Tanpa Ravindra sadari, ada sepasang mata yang memperhatikan juga mendengar pembicaraannya via telepon. Ya, dia adalah Nesya. Gadis itu hendak mengantar sarapan untuk bodyguard sekaligus teman barunya. Nesya mematung diambang pintu dan terus mendengar obrolan lelaki itu.
"Papa tidak perlu khawatir, Nesya dan Ravindra baik-baik saja disini, Ravindra akan melakukan apa yang telah Ravindra janjikan kepada papa."
"Ya sudah, segeralah sembuh dan cepat kembali! Kita akan membahas masalah ini saat kalian tiba di Indonesia nanti."
"Baik pa. Ravindra tutup dulu salam untuk mama Renata." balasnya lalu menutup telepon.
"Nesya. Sejak kapan kamu di sini? Kenapa hanya berdiri dan memandangku seperti itu? Kemarilah! Bagaimana kamu bisa masuk tiba-tiba?" tanya Ravindra saat menyadari kehadiran Nesya.
"Bisakah kamu bertanya satu persatu! Semua orang selalu menghujaniku dengan beberapa pertanyaan sebelum aku menjawab satu pertanyaan darinya."
"Baiklah." jawab Ravindra mengalah.
"Aku tidak akan menjawabnya! Aku rasa kamu sangat tahu, tanpa perlu aku memberimu jawaban!"
"Ada apa denganmu? Tenangkan dirimu!" ucap Ravindra menariknya duduk berdampingan di sofa lalu melihat wajah Nesya yang begitu murka.
Nesya bangkit dan menaruh kasar kantong plastik yang sedari tadi dipegangnya erat. "Cukup Ravindra! Cukup! Cukup sudah kalian mempermainkan aku! Apa tujuan kalian ini?" ucap Nesya diiringi air mata yang tak dapat dibendung lagi, membuat dada Ravindra sesak saat melihatnya.
"Apa maksudmu?"
"Katakan dengan jujur siapa kamu sebenarnya dan apa tujuanmu masuk dalam kehidupan kami? Katakan!"
"Nesya, apa maksudmu? Jangan membuatku bingung seperti ini, Nesya!"
"Jawab pertanyaanku!"
Ravindra berdiri tepat dihadapan Nesya. "Ok. Aku Kenzie Ravindra Adinata salah satu orang kepercayaan Jendral Rico Putra Arora yang tengah ditugaskan khusus untuk menjaga dan melindungi putri semata wayangnya Nesya Adriana Faranisa Arora." jawabnya dengan suara lantang seperti komando yang tengah memberi laporan kepada pemimpinnya.
"Lalu, apa hubunganmu dengan papaku?"
"Aku bawahannya, beliau atasanku. Kamu juga tahu itu!"
"Iya. Aku juga tahu itu, maksudku kenapa kamu memanggilnya papa? Apa kamu putranya? Anak simpanan papa dari wanita lain, apa benar begitu? Mama sangat mempercayai papa, bagaimana mungkin papa bisa menghianati mama sampai seperti ini?" Ravindra menggelengkan kepalanya, menyangkal pernyataan Nesya.
"Nesya, dengarkan aku!" kata Ravindra mengangkat wajah Nesya yang tertunduk menangis dihadapannya.
"Tatap mataku, Nesya! Papamu bukan lelaki yang seburuk itu, kamu hanya salah paham terhadap beliau. Dengar aku! Papamu memintaku memanggilnya papa karena dia memang telah menganggap aku seperti putranya sendiri sama sepertimu. Tapi yakinlah Nesya, aku bukanlah putra kandungnya! Sungguh."
"Bagaimana aku bisa percaya dengan kata-katamu?" tanya Nesya sesenggukan.
"Kamu boleh percaya atau tidak, tapi itulah kebenarannya, kebenaran bahwa aku bukanlah putranya. Bagaimana bisa kamu berfikir kalau aku ini putranya? Apa hanya karena aku memanggilnya papa? Itu saja?" ucap Ravindra yang membuatnya bungkam tanpa kata.
"Nesya, percayalah! Papamu sangat begitu menyayangimu dan juga istrinya, bu Renata. Bahkan beliau selalu menceritakan tentang kalian berdua padaku diwaktu luangnya."
"Menangislah sepuas hatimu! Dasar gadis bodoh!"
"Kamu bilang apa? Gadis bodoh? Iya, aku gadis bodoh, bahkan aku sendiri heran dari mana kebodohanku ini berasal! Papa sangat pintar bahkan mamaku juga, lalu dari mana aku ini berasal?" emosi Nesya kembali meluap.
"Hey! Aku hanya bercanda Nesya. Kenapa kamu bereaksi berlebihan seperti ini?" ucap Ravindra tenang, menatap Nesya lalu menghapus air matanya dengan kedua ibu jarinya.
"Kamu tidak memahami keadaanku Ravindra, kamu tidaklah berbeda dari papa Rav, kamu sama saja sepertinya, wajar saja kalau papaku begitu sangat menyukaimu."
"Aku semakin bingung dengan arah pembicaraanmu Nesya, kamu hanya mempertanyakan hubunganku dengan papamu bukan? Kenapa membawaku dalam masalah pribadimu?"
"Kamu pikir apa, Ravindra? Apa karena papa sangat menyukaimu dan sangat mempercayaimu!" ucap Nesya mulai berjalan keluar.
"Nesya! Nesya! Dengarkan aku! Nesya!" teriak Ravindra yang tak mendapat respon Nesya.
"Apa yang salah dengannya? Kenapa malah jadi seperti ini? Bagaimana aku akan menjelaskannya padamu Nesya?" gerutu Ravindra mengusap kasar wajahnya, frustasi.
•••
"Nesya! Kamu menangis, ada apa? Siapa yang berani membuatmu seperti ini?" tanya Destia.
"Aku ingin pulang sekarang juga!"
"Nesya! Apa?"
"Aku ingin pulang sekarang, Destia!"
"Tapi, kenapa Nesya? Baru saja tadi pagi kamu mengatakan jika ingin menundanya dan mendadak pula ingin pulang sekarang juga?"
"Diam! Kalau kamu masih ingin tetap disini bertahanlah! Aku tetap akan pergi sendiri!" ucap Nesya mengemas barang-barangnya kedalam koper.
•••
Tok! Tok! Tok!
"Ada apa Destia?"
"Kak Ravindra, Nesya ngotot mau pulang sekarang juga, kak!" ucap Destia yang masih berdiri diambang pintu.
"Nesya!" teriak Ravindra saat melihat Nesya keluar kamar sambil menarik kopernya. Ravindra mencoba mengejar dan mendekatinya.
"Nesya! Setidaknya jangan perlihatkan kebodohanmu di depanku untuk saat ini!" teriak Ravindra yang berhasil menghentikan langkah Nesya.
"Kembalilah ke kamar!" imbuh Ravindra yang kini sudah berada dihadapan Nesya.
"Aku hanya ingin pulang! Aku sangat merindukan mama!" ucap Nesya lesu, Ravindra tahu disaat seperti ini memanglah hanya mama Renata yang dibutuhkan Nesya.
"Tunggulah sampai besok pagi, kita akan berangkat bersama! Ok? Sekarang ayo kita kembali ke kamar!" ucap Ravindra menarik tangan Nesya juga koper miliknya.
"Istirahatlah! Kamu sangat lelah bukan? Aku akan menelpon bu Renata untukmu!" ucap Ravindra merogoh ponsel di sakunya dan menekan nomor bu Renata, lalu memberikannya pada Nesya saat mereka telah masuk kamar Nesya.
"Tuttt tuttt tuttt"
"Hallo nak Ravindra, ada apa menghubungi ibu malam-malam begini?"
"Hallo mama!" ucap Nesya.
"Nesya sayang, ada apa menghubungi mama tengah malam begini, nak?"
"Nesya rindu mama, Nesya ingin dipeluk mama, Nesya ingin pulang, tapi mereka menahan Nesya pergi dari sini ma!"
"Nesya sayang, apapun yang mereka lakukan saat ini tentu mereka melakukannya demi kebaikanmu sayang." ucap mama Renata yang mengetahui pasti kesedihan tengah melanda hati putrinya saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
agussajiwo
lanjut
2020-07-09
0
siy@ yanti
keknya nesya ini anak angkat ya thir dan vindra adala anak kandungnya wkwkwke...ngarep bgt akunya
2020-06-27
0