Pagi telah datang, paparan sinar mentari mengharuskan Nesya mengakhiri tidur panjangnya. Nesya membuka mata perlahan, melihat sekeliling yang ternyata kamar Hotel tempat mereka menginap.
"Awwww! Kenapa kepalaku terasa sakit." ucap Nesya memijat pelan kepalanya.
"Nesya, kamu sudah bangun? Syukurlah, aku sangat mengkhawatirkanmu." ucap Destia yang kini berjalan kearah Nesya, dan Nesya terlihat sedang mencoba untuk mengingat hal terakhir yang terjadi padanya.
"Dimana keadaan Ravindra? Apa dia terluka?" tanya Nesya ketika ia mulai mengingat kembali kejadian semalam.
"Dia baik-baik saja." jawab Destia bingung. "Nes, sebenarnya apa yang telah terjadi? Kenapa kamu bisa terluka? Kenapa juga tidak menga- . . .." tanya Destia yang terputus karena suara ketukan pintu dari luar.
"Destia, tolong buka pintunya! Sepertinya itu Ravindra." pinta Nesya pada Destia yang kemudian bergegas untuk membuka pintu.
"Maaf mengganggu istirahatmu nona, tapi ada yang ingin berbicara dengan nona Nesya." kata Ravindra yang telah berdiri di dekat Nesya.
"Siapa?" tanya Nesya penasaran, tak ada jawaban dari Ravindra. Dia hanya menyodorkan ponselnya pada Nesya yang telah duduk bersandar pada kepala ranjang.
"Halo sayang!"
"Mama!" Nesya meneteskan air mata, Destia dan Ravindra hanya menatap dan menyimak pembicaraan ibu dan anak tersebut.
"Sayang apa kamu menangis? Kenapa ponselmu tidak bisa dihubungi? Tadi Ravindra sudah bercerita tentang kejadian buruk yang menimpamu." ucap mama Renata khawatir diseberang sana, sedang Nesya menatap tajam Ravindra yang malah membuang muka.
"Tidak ma, Nesya baik-baik saja. Batere hp Nesya lowbat, mama jangan khawatir ada Destia dan Ravindra disini. Nesya hanya kangen sama mama dan papa." ucap Nesya dengan air mata yang tak dapat terbendung lagi.
"Mama juga sayang Nesya, mulai sekarang jangan lagi keluar sendirian! Mama sangat khawatir, kalo papamu sampai tahu kejadian ini, dia pasti akan sangat marah padamu nak."
"Maafkan Nesya ma, Nesya juga tidak menyangka hal seperti itu akan menimpaku."
"Ya sudah kamu jaga diri baik-baik. Tolong berikan kembali ponselnya pada nak Ravindra, mama mau bicara sebentar padanya." kata mama Renata yang langsung Nesya turuti perintahnya. Setelah mereka menutup teleponnya, Ravindra hendak melangkah keluar namun Nesya cepat menghentikannya.
"Ravindra tunggu! Ada banyak hal yang ingin aku tanyakan padamu." ucap Nesya menahannya pergi, lalu menatap pada Destia.
"Baik. Aku akan keluar sebentar." pamit Destia sengaja meninggalkan keduanya dan berlalu pergi dari kamar.
"Sebelumnya aku berterimakasih padamu karena telah menolongku."
"Nona Nesya tidak perlu sungkan, itu memang sudah tanggung jawab saya."
"Aku tahu kamu pasti akan menjawabnya begitu, bisakah kau memanggilku Nesya saja, seperti Destia tanpa perlu embel-embel nona?"
"Baik, Nesya." ucapnya singkat.
"Apa yang kamu katakan pada mamaku? Kamu membuatnya khawatir karena ucapanmu. Apa papa juga mengetahui hal ini?"
"Maaf, Nesya. Tadi saya hanya memberitahunya kalau kamu sedang sakit dan perlu banyak istirahat, tapi bu Renata mendesakku untuk menceritakan yang sebenarnya. Kalau masalah pak Jendral saya sendiri juga belum berani untuk menceritakannya."
"Ok, lalu? Bagaimana kamu bisa berada di sana tiba-tiba?" tanya Nesya penasaran. Ravindra mulai angkat suara untuk bercerita dan Nesya siap untuk mendengarkan.
Flashback on
Dari kejauhan Ravindra melihat Nesya berdiri diambang pintu kamarnya dan hendak mengetuknya, namun terlihat Nesya mengurungkan niatnya itu entah apa sebabnya. Nesya mulai berjalan, Ravindra kembali ke kamar untuk mengambil kunci mobil untuk mengikuti kemana Nesya pergi.
'Mau pergi kemana dia? Terlihat terburu-buru sekali. Kenapa tidak memberitahuku atau mengajak Destia?' gumam Ravindra dalam hati. Setelah sampai tujuan ia memarkirkan mobil dan masuk kedalam mencari keberadaan Nesya.
'Apa lelaki itu pacar Nesya? Tapi, papa bilang Nesya tidak punya pacar.' ucap Ravindra dalam hati. Ia terus mengawasi gerak gerik kedua insan itu dari kejauhan, hingga ia melihat Nesya beranjak berdiri, namun akan terjatuh ketika hendak melangkah pergi.
"Apa yang lelaki itu mau? Kenapa membuat Nesya seperti itu?" pikir Ravindra menaruh rasa curiga. Ia melihat pria itu memapah Nesya dan membawanya masuk ke mobil.
"Sepertinya dia merencanakan sesuatu yang buruk untuk Nesya." ucap Ravindra melangkahkan kaki menuju meja dimana Nesya dan pria itu duduk tadi. Ia mencium gelas minuman yang tadi diminum Nesya dan mencicipnya sedikit.
"Kepar*t! Apa tujuannya melakukan hal seperti ini?" ucap Ravindra bingung lalu segera menuju parkiran untuk mengikuti mobil yang kini telah membawa Nesya. Sesampainya di sana ia hendak turun dari mobil, namun tiba-tiba ponselnya berbunyi.
'Jendral Rico? Kenapa beliau menelpon disaat genting seperti ini?' gerutu Ravindra dalam hati.
"Hallo, nak Ravindra? Kenapa mengangkatnya lama? Apa sedang ada masalah?"
"Tidak pa, hanya saja sekarang saya sedang mengantar Nesya makan, pa." ucap Ravindra bingung.
"Lalu dimana anak itu? Papa ingin sekali bicara! Dia bahkan belum berbicara pada papa selama berada di New York."
"Tapi, dia sedang di toilet, pa." ucap Ravindra beralasan.
"Ravindra bagaimana keadaan di sana? Apa aman? Papa sungguh khawatir dengannya nak, tapi dia selalu marah jika papa terlalu mengekangnya." ucap Jendral Rico.
"Semuanya aman terkendali pa, papa tak perlu cemas, Ravindra janji akan selalu menjaga putri papa. Pa, Ravindra tutup dulu ya sudah malam mau pulang." ucap Ravindra beralasan. Tanpa bertanya lebih Jendral Rico menutup telepon. Ravindra segera masuk dengan mendobrak pintu kamar itu hingga jebol dan ia melihat kepa*t itu berusaha menyentuh Nesya yang membuat Ravindra sangat begitu marah saat melihatnya.
Flasback off
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
agussajiwo
lanjut
2020-07-09
0
Asri Handaya
lanjut
2020-04-30
0
Mang Widhi
lanjut kak
2020-01-21
2