Flashback on
“Siapa tadi, Wid?” tanya Bu Ratna dengan nada penasaran, meski tubuhnya tampak lemah bersandar di kursi.
“Anu, Bu… a-anu…” Widuri tergagap. Jelas kegugupan menyelimuti wajahnya.
“Tenang, Nak. Bicara saja pelan-pelan,” ujar Bu Ratna lembut, mencoba menenangkan.
“Tadi itu Nona Rianthy, Bu. Pemilik Rianthy Boutique,” jawab Widuri akhirnya, suaranya masih agak bergetar.
“Oh…” Bu Ratna mengerutkan kening. “Mau apa dia datang kemari?”
Widuri menarik napas panjang, mencoba menata kata.
“Dia... dia datang untuk meminta Mas Raka menjadi suaminya,” katanya akhirnya, meski suaranya nyaris tak terdengar.
Seketika ruang tamu menjadi sunyi. Pak Adi menoleh cepat. Siska membelalak.
“Apa maksudmu, Wid?” tanya Bu Ratna, nyaris tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.
“Iya, Bu. Nona Rianthy datang... meminta Mas Raka untuk jadi su—”
“Mbak!” potong Siska tajam. “Ini nggak masuk akal! Masak Mas Raka harus nikah lagi? Poligami segala?”
Wajahnya memerah, jelas menolak keras.
Bu Ratna menoleh pada Widuri. “Emang Mas Raka kenal dengan Nona Rianthy, Wid?”
“Aku nggak tahu, Bu…” Widuri menjawab lirih, menundukkan kepala.
Flashback off
Raka mematung. Ucapan sang ibu terasa seperti kilat yang menyambar benaknya.
“Bu…” Raka menarik napas dalam. “Raka nggak mungkin menikah lagi. Kami... kami sudah cukup bahagia, Bu.”
“Ibu tahu.” Bu Ratna menatap anaknya dengan mata teduh. “Tapi nggak ada salahnya mempertimbangkan. Poligami itu halal, Nak. Bisa jadi ladang amal juga.”
“Bu,” Pak Adi menyela lembut, “jangan paksa Raka. Rumah tangganya bahagia. Jangan goreskan luka hanya karena ambisi sesaat.”
Namun Bu Ratna tetap bertahan.
“Pikirkan, Nak. Keluarga kita sedang kesulitan. Suami Siska baru saja di-PHK. Kalau Raka menikah dengan Rianthy, siapa tahu bisa membantu kita semua…”
“Sudah,” potong Pak Adi tegas, tapi tetap tenang. “Sudah malam. Istirahatlah. Besok kita bahas lagi kalau memang perlu.”
Dengan berat hati, Bu Ratna mengangguk. Malam pun menelan percakapan yang belum selesai itu.
Di dalam kamar, keheningan menggantung seperti kabut. Biasanya, Raka dan Widuri selalu berbincang sebelum tidur — tentang pekerjaan, tentang Arka, bahkan tentang hal-hal sepele.
Tapi malam ini, hanya suara detik jam dinding yang menemani.
“Wid…” Raka akhirnya bersuara, pelan.
“Iya, Mas?” sahut Widuri, nyaris berbisik.
“Mas nggak akan pernah menduakan kamu. Mas cinta sama kamu. Perjuangan Mas buat dapetin kamu nggak kecil, Wid…”
Ia tersenyum samar, menatap istrinya dengan kasih.
“Dulu, meyakinkan Abi dan Umi kamu itu perjuangan. Apalagi abangmu… setiap ketemu Mas, matanya kayak elang mau menyambar.”
Widuri tertawa kecil, akhirnya senyum tersungging juga di wajahnya.
“Sudah malam, Mas. Yuk, tidur. Arka juga udah pulas,” ucap Widuri, membenahi selimut.
Raka mengangguk. “Iya. Selamat tidur, Sayang.”
“Selamat tidur, Mas.”
Mereka pun berbaring, saling memeluk. Tapi di balik pelukan hangat itu, ada kegelisahan yang tak terucap. Diam-diam, mereka sama-sama takut... jika esok hari membawa badai yang tak mampu mereka hindari.
#TBC
Kira kira badai besar ini bisa mereka lewati atau kandas di tengah tengah
Tunggu kelanjutan nya di bab selanjut nya jangan lupa komen like vote supaya author makin semangat buat lanjut cerita ini
subscribe biar ga ketinggalan up terbaru dari author papayyy readers!!
Maaf kalau alur nya masi beratakan soal nya author masih pemula .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Intan Pandini
Ohh jadi sebelumnya pernah di suruh poligami ya sama keluarganya
2025-10-24
1