Alex melajukan mobil sportnya dengan kecepatan tinggi. Tangannya sedari tadi sibuk mendial nomor Monica.
Oh Shit, desisnya berkali-kali.
Hingga pada panggilan kelima Monica baru mengangkat telponnya.
“Hallo."
“Where are you (dimana kamu)?"
“Do you remember me (apakah kamu mengingatku)?" nada sarkas Monica terdengar menyakitkan di telinga Alex.
“Oh... Come on dear (ayolah sayang), Aku sibuk sekali hari ini. Setelah beberapa kali meeting, Baba mengajak dinner (makan malam).”
“Baba? Ali Baba?"
“What the hell , he is my father,(kau keterlaluan, dia ayahku)," Alex terpancing emosinya.
Monica boleh marah padanya tapi jangan sampai menghina Baba-nya. Menghina kedua orang tuanya adalah pantangan baginya.
Alex memang anak berbakti, bukan?
“So (jadi)?"
"Where are you (kamu dimana)?"
"Daddy's home (rumah daddy)."
Kening Alex berkerut. "Daddy?"
"Share location, please (tolong, share lokasi)."
"OK," Monica menutup teleponnya sebal.
Alex selalu semaunya sendiri. Dasar bossy. Untung saja dia tampan.
Monica segera menghempaskan ponsel mahalnya ke atas nakas setelah mengirim lokasinya kepada Alex.
🍁🍁🍁
Pria tampan itu datang tiga puluh menit kemudian. Masih dengan setelan kerjanya, hanya saja ia sudah tidak menggenakan jas dan kemejanya digulung hingga ke siku, menampilkan urat-urat yang menonjol di sana hasil gym selama bertahun-tahun.
Alex mengamati rumah mewah ini sekilas. Ada kerut keheranan di wajahnya yang tampan.
Bukankah Monica sudah menetap di Hongkong bertahun-tahun? Apakah dia juga punya rumah di Indonesia? Apa yang tidak diketahuinya dari Monica?
Ah, sudahlah.
Alex malas berpikir panjang. Akan lebih baik bertanya langsung kepada wanitanya, bukan?
Satpam setengah baya penjaga pintu gerbang itu segera menunduk hormat dan membukaan pintu gerbang itu untuk Alex. Sepertinya Monica sudah memberi tahu bahwa Alex akan datang.
Beberapa bodyguard berbaris rapi di halapan rumah, dengan sigap membukaan pintu Alex ketika mobil itu berhenti.
Alex sedikit menyeringai ketika pintu besar rumah mewah itu terbuka lebar.
Monica tersenyum ke arahnya. Wanita cantik itu segera berlari ke arah Alex dan memeluknya erat.
"I miss you... I miss you so bad (aku merindukanmu. aku sangat merindukanmu)."
“I miss you too."
Monica semakin mengeratkan pelukannya. Aroma musk yang maskulin membuat Monica merasa betah berlama-lama dalam rengkuhan tangan kekar yang nyaman itu.
"Sudah berapa tahun aku tak memelukmu seperti ini?" tanya Monica sambil mengelus punggung kekar Alex.
"Mungkin setelah aku menempati kantor di Singapura dan Indonesia, dan setelah kau kembali ke Hongkong."
"Mungkin," Monica memejamkan mata dan mencium aroma wangi yang menguar dari dada bidang itu. Begitu menenangkan.
"Hei kalian, kenapa berpelukan di halaman? Apa tidak ada tempat lain?" teriakan keras itu membuat Monica tanpa sadar mendorong dada Alex keras hingga pria tampan itu terdorong ke belakang.
“What the hell."
“Sorry. Aku sangat terkejut," Monica menatap Alex dengan pupy eyesnya.
Alex mendengus pelan. “No problem. I'm ok."
"Hai, sampai kapan kalian akan di situ. Monica ajak pacarmu masuk!"
Alex terpaku di tempatnya. Begitu juga dengan pria itu. Pria setengah baya yang tambun dan botak itu berdiri tepat di depan pintu memandang tajam ke arahnya.
Direktur Budianto?
“Who's he (siapa dia)?"
“My Daddy (ayahku)," Monica mengerling manja.
"Daddy?" Alex menaikkan alisnya,
"Bukannya waktu kita tinggal bersama dulu kau pernah bilang kalau Daddymu sudah tidak ada?"
Monica menutup mulut Alex cepat.
"Pelankan suaramu, Alex. Mommy dan Daddy memang sudah bercerai waktu aku masih kecil, tapi Daddy masih hidup."
“Dan dia adalah direktur pertambangan itu?"
Monica mengangguk.
“Apa lagi yang tidak kutahu tentangmu, sweetheart?"
“Oh come on, Alex. Aku akan menjelaskan semua padamu. Tapi tidak sekarang. Aku masih rindu padamu."
Alex menelan kembali kalimat yang hendak dilontarkan. Pria itu sedang malas berdebat. Ia hanya berdecak dan mengikuti Monica masuk ke dalam mansion.
"Selamat malam, Alex. Aku tidak perlu memanggilmu, Sir, bukan?" Direktur Budianto mengangkat tangannya.
"Aku Daddy Monica. Kau pasti sudah tahu itu, kan?"
“Selamat malam. Anda pastinya juga sudah tahu siapa saya? Ataukah saya perlu memperkenalkan diri lagi?"
Direktur Budianto tertawa terbahak. "Saya tidak menyangka kita akan bertemu lagi dengan cara seperti ini. Ternyata kau kekasih anakku."
"Ini kehormatan buat saya," Alex tersenyum sarkas.
"Marlina, lihatlah kemari, siapa yang datang."
Alex memutar bola matanya malas. Wanita yang dipanggil Marlina itu datang dengan gaun malamnya dan riasan yang memuakkan bagi Alex. Wanita itu berjalan anggun dengan diiringi seorang gadis yang sepertinya usianya terpaut jauh dengan Monica, tapi memakai make up tebal seperti ibunya.
Alex menyeringai samar. Apakah ini yang namanya Elena? Gadis yang digunakan Direktur Budianto untuk mengancamnya tadi pagi?
"Tuan Alex, CEO Malik's Corp. Sungguh suatu kehormatan buat saya. Perkenalkan ini anak saya, Elena."
Gadis yang bernama Elena itu mengulurkan tangannya. Alex memasukkan tangannya ke dalam saku celananya.
"Maaf, saya menderita obsessive compulsive disorder. Jadi saya tidak bisa bersalaman dengan sembarang orang."
Monica melirik sekilas, ibu dan adik tirinya mendengus pelan. Tapi tetap memaksakan diri untuk tetap tersenyum.
Monica merasa ada yang tidak beres antara keluarganya dan Alex.
“Daddy bisa tinggalkan kami? Aku masih kangen sama Alex. ”
“As you wish, sweetheart (seperti yang kau inginkan, sayang)." Direktur Budianto berbalik meninggalkan mereka dengan senyum terkembang sambil memeluk istri dan anaknya.
Akhirnya, Tangkapan kakap itu datang sendiri. Meskipun bukan Elena, tapi Monica juga anaknya. Kali ini Alex tidak akan lepas dari genggamannya.
🍁🍁🍁
"So, kita hanya kencan di rumah? Kau tidak mengajakku keluar?"
"Kau mau keluar? Ini sudah hampir tengah malam."
"Astaga, Alex. kau hidup di zaman apa, hah! Ini Jakarta. Sama dengan New York atau Hongkong, Jerk (sial)!"
“What?!" Alex terkejut dengan umpatan Monica.
Meski Alex tahu kehidupan bebas Monica, tetapi mendengar umpatan langsung dari bibir merah wanita itu tak urung membuatnya sedikit terkejut.
“You know, Aku lebih suka jika calon istriku lebih suka berada di rumah.”
"Calon istri? Siapa? Dan lagi, jangan bilang padaku kau tak pernah menghabiskan malammu di luar. Kau ini seperti gadis perawan saja, Alex," Monica tertawa.
Alex memutar bola matanya malas.
"Ok, aku siap-siap dulu."
"Kamu sudah sangat cantik. Siap-siap apa lagi?"
"Please Alex. Bagaimana jika ada paparazzi? Aku model, Alex.”
Alex berdecak. “It’s ok. I will be waiting for you (tidak apa-apa. Aku akan menunggumu).”
“Teşekkür ederim (terima kasih),” Monica mengecup bibir Alex sekilas.
Alex tersenyum sambil memegang bibirnya. “You’re welcome (sama-sama).”
Alex masih terpaku pada bibirnya yang terasa hangat bekas kecupan Monica.
Sungguh, Alex pria normal, dan dia memang pria brengsek di luar sana. Tapi dalam hatinya, dia hanya ingin seorang istri seperti Anne, yang selalu di rumah dan hanya ada untuknya, bukan untuk pria lain. Egois memang. Tapi menilik kehidupan Monica, Alex jadi sedikit tidak yakin untuk itu.
🍁🍁🍁
Keterangan :
Teşekkür ederim : Terima Kasih.
Terima kasih juga untuk like, komen, dan vote-nya ya readers. Satu jempolmu sangat berarti untukku.
Teşekkür ederim.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
Em Mooney
udah pede aj nih dpt menantu alex
2023-12-16
0
💋ShasaVinta💋
Udah beda nihh kalian berdua… open your eyes alex,,, kalian tuh gak cocok 😊😊😊 sama aku udahhh
2022-11-05
4
💋ShasaVinta💋
Whaattt sudah lama gak ketemu… tp ini tahunan??? Hemmm
2022-11-05
4