" Lin turun ibu sudah menyiapkan berbagai macam makanan kesukaanmu " teriak Mala dari lantai bawah.
" iya bu sebentar " sahutEelin yang masih sibuk dengan berbagai macam barang barang pribadinya dan beberapa koper besar yang tergeletak tak jauh dari tempat tidur.
" Lanjutkan nanti sekarang sudah waktunya makan siang " teriak Mala lagi , Ia tidak ingin kehilangan moment makan bersama sebelum anak sulungnya itu berangkat ke Amerika tepatnya di kota New York.
" iya bu " jawab Elin , kemudian bergegas menyusul keluarganya di meja makan.
" Nanti jangan lupa makan , kamu harus jaga kesehatan di sana, Ayah sudah tua tidak akan kuat lagi jika harus sering bolak balik Amerika untuk menjenguk kamu " kata Bimo tersenyum sambil menyendokkan nasi di piring kosong di hadapan Elin , ada rasa sesak di hatinya yang ia sembunyikan dari semua orang , hatinya sedikit sedih melepas anak sulungnya untuk pergi jauh tapi itu keinginannya dan Bimo hanya bisa menyetujui selama itu yang terbaik untuk putrinya.
" iya , terimakasih yah " jawab Elin setelah Bimo selesai menyendokkan nasi untuknya.
" Ayah dan ibu juga harus jaga kesehatan " sambung Elin dengan berusaha untuk tetap tegar , ada sedikit penyesalan di hatinya setelah menyadari bahwa dia akan meninggalkan dua manusia paruh baya yang sudah membesarkannya itu.
" makanlah , ibu menyiapkan ini untukmu " ujar Mala dan Elin tersenyum " Terimakasih bu , Elin akan merindukan masakan ibu nanti " ucap Elin tersenyum dan mengusap lembut tangan Mala yang berada di sampingnya.
****
" Apa kau sudah selesai menyiapkan segalanya " tanya Green yang datang sendiri kerumah Elin dan duduk di tepi tempat tidur " hampir " sahut Elin yang sedang berdiri sambil menatap ke segala arah kamar tidurnya untuk memastikan bahwa tidak ada barang penting yang akan tertinggal.
" Pastikan tidak ada yang terlupakan " kata Green lagi dan Elin mengangguk.
" Seandainya ada yang lupa , aku hanya perlu memintamu untuk mengantar barang barangku dengan jet pribadi milik keluarga kalian " ujar Elin tertawa " itu ide yang cemerlang lin " sahut Green ikut tertawa namun matanya menatap lekat kearah sahabatnya itu.
" Kau harus jaga diri di sana , aku tidak ingin mendengar kabar buruk apapun tentangmu nanti " kata Green , Elin memutar bola matanya menatap ke arah sahabatnya itu " Kau lupa bahwa aku Wonder Woman " jawab Elin tertawa dan Green yang sedang menahan sesak di dadanya pun ikut tertawa.
" Hay , apa aku begitu terlambat " ucap Amel yang baru saja datang bersama Naina dalam gendongannya.
" Mommy " panggil Naina setengah berlari menghampiri Green dan Green langsung memeluk putrinya yang seharian tidak bersamanya karena di bawa oleh Alfin dan Amel.
" Apa Naina merindukan mommy " tanya Green pada putri kecilnya dan Naina langsung menganggukkan kepalanya ,
" Naina rindu mommy " sahut Naina yang kini membalas pelukan Green.
" Mama yin mau pergi kemana ? " tanya Naina dengan mata yang menatap ke arah koper besar di dalam kamar Elin.
" mama yin mau pergi jauh dan Naina harus jadi anak baik di sin " sahut elin sambil berjalan mendekat dan berjongkok di hadapan gadis mungil itu.
Mendengar itu hidung Naina langsung memerah dengan mata yang sudah berkaca kaca " mama yin mau kemana ? Mama yin mau ninggalin Naina , Apa karena Naina nakal ? " kata gadis kecil Iitu dengan menangis , membuat orang lain ikut sedih dan gemas bersamaan.
Elin mengusap air mata yang mengalir dari Naina " hey anak mama yin nggak boleh cengeng " ucap Elin dan segera mengangkat tubuh Naina ke dalam pelukannya.
" Naina janji , Naina nggak akan nakal tapi mama yin jangan pergi " lanjut rengekan Naina dalam pelukan Elin ,
mendengar itu mata semua orang menjadi berkaca kaca , Amel dan Green yang terdiam menatap kearah Elin dan Naina , dan Elin sudah tidak mampu menahan air matanya untuk jatuh.
" Naina nggak nakal kok , mama yin hanya pergi sebentar , setelah itu mama yin akan kembali lagi di sini bersama Naina " kata Elin menjelaskan sambil menghapus air matanya.
" Janji cepat pulang " ucap Naina dengan mengarahkan jari kelingking mungilnya pada Elin,
Elin tertawa , kemudian membalas janji kelingking gadis kecil itu " Kenapa kamu begitu menggemaskan nak " kata Elin sambil mencium gemas pada pipi tembem Naina.
" emm..kak Nathan dan Alfin sudah menunggu di bawah , kau bisa melanjutkan ini nanti , sekarang kita harus pergi karena cuaca di luar sedikit mendung" ajak Amel.
"Oke , tunggu sebentar aku mengganti pakaianku dulu" sahut Elin yang masih mengenakan pakaian rumah.
****
" Kak Alfin boleh kita mampir sebentar ke tokoh bunga itu " pinta Elin.
" tentu " sahut Alfin dan kemudian menepikan mobilnya di sebuah tokoh bunga di Jakarta Selatan ,
Elin kembali ke dalam mobil dengan sebuket mawar merah di tangannya , di susul Amel yang tadi ikut masuk kedalam tokoh bunga dan kembali membawa beberapa tangkai bunga Lily putih yang kemudian ia bagikan pada Green.
setelah dua gadis itu masuk kedalam mobil , Alfin kembali melajukani mobilnya menuju tempat dimana tujuan mereka.
Setelah sampai , Naina yang tadi tertidur begitu nyenyak dalam pelukan Nathan tiba tiba saja terbangun dan meminta Nathan untuk menurunkannya dari gedongan .
" Naina tunggu " teriak Green karena putri kecilnya sudah berjalan lebih dulu.
"Naina sini " panggil Elin sambil mengulurkan tangannya pada Naina dan gadis kecil itu langsung menyambutnya dengan ceria.
" Mau kemana kita mama yin ? " tanya Naina karena bingung melihat keadaan sekitar yang masih asing dari penglihatannya .
" kita mau bertemu Om Naina " sahut Elin tersenyum.
" Naina punya Om lagi ? " tanya balik Naina dan Elin mengangguk .
Ntah mengapa setelah menanyakan itu , Naina tidak lagi bertanya atau kembali berbicara , Ia terus diam dan berjalan bergandengan bersama Elin sampai pada sebuah gundukan tanah dengan dua nisan di atasnya.
" Apa ini rumah om ? " tanya Naina dan Elin kembali mengangguk.
Mereka berjongkok melingkari makam laki laki yang pernah menjadi warna di hidup mereka.
" Apa kabar Ger " kata Nathan dengan menatap batu nisan yang berdiri di hadapannya , seolah itu seseorang yang sedang ia ajak berbicara , Green meletakan bunga Lily yang tadi berikan oleh Amel " Aku harap kakak sudah bahagia di tempat terindah kakak " ucap Green .
Pandangan mata Naina terus menatap ke semua wajah orang dewasa di dekatnya , satu persatu wajah iya lihat ,kemudian matanya beralih pada makam yang menjadi pusat semua orang.
" Naina kemari " pinta Nathan lembut pada putrinya , tanpa menjawab Naina berjalan mendekat pada Daddynya.
" Ger , ini Naina putriku dan Green dan juga ponakanmu , Dia cantik dan Kau pasti sudah melihatnya " kata Nathan tersenyum , namun tangannya mengusap pada pelupuk mata yang sudah mulai berair .
" Naina " panggil Nathan pada putrinya, kemudian menarik nafasnya berusaha untuk menyembunyikan kesedihannya , Naina mengalihkan pandangannya menatap Nathan ,
"ini om Gery , om yang tidak kalah tampan dari daddy " lanjut Nathan dengan tertawa yang ia paksakan , sesuai permintaan mendiang sebelum pergi , Ia ingin Nathan mengatakan pada anaknya nanti bahwa dia pernah memiliki om yang tidak kalah tampan dari ayahnya dan hari ini di hadapan makamnya Nathan menepati permintaannya itu ,
walau itu permintaan yang bisa di anggap bercanda , namun Nathan tidak pernah melupakannya ,ia akan terus mengingat itu bahkan ketika menatap wajah cantik putrinya.
" Hay om Gery " sapa balik Naina dengan bicara lucu.
" Semua akan lebih baik jika kamu masih di sini " lanjut Nathan pelan kemudian menundukkan kepala dan menutup ke dua matanya dengan tangan.
Green mengusap lembut punggung Nathan.
" Sekarang kak Gery sudah jauh lebih bahagia " ucap Green yang sebenarnya tidak kalah sedih .
" Kak " panggil Amel dengan mata berkaca kaca sambil meletakan bunga Lily di atas makam.
" Amel yakin kakak sudah bahagia , beristirahatlah dengan tenang , semua sudah baik baik saja , Amel rindu kakak " ucap Amel dengan air mata yang sudah tidak mampu ia tahan , Alfin segera memeluk tubuh kekasihnya itu , yang sebentar lagi akan resmi menjadi istrinya.
" Ger , semua berjalan dengan baik dan itu sesuai dengan keinginanmu , Aku akan menjaganya sesuai janjiku , beristirahatlah dengan tenang dan bahagia sampai kapanpun kau akan tetap akan jadi bagian dari hidup kami " kata Alfin berusaha tegar dengan sebelah tangan yang mengusap rambut Amel yang sedang menangis dalam pelukannya.
" Hay , aku datang " sapa Elin
" Kau lihat aku sudah tidak menangis lagi " lanjutnya dengan senyum yang ia paksakan dari bibirnya ,
" Aku akan pergi sebentar , melanjutkan cita citaku supaya aku mempunyai sedikit kesibukan agar tidak selalu merindukanmu " katanya sambil tertawa dan meletakan buket mawar merah yang tadi ia beli.
" aku iri padamu , mungkin sekarang kau sudah di temani para bidadari yang jauh lebih cantik dari pada aku " lanjut Elin yang masih dengan senyum paksaannya , kemudian ia menarik nafas berusaha untuk terus menahan sesak di dadanya.
" aku merindukanmu " ucapnya pelan dengan suara serak dan wajah yang sudah tertunduk , Green dan Amel langsung mendekat dan menghampiri Elin.
" lin " panggil Green pelan sambil mengusap lembut punggung gadis kuat itu.
" aku tidak apa apa " kata Elin mendongakkan kepalanya dan tersenyum walau sisa air matanya masih terlihat ,
" Kau harus bahagia karena aku sudah baik baik saja di sini " ucap Elin dengan mengusap sisa air mata di pipinya.
" Kau tidak perlu khawatir , aku hanya menangis ketika aku begitu merindukkanmu , selebihnya aku sudah baik baik saja" lanjutnya tersenyum.
" aku pamit untuk pergi dan mencoba memulai semuanya kembali , Kau harus bahagia di tempatmu dan sampai bertemu kembali nanti " katanya sambil mengusap ujung batu nisan di hadapannya.
" aku sungguh merindukanmu " katanya lagi pelan dengan suara serak dan kemudian langsung berdiri dan tanpa berbicara pada yang lain , Elin langsung berjalan menuju mobil .
Membuat semua orang menatap empati pada gadis itu,
" kita pamit pergi ger , lain kali kita akan datang lagi kemari , ingat kamu harus bahagia di tempatmu " ucap Nathan kemudian ikut berdiri dengan Naina dalam gendongannya dan menarik tangan Green untuk berada di genggamannya,
Setelah berziarah ke makam sahabatnya , Nathan menjadi egois tidak ingin kembali kehilangan orang orang yang ia cintai walau semua dalam takdir Tuhan.
" Beristirahatlah dengan tenang kak , Kami akan datang lagi kemari "ucap Amel , kemudian ikut berdiri menyambut uluran tangan Alfin.
" Kita pergi , maaf menganggu waktu istirahatmu sobat , Kau tidak perlu khawatir aku pasti akan menepati janjiku " kata Alfin sebelum akhirnya mereka semua pergi meninggalkan makam dengan bunga Mawar merah dan bunga Lily putih yang tertancap manis di atas makam pria humoris itu.
Jiwanya mungkin sudah tidak ada tapi semua kenangan bersamanya tidak akan munkin terlupakan sampai kapan pun.
Dia akan selalu di kenang oleh banyak orang sebagai pria baik hati dan meninggalkan kenangan yang membahagiakan di setiap hati dan ingatan semua orang.
Sekali lagi , Selamat jalan GERY BIANCA , dan berisitirahatlah dengan tenang🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 294 Episodes
Comments
ika krisdianti
sesak, ingin nangis terus jika baca hal ini, padahal sudah 2 kali lho /Sob//Sob/
2023-10-04
0
pink biru
cerita ini kalimatnya terlalu menjiwai. . . jadi yg baca hamppir semua menangis mengikuti alurnya. . .
gerry. . . . . . . semoga amal ibadahnya d terima d sisi allah. . .🤲🤲🤲
2023-03-05
0
aisyahara_ㅏㅣ샤 하라
suka nyesek klo inget Gery..😭😭
2023-02-08
0