aku menyiksamu " kata Elin bercanda , padahal di dalam hatinya begitu sedih karena harus berpisah dari orang orang yang ia cintai.
" Tapi ini untuk pertama kalinya kita berpisah , akan ada yang berbeda saat kamu pergi lin , tidak bisakah kamu membatalkan rencanamu ini " rengek Amel di dalam tangisannya.
" mel , Elin pergi untuk cita citanya dan sebagai sahabatnya kita harus mendukung ke inginannya bukan menghambatnya seperti ini " ujar Green memegang lembut bahu Amel .
" Aku hanya belum siap kalau kita bertiga harus berpisah Green " jelas Amel.
" Aku mengerti perasaanmu mel dan aku juga belum siap untuk itu , tapi kita tidak boleh egois , Elin punya jalan hidupnya sendiri dan ini keinginannya " kata Green dengan mata yang sudah berkaca kaca ,menahan sesak di dadanya .
" Jika kalian mau , kita bisa menyusul Elin besok " timpal Alfin pada tiga perempuan yang masih berbicara sambil menangis .
" Itu tidak lucu Alfin " sahut Amel kesal sambil menghapus sisa air mata di pipinya " aku tidak bercanda sayang , dan jika kau memang tidak ingin berpisah dari elin , kita bisa berangkat di penerbangan selanjutnya " ujar Alfin tertawa .
Tidak lama sudah terdengar suara panggilan jika pesawat yang akan membawa Elin akan segera berangkat.
" Aku pergi dulu jangan sedih lagi oke , kalau kalian seperti ini aku akan membatalkan penerbanganku " ucap Elin sambil memeluk kedua sahabatnya.
Green memalingkan wajahnya karena air mata yang sudah tidak mampu ia tahan , setelah waktu keberangkatan Elin sudah tiba , rasa sedih di hatinya semankin menjadi jadi sedangkan Amel terus menangis tiada henti ,
"Please berhentilah menangis , aku akan pulang di hari pernikahanmu dan kalian bisa menghampiriku kapan saja , kita masih di langit yang sama Mel " jelas Elin dengan air mata yang sudah ikut menetes di pipinya,
" Sayang berhenti , Elin harus segera berangkat sekarang " ucap Nathan berusaha menghentikan tangisan istrinya.
" Kabari kami segera jika kamu sudah sampai , ingat jangan teledor dan pastikan untuk tidak melupakan apapun , di sana tidak ada kami yang akan mengingatkanmu " kata Green sambil berusaha untuk kembali tegar,
" yes mama " jawab Elin tertawa " mel sudah ya , kita akan secepatnya kembali bertemu , aku pergi oke " ucap Elin sambil menghapus air mata amel.
" kak Alfin aku pergi dulu , terimakasih telah mengantarku dan jaga sahabatku " kata Elin pamit pada Alfin
" semoga sukses dengan semua pencapainmu lin, sampai berjumpa kembali dan kau tidak perlu mengkhawatirkan itu " sahut Alfin dan memeluk tubuh gadis yang sudah di anggap seperti adiknya sendiri.
" Pak Nathan , Terimakasih karena sudah mengantarku , tolong jaga sahabat dan ponakanku " lanjut Elin berpamitan pada Nathan " your welcome lin , jaga dirimu baik baik di sana , oke " sahut Nathan tersenyum dan memeluk sebentar tubuh Elin.
" Ibu , Ayah , Elin pamit , ibu dan ayah harus sehat di sini , jangan telat makan dan terus jaga kesehatan , Elin akan terus memberi kabar dan nanti jika ada waktu tolong jenguk Elin di sana " pamit Elin pada Mala dan Bimo.
Mala langsung memeluk tubuh Elin dan tanpa tersadar air matanya sudah terjatuh " jaga dirimu baik baik , ingat pesan ayah dan ibu untuk utamakan kesehatan , sealu beri kabar pada ibu dan ayah di sini " ucap Mala dan Elin mengangguk , Bimo masih menunduk berusaha untuk tetap menyembunyikan kesedihannya.
" Ayah Elin pergi , doakan Elin disana dan ayah harus terus sehat disini " pamit Elin memeluk Bimo.
" Aku mencintai ayah " ucapnya lagi dan mencium pipi Bimo.
" Ayah juga sangat mencintamu " kata Bimo dengan mata yang sudah memerah.
" Elin tahu itu " sahut Elin tersenyum.
" Maaf aku terlambat " ucap seseorang yang baru saja datang " dari mana saja kau , hampir saja kakakmu sudah pergi " ujar Mala " sorry mama " sahut Tama tersenyum lalu berjalan mendekat pada Elin dan langsung memeluk tubuh kakaknya.
"Jaga kesehatanmu dan jangan melakukan hal yang aneh di sana , aku menunggu kabar kesuksesanmu di sini " ucap Tama dalam pelukan " aku pikir kau tidak akan peduli dengan kepergianku " sahut Elin tersenyum dan membalas pelukan adiknya " Bagaimana bisa itu terjadi , walau kau menyebalkan tapi kau satu satunya kakak yang aku miliki dan ya kau sedikit berharga dalam hidupku " ujar Tama tertawa.
" Jaga ibu dan ayah , kabari aku jika terjadi sesuatu di sini dan aku berharapkan semuanya padamu " pinta elin dan melepas pelukannya.
" Percayakan padaku oke , berhati hatilah " ucap Tama.
" oke semuanya aku pergi dulu , jaga kesehatan kalian dan sampai bertemu kembali" pamit Elin pada semuanya. Namun langkahnya kembali terhenti saat melihat kedua sahabatnya masih tertunduk dengan air mata yang terus menetes dari pipi mereka.
" h
Hentikan tangisan kalian , aku tidak bisa pergi jika kalian masih terus seperti ini " ucapnya mendekat pada Amel dan Green.
" Aku akan sangat merindukan kalian " katanya lagi setelah tubuhnya di peluk oleh kedua sahabatnya.
" Pergilah , aku sudah merelakanmu sekarang " ucap Amel dan Elin tersenyum.
" oke aku berangkat , bye semuanya " pamit Elin lagi dengan tersenyum .
" Sayang berhenti menangis , kalau kalian seperti ini ayah dan bunda akan mengira kalau aku dan Alfin menyiksa kalian " ujar Nathan sambil tertawa , Green dan Amel menghentikan tangisannya setelah melihat tubuh Elin sudah mulai menjauh , mereka memutuskan untuk kembali pulang dengan mata yang sudah membengkak karena menangis.
Elin sudah duduk di cabin pesawat , mengencangkan ikat pengamannyadan kemudian kembali menarik nafas
" keinginanku sudah benar ini yang terbaik dan sampai bertemu kembali " ucapnya berbicara pada diri sendiri , sebelum pesawat yang membawanya sudah siap berangkat dan itu berarti perjalanan baru hidup elin akan segera di mulai , di tempat yang baru dan suasana yang baru.
tetap pada dukungannya , jangan lupa vote dan coment 🤗
terimakasih 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 294 Episodes
Comments
Diana susanti
mengharu biru sekali kebetulan abis baca yg my ticher langsung nyambung ke sini jadi berasa banget sedih nya nyesek banget 😭😭😭😭
2023-04-01
0
adning iza
😭😭😭😭😭😭😭😭
2023-01-02
0
adning iza
😭😭😭😭😭😭😭😭😭
2023-01-02
0