Dikamarnya, Ravindra tengah berbaring sembari tersenyum menatap layar ponselnya. Bagaimana tidak? Dia melihat wajah Nesya yang dibilang menyedihkan tadi, padahal sesungguhnya gadis itu terlihat amat manis dan menggemaskan dimatanya.
"Good night Nesya Adriana Faranisa Arora!" ucapnya menatap layar ponsel yang mana foto tadi kini telah menghiasi layar beranda sang pemilik. Ravindra memejamkan mata lalu menuju alam mimpinya.
...( screenshot beranda ponsel bang Ravindra...
...cie dipajang juga itu foto menyedihkannya )...
•••
Tak terasa, hari ini adalah hari terakhir mereka di New York City, Nesya dan Destia akan pergi untuk jalan-jalan sambil mencari beberapa oleh-oleh untuk sahabat dan kerabat dekat, tentu akan ditemani oleh Ravindra juga.
...( sebelum otw Nesya dan Ravindra selfie dulu guys, bajunya gak sengaja couple gitu loh merah-hitam_hitam-merah )...
Setelah puas mengunjungi beberapa tempat wisata di New York, mereka memutuskan untuk pergi ke Fifth Avenue dimana tempat tersebut terkenal dengan barang-barang branded, tak terasa hari mulai gelap.
"Nes, aku ke sana dulu ya!" pamit Destia menuju toko seberang.
"Kemana Destia?" tanya Ravindra yang telah mengambil mobil.
"Dia di toko seberang sana, aku akan menyusulnya!" ucap Nesya sembari menyebrang jalan. Hingga tiba-tiba Ravindra menarik pinggang Nesya dan memutar tubuh gadis itu lalu memeluknya dengan begitu erat.
"Ravindra, kamu! Apa yang sedang kamu lakukan ditengah jalan seperti ini?" tanya Nesya kaget, bingung dan malu akan sikap Ravindra yang memeluknya ditempat umum.
"Tetaplah seperti ini untuk beberapa menit saja, Nesya! Saya mohon!" ucapnya memejamkan mata serta lebih mempererat pelukannya. Setelah memeluknya cukup lama Ravindra membawa Nesya ke mobil.
"Maaf lama!" ucap Destia mendekati mobil.
"Tidak apa-apa Destia, sekarang kalian segeralah pulang! Saya ada keperluan mendadak, kalian bisa pulang berdua kan?"
"Bisa-bisa." jawab Destia semangat.
"Kamu mau kemana, Rav? Apa kita perlu ikut denganmu saja?" tanya Nesya menelisik.
"Tidak Nesya! Saya hanya ada perlu sebentar, setelah itu saya akan menemui kalian di Hotel! Cepat pulanglah dan jangan mampir-mampir, hati-hati dijalan! Ingat! Jangan kemana-mana sampai saya kembali! Tetaplah berada didalam Hotel! Apapun yang terjadi." ucap Ravindra sembari memaksa kedua gadis itu masuk mobil dan meminta Destia untuk segera melajukan mobil dan meninggalkannya.
•••
"Aku harus cepat menuju Rumah Sakit terdekat sekarang." gumam Ravindra setelah melihat mobil Nesya melesat jauh. Setelah mendapat taksi dia segera berangkat ke Rumah Sakit, tapi sayangnya ia mulai kehilangan kesadaran.
"Pak! Sudah sampai!" ucap si sopir taksi.
"Pak! Sudah sampai Rumah Sakit, pak!" kata si sopir sambil menguncang tubuh Ravindra, dengan sangat khawatir bapak itu keluar dari mobil dan memanggil beberapa perawat yang segera membawanya dengan kursi roda ke ruang IGD.
•••
"Des, kamu merasa ada yang aneh tidak?" tanya Nesya yang kini mulai berjalan menuju kamar Hotel.
"Ada apa?"
"Ravindra. Dia tidak biasanya meninggalkanku seperti ini! Apalagi dia tidak ingin kita ikut dengannya." ucap Nesya menaruh curiga.
"Tapi, Ravindra orang kepercayaan papa, dia tidak mungkin menghianati papa atau bermacam-macam denganku." imbuh Nesya.
"Mungkin juga itu hanya perasaanmu saja, Nes. Kak Ravindra orang yang baik da- . . .."
"Apa ini?" sahut Nesya menoleh kearah Destia saat hendak melepas jaket.
"Darah? Kenapa bisa ada darah dipakaianmu, Nesya?" tanya Destia kaget saat mencium bau anyir di sekitaran perut Nesya.
"Darah?" ulang Nesya bingung.
"Apa kamu terluka? Coba sana lihat dan ganti sekalian pakaianmu, Nes!" imbuh Destia yang segara Nesya lakukan. Nesya masuk kamar mandi.
'Kenapa bisa ada darah dipakaianku? Aku tidak terluka sama sekali.' gumam Nesya dalam hati saat ia telah memeriksa dan mengganti pakaiannya, namun tidak menemukan luka sama sekali ditubuhnya. Tiba-tiba saja ia teringat saat Ravindra mendadak memeluknya tadi.
"Apa Ravindra terluka? Apa dia diam-diam telah menyelamatku dari bahaya? Apa benar ini darahnya? Kemana dia sebenarnya pergi? Dimana Ravindra sekarang?" berbagaimacam pertanyaan muncul dibenak Nesya.
•••
Ravindra kini telah berada diruang operasi lukanya cukup serius. Karena tidak ada keberadaan keluarga atau nomor keluarga yang bisa dihubungi, dan karena ponsel miliknya juga mati, akhirnya tim Dokter segera mengambil tindakan dan melakukan operasi untuk menyelamatkan nyawa pasien terlebih dulu.
•••
"Nesya bagaimana? Apa benar kamu terluka? Mana yang luka? Apa perlu kita pergi ke Dokter? Aku akan mengantarmu!" ucap Destia penuh khawatir saat melihat Nesya telah keluar dari kamar mandi.
"Aku baik-baik saja, Destia! Dan aku sama sekali tidak terluka!" jawab Nesya lemah dengan tatapan kosong sembari mendekat pada Destia dan duduk disampingnya.
"Apa maksudmu? Lalu dari mana asal darah itu, Nesya?"
"Aku rasa Ravindra yang saat ini terluka, Des! Coba cepat kamu hubungi dia dan tanyakan dimana keberadaannya sekarang!"
"Apa? Kak Ravindra yang terluka? Bagaimana bisa darahnya menempel dipakaianmu?" tanya Destia penasaran. Namun yang ditanya tak merespon.
"Baiklah akan menghubunginya." imbuh Destia segera mengambil ponsel dan menghubungi Ravindra.
Hening
"Maaf, nomor yang anda tuju- . . .." ucap Destia menirukan kata si operator. Setelah mencoba menghubungi Ravindra untuk yang kesekian kalinya.
"Kita cari ke semua Rumah Sakit saja! Ayo, Des!" ucap Nesya yang sudah mulai cemas.
"Tapi Nesya, tadi kak Ravindra melarang kita keluar tanpanya Nes, apapun yang terjadi dia ingin agar kita tetap tinggal disini." ucap Destia mengingatkan Nesya akan perkataan terakhir Ravindra sebelum akhirnya berpisah tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
agussajiwo
wah kenapa dengan rifandra y
2020-07-09
0