Rianti sedang membenarkan celemek pada pakaian seragamnya di dapur restoran ketika manajer restoran tergopoh-gopoh menuju ke arahnya.
"Pak Bram, kenapa?" tanya Rianti keheranan ketika pria tambun itu menghampirinya sambil terengah-engah dengan buliran keringat membasahi dahinya.
Bramantyo mencoba mengatur napasnya, "Chef Dika segera siapkan menu andalan kita. Dan kamu Rianti, antar menu itu ke VIP room. Segera setelah siap. Ingat harus kamu. Jangan yang lain!"
"Tapi kenapa harus saya, Pak?" Rianti mengernyit keheranan.
Dia sedang bertugas memasak malam ini membantu chef Dika yang sendirian karena Chef Erna sedang izin tidak enak badan.
"Masih ada Tika dan Chandra yang lagi free."
"Aku tak mau tahu. Pokoknya harus kamu."
"Bapak tidak lihat saya bantu Chef Dika?"
Chef Dika menoleh keheranan. Kenapa manajernya ngotot harus Rianti yang antar makanan ke tamunya, "Saya yang minta tolong Rianti bantu saya, Pak. Karena hanya dia yang bisa masak dibanding waiters lainnya."
Bramantyo menyeka keringatnya. "Saya tahu. Tapi ini darurat."
"Darurat gimana? Hanya antar makanan, kan?'
"Tidak semudah itu, Ri. Masalahnya tamu ini tamu penting. Dan beliau minta kamu yang antar."
Rianti menaikkan alisnya tak percaya saat mendengar nada tinggi manajernya yang kelihatan sangat panik. Perasaannya tidak enak.
Chef Dika menatap Rianti dengan pandangan aneh, "Kau kenal tamunya, Ri? Kenapa dia minta kamu yang antar?"
Rianti mengedikkan bahu, "Siapa sih, Pak?"
"Tuan Alex. Alexander Kemal Malik. Direktur perusahaan keturunan Turki yang punya perusahaan dan hotel besar di sini. Jangan sampai kamu buat masalah dan resto kita harus berakhir mengenaskan."
Chef Dika melongo mendengar penuturan Bramantyo dan memandang Rianti tajam.
"Aku juga mendengar tentang pengusaha muda itu. Dia sering tampil di televisi atau majalah bersama artis-astis cantik. Tapi apa hubungannya dengan Rianti?"
Rianti mengerutkan dahinya bingung, "Tapi, saya juga tidak kenal siapa dia, Pak?"
"Sudahlah Ri. Chef kau tolong segera buatkan makanan paling favorit di resto kita dan biarkan Rianti yang mengantar," Putus Bramantyo sambil berlalu meninggalkan mereka.
🍁🍁🍁
Rianti mengerjap tak percaya ketika melihat sosok yang ada di depannya. Pria itu duduk dengan menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi dan terlihat masih asik dengan ponsel di tangannya. Meskipun begitu, wajah serius itu kelihatan sangat tampan. Tubuhnya yang atletis bisa dilihat dari kemeja dan jas branded yang membungkus tubuhnya dengan pas. Juga mata biru dan lesung pipinya yang terlihat sangat memesona.
Debaran jantung Rianti menggila. Kenapa dia yang diminta untuk mengantarkan makanan pada pria tampan itu? Pikiran Rianti berkecamuk, antara takut dan juga terpesona.
Mungkin jika Dea atau Tika pasti akan jingkrak-jingkrak kegirangan bertemu dengan sosok pria tampan berdarah campuran itu.
"Sampai kapan kau akan berdiri di sana?' suara baritone yang sensual itu begitu lembut mengegelitik indra pendengaran Rianti. Mata biru kehijauannya menatap tajam. Lesung pipinya terlihat jelas ketika berbicara.
"Maaf, Tuan," Rianti tertunduk takut. Suara itu memang terdengar lembut tapi entah kenapa juga terdengar begitu mengintimidasi.
Rianti berjalan pelan-pelan dengan gemetar. Alex sengaja melintangkan kakinya saat gadis itu dengan canggung mendekat, hingga kaki Rianti tersandung kaki Alex yang panjang.
Gadis itu sangat terkejut ketika keseimbangannya terenggut. Makanan dan minuman yang tertata rapi di nampan jatuh berhamburan di meja tepat di hadapan Alex, bahkan tak sedikit yang mengenai badan pria itu.
Rianti bahkan nyaris tak bisa menutup mulutnya ketika jus buah naga yang merah menetes dari meja dan membasahi celana pria itu.
Untunglah celana bahan itu berwarna hitam. Bagaimana jika berwarna putih?
"Kau!" mata Alex membulat sempurna. Rahangnya mengeras.
"Kau!" Rianti tanpa sadar juga berteriak. "Kau menjegalku!"
"Aku?" Alex mengerutkan keningnya. “Apa buktinya aku menjegalmu? Kau yang begitu ceroboh menumpahkan makanan dan minuman itu kepadaku," suara baritone itu berdesis menakutkan di telinganya.
Bulu roma Rianti meremang. Pria itu memang tampan tapi juga sangat menyeramkan. Bagaimana tidak? Dia menatap Rianti dengan sorot tajam bak hewan yang menemukan mangsanya.
"Ta-tapi... tapi, saya benar-benar tersandung kaki Anda, Tuan." cicit Rianti lemah. "Itu bisa dibuktikan dari rekaman cctv." Rianti mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.
Alex menyeringai samar ada kemenangan pada nada suaranya. Berterima kasihlah ia pada Tommy yang sudah mengobservasi ruangan ini sebelumnya.
"Ruangan VIP ini didesain tanpa kamera cctv di dalamnya."
Rianti mendengus pelan. Habislah sudah. Dia tahu tak mungkin menang melawan pria arogan yang sayangnya tampan ini.
Tapi kalau harus menjatuhkan harga dirinya untuk meminta maaf pada pria itu rasanya sedikit tidak rela. Rianti sangat yakin jika pria itu sengaja menjegalnya.
Tapi Rianti tak punya pilihan lain, gadis itu memejamkan matanya sambil menghembuskan napasnya kuat-kuat, "Saya benar-benar minta maaf. Saya tidak sengaja menjatuhkan makanan dan minuman itu pada pakaian Anda, Tuan."
Alex mendengus tertahan, "Kau tau berapa harga jas ini? Kemeja, dan juga celana ini? Semuanya lebih dari lima ratus juta.”
Manik biru kehijauan yang selalu mengintimidasi lawan bicaranya itu menggelap. Pria itu terlihat senang mempermainkan mental Rianti yang masih berdiri terpaku di ujung meja.
Rianti sendiri mulai merasakan kalau badannya kini mulai bergetar kecil menahan rasa takutnya sejak tadi. Bahkan ia sampai menggigit bibir dalamnya dengan kuat.
“Li-lima ratus juta, Tuan?" Kata Rianti gugup.
“Betul."
"Sa-saya tidak punya uang sebanyak itu."
"Kau bisa membayarnya dengan cara lain," Alex menaikkan sudut bibirnya sedikit ke atas, pria itu begitu menikmati ekspresi ketakutan gadis itu.
Rianti mendongak, "Cara apa, Tuan?"
“Kita bicarakan nanti. Aku tidak nyaman dengan keadaan seperti ini. Sit down. Jangan coba-coba kabur. Duduk di situ! Aku masih belum selesai denganmu!"
Rianti duduk dengan rikuh di kursi yang berhadapan dengan kursi yang diduduki Alex sebelumnya.
Mata gadis itu melirik pada hasil kekacauan yang sudah dia perbuat.
Di atas meja masih berserakan tumpahan makanan dan minuman yang sebagian di antaranya sudah jatuh ke lantai beradu dengan pecahan gelas serta piring keramik yang pasti harganya sangat mahal. Rianti tahu persis, karena Chef Dika tadi menggunakan peralatan makan paling bagus yang dipunyai restoran ini, dan sekarang pecah tak berbentuk.
Rianti meringis melihat lobster yang lumayan besar masih meringkuk di ujung kaki pria itu. Sayang sekali jika makanan mahal itu harus berakhir mengenaskan di tempat sampah.
Sekilas Rianti melirik pria di depannya yang kelihatan kacau dengan tumpahan makanan di sekujur tubuhnya. Pria itu tampak berbicara dengan seseorang dengan ponsel mahalnya.
Wajahnya datar, nyaris tanpa ekspresi. Begitu dingin. Seolah tidak mempedulikan siapapun di sekitarnya.
Habislah sudah. Rianti merasa akan dipecat malam ini. Dan sialnya lagi, dia pasti akan dimintai ganti rugi. Oh Tuhan. Rianti meremas jemarinya kuat.
Aku harus bagaimana?
🍁🍁🍁
Terima kasih atas like, komen, dan vote-nya.
Teşekkür ederim.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
Siti Aminah
ooh...gt toh caramu menjebak Rianti Lex..
2024-05-14
0
Em Mooney
diaaa... ak sk gy mu lex
2023-12-16
0
Nenk Manieez
licik sekali kamu alex
2023-01-26
0