3. My Own Way

Hinata tidak perduli dengan apapun yang orang suruhan Tuan Hashirama katakan. Meski beberapa kali mereka datang dan menawarkan berbagai hal. Dia tidak perduli, Dia bisa hidup dengan caranya sendiri. Dia punya tabungan yang dia simpan selama ini dari uang yang di berikan sang Ayah.

Hinata akan menemukan ayahnya. Dia akan mencari~nya kemana pun. Gadis itu telah mendatangi semua kerabat dan kenalan Hyuuga Hiasi. Namun sampai saat ini tidak ada petunjuk mengenai keberadaan ayahnya.

Hinata tahu, dia gadis yang cerdas. Dia dapat membaca situasinya meski sang ayah tidak pernah bercerita mengenai apapun.

Selama ini ayah bekerja sebagai orang kepercayaan Tuan Hashirama. Sejak kejadian tiga tahun lalu yang menggemparkan Negara ini. Ayah memang selalu terlihat sibuk. Beberapa kali Hinata menemukan catatan-catatan aneh di saku celana ayahnya.

Semua pasti ada kaitannya dengan pekerjaan sang Ayah di sana. Di KM Corp.

Hinata punya rencana malam ini. Dia kenal salah seorang teman yang pernah Ayah perkenalkan padanya tiga tahun lalu. Dia rekan kerja Ayah yang sampai saat ini masih bekerja di sana. Di KM Corp. Keduanya adalah orang kepercayaan Tuan Hashirama.

Sejak siang dia sibuk menunggu di depan kantor. Memantau keluarnya pria itu. Hingga saat Hinata melihat pria itu keluar. Dia menguntit seorang pria paruh baya yang sibuk merokok di pojokan Supermarket di persimpangan jalan.

Pria itu masih mengenakan kemeja kerja. Dia hanya berharap dapat menemukan petunjuk atas keberadaan sang ayah.

Dia tahu, dia tidak akan mendapatkan jawaban atas pertanyaan~nya jika dia bertanya terus terang tentang sang ayah pada pria itu. Karena itu dia melakukan ini. Dia akan mencari informasi dengan caranya sendiri.

...°°°...

Hari mulai gelap, Hinata mengikuti Pria itu hingga ke sini. Ke sebuah Club malam dengan lampu berkelap-kelip yang menyakiti matanya.

Hinata berumur 22 tahun saat ini. Meski umurnya telah Legal untuk masuk ke sana. Namun dia merasa asing akan tempat itu.

Dia tidak pernah datang ke Club sebelumnya. Ayah tidak mengizinkan~nya saat dia meminta izin dulu ketika teman-teman kuliahnya mengajak Hinata untuk merayakan ulang tahun salah seorang teman~nya.

Ayah bersikap Protektif sejak dulu karena dia tahu. Hal-hal buruk akan terjadi ketika seseorang mabuk. Dan dia tidak ingin Hinata mendapat masalah.

Sejak saat itu dia tidak berani untuk mendatangi Club. Dia hanya menurut pada apa yang Ayah katakan. Dia tidak perduli meski teman-teman sering mengejeknya dan menjadikannya lelucon.

Dia harus mendapat petunjuk di sini setelah dia membayar untuk biaya masuk yang cukup besar tadi. Dia tidak ingin ini menjadi sia-sia.

Hinata terus mengintai pria itu yang menyusuri kerumunan orang-orang yang sibuk menari dan berdansa.

Meski sesekali tubuhnya menabrak beberapa orang yang hilang kendali karena mabuk.

"Maaf!" Ucapnya seraya kembali melangkah dan mengedarkan pandangannya mencari pria itu.

Meski samar-samar. Hinata dapat meliha pria itu di sana. Pria itu ikut bergabung di salah satu ruang bersekat dengan beberapa pria berdasi juga yang langsung menyambut pria paruh baya itu dengan antusias.

Hinata mendekat, Dia punya rencana. Dia membuka jaket~nya. Menyisakan Kaos ketat yang gadis itu pakai. Meski ukuran tubuhnya kecil. Hinata punya bentuk tubuh yang berisi membuat gadis itu terlihat menonjol dan lebih menggoda di antara gadis lain.

Dia Menaruh jaket itu di salah satu meja kosong. Kakinya yang terus bergerak menggambarkan bagaimana gadis itu begitu gugup sekarang. Dia harus mengumpulkan keberanian agar semuanya berjalan lancar.

Seorang pelayan Pria lewat membawa beberapa gelas dan Wine menuju gerombolan itu. Hinata segera menghentikan pelayan itu dengan cepat.

"Maaf! Bisa aku membawa ini? Aku teman kencan pria di sana! Aku ingin memberi kejutan!" Hinata mengedipkan matanya dengan genit seraya tersenyum menggoda.

Pelayan itu hanya terdiam seraya mengangguk pelan.

Gadis itu terlalu manis untuk berada di sini!

Hinata mengambil alih apa yang di bawa pelayan itu. Dia berjalan menuju meja dimana Pria tadi duduk.

"Tuan! Ini minuman mu." Hinata mengangsurkan minuman itu di meja dengan wajahnya yang meyakinkan. Seolah dia gadis penggoda yang terbiasa dengan semuanya.

Seorang pria yang duduk paling depan memegang tangannya. Dia, pria paruh baya itu yang sejak tadi menjadi incarannya.

Hinata tercekat. Entah pria ini masih mengenalnya atau tidak. Terakhir mereka bertemu dulu, Dia masih mengenakan seragam sekolah.

Pria itu tersenyum menggoda pada Hinata.

Benar! Pria itu tidak mengingat~nya!

Hinata membalas senyuman itu dengan sebuah seringai dan kedipan mata yang seduktif.

"Kau ingin minum Tuan?" Tanya Hinata dengan suara nya yang menggoda. Dia melirik beberapa pria yang hadir di sana yang juga ikut menggoda~nya. Hanya ada seorang Pria yang hanya diam di tengah-tengah mereka.

Meski kini tubuhnya terasa gemetar karena takut. Dia harus terlihat biasa agar semua berjalan sesuai rencana. Dia harus mengorek informasi dengan perlahan agar tidak menimbulkan kecurigaan.

Mereka mungkin akan terlibat sedikit kegiatan fisik yang akan merugikannya. Namun, dia kan segera mengakhiri semuanya ketika pria itu mabuk berat. Setelah dia mendapatkan informasi yang dia butuhkan.

"Tentu! Aku baru melihatmu di sini!"

Pria itu memindahkan tangannya ke punggung Hinata dengan tatapan intim. Mengusap punggung nya dengan perlahan.

Hinata harus mengabaikan jantung yang terpacu karena takut. Dia berusaha menyembunyikan wajahnya yang gugup. Dia bersyukur lampu yang redup menyamarkan wajahnya yang sekarang pasti telah memerah menahan kesal.

"Y_ya! A_aku baru di sini!" sahut gadis itu terbata.

"Kenapa? Kau terlihat gugup?" Tanya pria itu mendekatkan wajahnya. Dan berbisik di telinga Hinata hingga gadis itu meringis."Kau tahu? Kau punya tubuh yang indah!" Goda pria itu lagi.

Dingin seolah mengguyur tubuhnya. Dia tahu ini rencananya. Tapi dia tidak menyangka seperti ini rasanya. Dia begitu takut juga marah.

Apa yang akan terjadi jika dia melanjutkan ini semua?

Pria itu mulai menarik Hinata dengan paksa. Hingga gadis itu duduk di pangkuan~nya.

"Tidak! Tolong... Jangan begini!" hentak Hinata seraya berontak. Dia begitu tidak nyaman dengan situasi ini. Salahkan dia sendiri yang tidak memikirkan jika teman ayahnya ini mungkin lelaki hidung belang.

'Sialan!'

Makinya dalam hati.

"Diamlah! Bukan kah ini tugas mu?" Paksa pria itu.

"HENTIKAN!!!"

Suara berat yang terdengar dingin itu mengalihkan perhatian pria tadi dari Hinata. Dia segera mengakhiri kegiatannya tanpa berkata-kata lagi.

Pria dengan tubuh tinggi bangkit dan menghampiri Hinata yang masih terduduk di pangkuan pria itu. Menariknya paksa hingga dia bangkit dan dapat melihat sosok itu dengan jelas di bawah lampu yang redup

'Namikaze Naruto?'

...°°° ...

Pria itu menarik Hinata dengan kasar. Membawanya hingga menjauh dari kerumunan Pria-pria brengsek di sana.

"Jadi, kau menolak tinggal di rumah ku hanya untuk hidup seperti ini?" Tanya Pria itu sarkas.

Dia melepaskan genggaman tangannya dengan kasar hingga Hinata meringis kesakitan.

"Jangan hiraukan apa yang ku lakukan di sini! Aku bisa menjaga diri ku sendiri!"Sahut gadis itu nyalang.

"Kau ketakutan!" Ucap Naruto seraya mendecih.

"Tidak!" sangkal gadis itu tegas.

"Berapa yang kau dapat dari pekerjaan mu itu?"

Hinata membulatkan matanya. Jelas-jelas pria ini telah salah sangka.

"Berapapun nilainya! Itu sepadan dengan apa yang akan aku dapatkan. Keluargamu memanfaatkan ayah ku. Membawanya pergi dan mengabaikan seorang gadis yang begitu tergantung pada ayahnya. Aku akan mencari jalan ku sendiri untuk menemukan Ayah! Jadi tolong, jangan ikut campur urusan ku Tuan Namikaze!" sahut Hinata nyalang.

Naruto menyunggingkan senyum kecil di sudut bibirnya.

"Kau berkata seolah kakek menyiksa mu dengan semua itu."

"Bukan kah memang seperti itu kenyataan nya?"

"Kau menolak apa yang kakek rencanakan! Lalu kau menjalankan rencana mu sendiri? Dan sekarang kau menyalahkan kakek?"Sahut Naruto dengan suaranya yang dingin.

Pria itu melangkah semakin dekat pada Hinata dan menatapnya dalam. Mata biru itu terasa dingin mengguyur tubuh Hinata yang sejak tadi bergetar karena rasa takut. Membuatnya terdiam tanpa bisa mengatakan apapun lagi.

"Beritahu aku! Apa yang kau dapat dari melakukan semua ini? Apa kau juga akan melakukan apapun untuk mendapat kan informasi yang kau mau? Apa kau juga akan menjual tubuh mu? Aku bisa membayar mu jika begitu! Aku akan memberi apa yang kau inginkan jika kau bersedia melakukannya." Bisik pria itu seraya menatap Hinata dengan tatapan seduktif yang dingin.

Gadis itu membulatkan matanya. Mendengar kata-kata pria itu melukai harga dirinya. Itu memang rencananya. Namun, dia tidak akan sampai melakukan apa yang pria itu pinta. Rencananya hanya membuat pria hidung belang di sana mabuk dan dia dapat mengorek informasi.

Apa dia serendah itu di mata pria ini? Dia telah salah faham!

'Plak!!'

Hinata melayangkan tangannya pada pipi pria itu dengan keras. Meninggalkan bekas kemerahan di sana.

Naruto tercekat tanpa kata-kata. Hanya mata birunya yang seolah siap membunuh dalam diam. Menyiratkan kemarahan yang pria itu tahan.

"Aku mungkin terlihat murahan di mata mu saat ini!" Pekik Hinata. Dia berkata dengan menahan air mata di pelupuk matanya. Suaranya bergetar menahan sakit di hatinya."Kau... Akan mengetahui bagaimana rasanya nanti! Saat kau kehilangan seseorang yang berarti di hidupmu Tuan muda."

Sahut Hinata seraya pergi meninggalkan Naruto yang hanya terpaku di sana.

Saat segalanya belum terbuka. Mereka hanya akan saling menyakiti dengan rasa yang tidak mereka mengerti.

Kehilangan?

Siapa bilang dia tidak merasakannya?

To be continue

'

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!