Nesya terbaring di ranjang dan dengan kesadaran yang tak sepenuhnya Nesya melihat sekeliling, namun ia tak mengenali ruangan itu, begitu asing kamar ini untuknya. Terdapat begitu banyak fotonya yang tertempel di dinding, membuatnya semakin takut dan kebingungan sendiri melihatnya.
"Al, dimana kita?" tanya Nesya pada Aldo.
"Nesya, sayang dengarkan! Aku sangat merindukanmu. Aku mencintaimu, Nes!" kata Aldo sambil mendekat pada Nesya dan semakin dekat.
"Al, apa yang mau kamu lakukan? Berhenti mendekatiku! Aku bilang berhenti, Al!" teriak Nesya pada Aldo yang mengabaikan permintaannya.
"Nesya, maafkan aku!" ucapnya mulai melangkah kembali mendekati Nesya, Nesya yang ketakutan karena kini Aldo telah menindihnya mulai berteriak sekeras mungkin.
"Aldo! Menjauhlah! Lepaskan aku! Aku akan sangat membencimu!" teriak Nesya saat Aldo mulai mencengkram kedua tangannya diatas kepala dengan paksa dan begitu erat.
"Plak!" sebuah tamparan keras melayang di salah satu pipi Nesya.
"Aldo kamu gila!" ucap Nesya sekuat tenaga.
"Iya, aku gila. Aku gila karena dirimu, Nesya! Kamu membuatku gila karena aku tidak bisa memilikimu."
"Hiks. Aldo, lepaskan aku! Aku mohon, Aldo! Ini tidak benar, jangan lakukan ini padaku kak!" teriak Nesya histeris, Aldo mulai menarik jaket Nesya hingga robek, membuat Nesya sangat ketakutan karena tindakan itu.
"Kenapa kamu tidak bisa menerimaku Nes? Aku sangat mencintaimu. Mengertilah!"
"Tidak. Lepaskan aku!" teriak Nesya dengan air mata yang terus mengalir deras.
'Ravindra, tolong aku! Datanglah! Selamatkan aku. Help me, please.' batin Nesya menjerit.
"Berhenti berteriak Nesya! Tidak akan ada yang mendengar suara indahmu selain aku disini."
"Ravindra!" teriak Nesya sekuat tenaga, saat wajah Aldo semakin dekat dengan wajahnya.
"Brak!" suara pintu yang tiba-tiba jebol.
"Ravindra!" ucap Nesya hampir tak bersuara, sambil menangis pilu.
"Siapa kau? Beraninya masuk kedalam kamarku secara paksa!" tanya Aldo kaget melihat kehadiran Ravindra.
"Bangs*t! Berani kamu menyentuhnya? Aku tak akan melepaskanmu, kepar*t!" teriak Ravindra yang kini tengah mencengkram kuat kerah kemeja Aldo.
"Bugh... bugh... bugh!" pukulan demi pukulan bertubi diberikan Ravindra kepada Aldo, Aldo tak bisa melawan. Setelah merasa sangat lemas Aldo segera memilih untuk pergi. Sebelum ia benar-benar tumbang, ia lari terbirit-birit dengan tubuh sempoyongan.
"Nona Nesya! Maafkan saya, saya sedikit terlambat!" ucap Ravindra pada Nesya. Nesya berlari memeluk erat Ravindra dan menangis keras di bahunya.
"Aku yang salah! Aku terlalu bodoh untuk menilai orang! Dia teman masa kecilku sudah aku anggap kakak sendiri, aku tak menyangka dia akan melakukan hal seperti ini padaku. Dia jahat, Rav! Dan aku terlalu bodoh karena begitu mempercayainya!" ucap Nesya menumpahkan segala kekesalan dan penyesalannya.
"Semuanya baik-baik saja. Mari kita pulang, nona!" ucap Ravindra yang kini tak mendapat respon dari Nesya. Nesya sungguh sudah tak berdaya lagi, ia tumbang di pelukan sang bodyguard. Ravindra yang menyadari kondisi pakaian Nesya yang sudah koyak segera memakaikan jasnya pada Nesya dan menggendongnya ala bridal style, membawa gadis itu menuju mobil dan melajukan kembali ke Hotel tempat mereka menginap.
•••
Destia sangat cemas. Ia akhirnya keluar dari kamar dan berdiri di ambang pintu menunggu Nesya dan Ravindra yang entah pergi kemana dan sedang pergi bersama atau tidak.
"Nesya pulanglah! Ini sudah malam! Tapi, kenapa belum ada yang kembali sekarang?" ucap Destia dengan mata mulai berkaca-kaca, setelah beberapa menit menunggu di depan pintu, ia melihat Ravindra yang telah keluar dari lift dengan mengendong Nesya yang tertidur. Bukan, gadis itu seperti sedang tidak sadarkan diri.
"Kak Ravindra! Kalian dari mana saja? Aku sangat khawatir. Kenapa kalian terlihat begitu kacau? Apa yang sudah terjadi?" tanya Destia yang bingung melihat kondisi mereka berdua.
"Tolong siapkan air hangat dan handuk!" perintah Ravindra kepada Destia yang segera berlari, sementara Ravindra meletakkan tubuh Nesya di atas kasur dengan sangat berhati-hati.
"Ravindra tolong aku! Aldo lepaskan aku, aku mohon, Al! Lepaskan!" ucap Nesya mengigau.
Ravindra mendudukkan tubuhnya di samping Nesya dan menggenggam erat tangan mungil gadis itu "Tidurlah yang nyenyak. Saya disini untuk menjagamu." ucapan itu membuat si gadis merasa aman dan nyaman, tak lama kemudian Destia datang dengan membawa air hangat di baskom dan handuk kecil ditangannya.
"Apa ada es batu disini?" tanya Ravindra sambil mengelap wajah dan lengan Nesya, Destia tanpa menjawab langsung bergegas ke dapur dan mengambil es batu dari kulkas.
"Kak Ravindra! Bisa tolong jelaskan padaku apa yang sebenarnya sudah terjadi?" tanya Destia sambil memberikan es batu kepada Ravindra yang kemudian digunakannya untuk mengompres bengkak di pipi Nesya yang telah dibungkus es menggunakan handuk tadi.
"Ceritanya sangat panjang, Des." ucap Ravindra, yang telah berhenti mengompres luka di pipi Nesya, menyelimuti tubuh gadis itu dan mulai berdiri.
"Apa kakak tidak akan menceritakannya padaku?"
"Lain waktu akan saya ceritakan Destia, sekarang istirahatlah! Ini sudah malam! Jangan lupa bantu dia, jika butuh sesuatu katakan saja padaku!" ucap Ravindra yang kemudian pergi menuju kamarnya.
"Dia benar-benar tak mau bercerita padaku! Apa yang sebenarnya terjadi pada mereka berdua? Kenapa Nesya sampai terluka dan tak sadarkan diri seperti ini? Cepatlah pulih Nesya sayang, aku rindu suara cerewetmu itu!" ucap Destia monolog.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
agussajiwo
good
2020-07-09
0
Asri Handaya
Ravindra keren yach..
2020-04-30
1