Satu Kamar Cukup

Green melangkah dengan lesu menuju toserba yang ada di lingkungan tempat tinggalnya. Dia baru saja meninggalkan rumah sakit setelah memastikan bahwa pria bernama Rex itu tidak lagi dalam kondisi berbahaya.

Tentu saja, sebelum dia dapat pergi, ia harus melakukan negosiasi dengan anak buah Rex. Mereka memberikan banyak klausul yang harus disetujui karena perbuatannya mencelakai majikan mereka.

Yang membuat Green terkejut adalah, bagaimana mereka bisa mempersiapkan hal seperti itu dalam waktu singkat.

Green tidak ingin memikirkannya. Begitu masuk toserba, ia melangkah menuju mesin pendingin yang ada di sisi kiri pintu masuk. Dia berdiri mematung dengan bagian pintu mesin pendingin yang terbuka sepertinya dia sedang mendinginkan wajah dan seluruh tubuhnya.

Setelah semalaman tidak tidur sama sekali, Green merasakan kepalanya mulai terasa sakit dan membutuhkan sesuatu yang menyegarkan.

"Kalau kau membiarkan pintunya terus terbuka seperti itu, pendinginnya akan cepat rusak." Seorang pria penjaga toko menegur Green, tapi gadis itu seperti tuli dan masih berdiri di tempat yang sama dengan pintu pendingin terbuka.

Penjaga toko yang sepertinya sudah mengenal Green menggelengkan kepala, seolah itu bukan hal baru yang dilakukannya.

"Kau baru pulang mendaki?" tanya penjaga toko pada Green saat melihat tas besar di punggungnya, seraya menyerahkan sesuatu yang baru saja ia ambil dari balik meja kasir.

Green yang masih berdiri di mesin pendingin dan memejamkan mata segera menoleh dengan mata terbuka, dia melirik  kotak bekal dari penjaga toko tapi tidak berniat menerimanya. 

"Ya," jawabnya, enggan menjelaskan lebih banyak tentang apa yang terjadi.

Green memilih untuk mengambil beberapa minuman dingin, lebih dari sepuluh kaleng bir dan memasukkannya ke dalam keranjang dan membawanya ke meja kasir, mengabaikan penjaga toko yang masih berdiri di belakangnya.

"Tolong tambah beberapa botol minuman," pinta Green pada penjaga toko yang kini sudah ada di belakang meja kasir. "Jangan lupa juga masukkan beberapa bungkus kacang, Tomi."

Penjaga toko yang bernama Tomi hanya menghela napas pelan saat gadis itu mengabaikannya.

Setelah semua belanjaannya diletakkan di meja, Tomi segera menghitungnya.

"Hari ini, aku hanya ingin tidur. Kalau ada yang mencariku, tolong katakan nanti saja aku tidak ada di rumah.

 

Toserba itu berada di lantai satu gedung apartemen, tempat tinggal Green dan semua orang yang mengenalnya pasti akan bertanya pada Tomi setiap kali mereka mencari Green.

Tomi memasukkan semua belanjaan ke dalam kantong keresek dan juga memasukkan kotak makan yang tadi ia serahkan.

"Lizbet memasakkannya untukmu, makanlah." Selain itu, Tomi juga memasukkan obat pereda pengar ke dalamnya. "Kau harus meminumnya setelah bangun tidur nanti. Kalau bisa jangan minum terlalu banyak."

"Kau cerewet sekali Tomi."

Green mengambil barang belanjaannya dan berkata lagi, "Tolong catat dulu. Begitu gajian, aku akan membayarnya."

Green langsung melangkah keluar dari toko tanpa menunggu jawaban Tomi karena mereka sudah saling menganal satu sama lain sejak lama.

Keluar dari toserba, Green melangkah masuk ke dalam gedung apartemen tempat tinggalnya yang ada di lantai tiga.

Begitu masuk, hawa dingin langsung terasa, sepertinya Green lupa mematikan AC saat pergi kemarin.

Apartemen itu tidak terlalu besar, hanya ada dapur kecil, ruang tamu dengan satu sofa panjang dan meja bundar, lalu satu kamar tidur tempatnya beristirahat.

Green meletakkan barang belanjaannya di meja setelah itu meletakkan tas besarnya sembarangan. Bagaimanapun, ia tidak pernah sempat membongkarnya saat camping semalam karena insiden konyol itu.

Tiba-tiba Green mengeluarkan sesuatu dari dalam saku jaketnya. Dua buku berwarna merah terang.

Apa ini mimpi?

Semalam Green masih menikmati hamparan bintang di pegunungan, sekarang tiba-tiba ia sudah menjadi istri orang asing yang baru ia temu. "Sungguh konyol."

Green enggan memikirkan hal itu. Ia memilih mengeluarkan beberapa bir dan minuman beralkohol ke atas meja, lalu menenggaknya satu persatu hingga ia perlahan mulai kehilangan kesadaran.

Hanya dalam kurun waktu kurang dari satu jam, 5 kaleng bir sudah kosong dan dua botol minuman keras juga sudah tergeletak tidak berdaya di atas meja.

Setelah cukup mabuk, Green bersusah payah menjauh dari meja menuju sofa panjang yang ada di belakangnya dan naik ke atasnya lalu membaringkan tubuhnya yang sudah sangat lelah dan mabuk.

Green mengambil salah satu bantal kecil yang ia letakkan di ujung dan memeluknya. Ia menatap lurus ke arah langit-langit berwarna putih dengan tatapan kosong, dengan ekspresi hampa dan kesepian.

Sepuluh menit berlalu, perlahan Green memejamkan matanya. Tanpa sadar, setetes cairan bening jatuh di sudut matanya.

"Kenapa jadi begini?" gumam Green pelan sebelum benar-benar tertidur.

Siapa yang akan menyangka kehidupannya akan berubah dalam waktu semalam? Awalnya hanya ingin menghabiskan waktu dengan berkemah di pegunungan dan menikmati bintang-bintang seperti yang sering Green lakukan setiap tahunnya di bulan dan tanggal yang sama.

Namun, hal yang tak terduga terjadi. Mulai dari seseorang yang tiba-tiba menuduhnya hendak mengakhiri hidup sampai tanpa sengaja Green menusuk kakinya dengan pisau lipat. Parahnya, orang itu meminta pertanggung jawaban dengan Green harus menikah dengannya. Sungguh ironis....

...

Entah sudah berapa lama Green tertidur, yang jelas begitu dia membuka mata, kepalanya langsung berdenyut menyakitkan dan matanya terasa perih.

Green terbangun saat mendengar ketukan keras berulang dari pintu masuk apartemennya.

"Astaga, orang bodoh mana yang melakukan itu?"

Green menggaruk kepalanya yang tidak gatal, berusaha mengumpulkan kesadarannya.

"Sebentar," teriak Green kepada orang yang terus mengetuk pintu tanpa henti.

Setelah beberapa saat, meski kepalanya masih terasa sakit, Green segera bangkit dengan kaki telanjang menuju ke pintu masuk.

"Tomi, apakah kau mau mati—“

Begitu pintu terbuka, Green membeku di tempatnya saat melihat siapa pelaku yang mengetuk pintu rumahnya secara membabi buta. Ternyata bukan Tomi.

"Kau... apa yang kau lakukan di sini?"

Orang itu duduk di kursi roda dan seseorang berdiri di belakangnya.

"Bukankah ini rumah istriku?" katanya dengan senyum menawan, memperhatikan penampilan Green yang berantakan.

Pakaiannya masih pakaian kemarin, rambut acak-acakan dan wajah yang kusut.

Green tercengang mendengar hal itu, lebih tercengang lagi saat Rex  berkata pada orang di belangnya.

"Tolong bawa masuk koper-koperku, setelahnya kau boleh pergi."

Antonio, asisten pribadi Rex segera melakukan perintah tuannya, membawa dua koper yang mereka bawa ke dalam apartemen milik Green, lalu ia mendorong kursi roda Rex untuk masuk juga.

"Ada apa ini? Kenapa kau membawa koper?"

Setelah tercengang beberapa saat, Green bisa mengeluarkan suaranya. Dia melangah ke hadapan kursi roda Rex.

"Karena istriku tinggal di sini, tentu saja aku juga harus tinggal di sini."

"Bagaimana bisa?" Green menoleh ke seluruh ruangan. "Apa kau tidak melihat, apartemen ini kecil dan aku hanya punya satu kamar."

Rex tersenyum tidak peduli dengan penolakan istrinya. "Memangnya kenapa? Kita sudah menikah, satu kamar saja sudah cukup."

"Antonio," panggil Rex pada asistennya.

Pria bertubuh jangkung yang sejak tadi hanya diam melangkah ke hadapan Green.

"Nyonya, seperti kesepakatan kita sebelumnya. Anda akan mengurus tuan selama proses pemulihan. Kalau Anda menolak... ." Antonio sengaja menggantung ucapannya, memberi Green waktu untuk berpikir.

Masuk penjara.

Green tahu betul konsekuensi itu. Kepalanya semakin terasa sakit memikirnya. Tidak punya pilihan lain selain menerima kesepakatan yang amat sangat konyol.

Apa seperti ini berurusan dengan orang kaya?

.

.

.

.

Hai, Readers.

Mohon dukungannya, ya, untuk karya ini untuk diikutkan lomba. Jangan lupa like, komen. Dan vote karya ini. Terima kasih...

Terpopuler

Comments

Amidah Anhar

Amidah Anhar

semangat Up nya jangan Hiatus lagi

2025-10-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!