Ibu Nurziah masuk ke ruang guru. Di dalam sana ada sekitar 20-an guru yang duduk langsung menatap kepala sekolah bertubuh berisi dengan hijab segitiga itu.
"Assalamualaikum,"
"Walaikumsalam,"
"Selamat bertemu kembali di tahun ajaran baru. Rencana kerja kita di tahun ajaran ini sudah dijelaskan saat rapat hari Sabtu kemarin. Saya hanya mengingatkan jangan melupakan catatan-catatan penting yang sudah saya berikan,"
Wajah guru-guru itu serius mendengarkan.
"Oh ya, perkenalkan, ini guru agama Islam yang baru, Ustadzah Hana Salsabila Hasyim," Ibu Nurziah melirik wanita bertubuh tinggi langsing berhijab di sampingnya.
Hana menangkupkan tangannya di dada, memberi hormat dengan senyum yang tenang dan meneduhkan.
"Ustadzah Hana baru saja lulus CPNS dan belum lama pindah di kota ini. Nanti tolong Ustadz Fadlan bantu menjelaskan tentang kurikulum kita dan apa saja yang berhubungan dengan mata pelajaran agama Islam," Ibu Nurziah menatap seorang guru laki-laki berwajah manis pemilik lesung pipi.
Fadlan mengangguk sambil menangkupkan tangan di dada.
Hana membalas dengan senyuman teduh pada Fadlan.
"Wah roman-romannya Ustadz muda kita akan mendapatkan jodoh," bisik Aulia sambil terkekeh.
Fadlan hanya tersenyum tenang.
"Ustadzah nanti tempat duduknya di samping Ustadz Fadlan saja untuk mempermudah jika ingin diskusi,"
"Baik, Ibu,"
**
"Aulia, guru Biologi," Aulia mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dan disambut Hana.
"Salam kenal, Aulia," Hana memperdengarkan suara lembutnya.
"Sudah berapa lama di sini?," tanya Fadlan berbasa-basi begitu sudah berkenalan langsung dengan Hana.
"Belum sebulan. Saya baru di sini," jawab Hana dengan suara lembut.
"Kalau ada apa-apa, minta tolong sama saya saja. Rumah saya tak jauh sekolah. Kalau mau diantarkan juga nanti bilang saja,"
"Terima kasih," Hana kembali tersenyum.
Senyuman hangat dan tata bicara yang lembut membuat Hana mudah untuk berbaur dengan guru-guru lain.
**
"Khatan, kamu sudah lihat guru agama Islam yang baru?," celetuk Rafi di tengah suara teman-teman lainnya yang mengudara karena kelas belum ada gurunya.
"Belum," jawab Khatan cuek.
"Kamu harus lihat. Tubuhnya tinggi proporsional, kulitnya putih mulus, dan yang bikin candu itu senyumannya, ya Allah, bikin meleleh," Rafi meleyot.
Khatan menggelengkan kepala.
"Dasar buaya darat kere. Nenek-nenek yang jualan nasi kuning di depan pun kamu bilang cantik kok," celetuk Khatan.
"Ah, kamu mah gitu. Lihat saja nanti kalau kamu juga tidak akan terkagum-kagum. Kamu tuh harus buka pikiran, wanita cantik di dunia ini bukan hanya Acha, Acha, dan Acha," balas Rafi.
Khatan memukul pelan kepalanya dan mereka tertawa.
"Assalamualaikum," suara itu seketika membuat kelas hening. Semua mata tertuju pada pemilik suara yang indah itu.
Hana sudah berdiri tegap di depan kelas, membawa buku, sambil tersenyum. Rata-rata wajah siswa kaget, ada juga yang terkesima.
"Saya Hana. Guru agama Islam yang baru di sini,"
Hana mengedarkan pandangannya ke seluruh siswa.
"Apa kan ku bilang, dia cantik," bisik Rafi pada Khatan yang seketika terdiam melihat Hana.
**
"Bagaimana tadi di kelas?," tanya Fadlan berjalan beriringan dengan Hana menuju parkiran.
"Aman. Mereka anak-anak yang baik dan sopan tentunya," jawab Hana.
"Bilang saja jika ada yang mengganggu atau susah diatur,"
"Sejauh ini aman kok," ucap Hana.
"Mau nebeng?," Mereka sudah tiba di depan motor Fadlan yang di parkir di parkiran motor.
"Tidak, terima kasih. Kost Saya hanya beberapa rumah dari sekolah. Lagipula saya ingin mengenal daerah ini. Jadi lebih jalan kaki," tolak Hana.
"Baiklah kalau begitu," Fadlan tersenyum sambil mengambil helmnya, "Sampai jumpa besok,"
**
"Jangan lupa minum obatmu, Hana,"
"Hmm,"
"Tidak usah keluar kost kalau tidak penting,"
"Hmm,"
"Ya sudah, nanti Bunda menelpon lagi,"
"Hmm,"
Hana mengakhiri panggilan dari ibunya.
Hana mengunci pintu kamar kostnya, mematikan lampu, lalu menuju ke sudut ruangan di mana ada sajadah yang digelar di sana. Hana duduk di atas sajadah. Bukan untuk sembahyang. Bukan. Dia mulai menangis di atas sajadah. Bukan sekadar meneteskan air mata. Dia menangis sejadi-jadinya. Bahkan tangisannya terdengar seperti raungan yang lemah. Lama Hana seperti itu. Hingga tubuhnya mulai merasa lelah. Matanya yang tadi mengeluarkan banyak air mata mulai sayu. Pelan. Lama kelamaan mata itu menutup. Hana tertidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments