“Apa maksudmu?” Aland duduk di sebelah Selena yang kini menangis.
Sebenarnya anak perempuan itu hanya ingin mencari simpati dari Aland agar misi terakhir untuk hari ini selesai, jadi ia menggunakan air mata yang paling ampuh untuk menarik simpati orang lain.
Licik? Tidak, karena seharusnya Selena tinggal di Mansion utama, bukan di Paviliun Barat.
“Kenapa kau diam saja? Katakan dengan jelas!” Kata Aland dengan tatapan tajamnya.
Selena sedikit merinding dengan tatapan mengerikan dari kakak pertamanya, padahal jiwanya sudah berumur delapan belas tahun, tetapi ia sedikit takut dengan bocah berumur sepuluh tahun.
“Aku tidur di dalam gudang yang kotor dan sempit, aku juga diberi makanan basi. Makanya tadi aku nekat manjat pohon apel, karena aku sangat kelaparan. Aku bisa tidur di mana saja, asalkan tidak kembali ke tempat itu lagi. Tuan, aku mohon izinkan aku untuk tetap tinggal di sini,” ujar Selena dengan air mata yang terus membanjiri pipinya.
Aland memejamkan matanya sejenak, wajah Selena benar-benar mirip dengan sang ibu. Anak laki-laki mengepalkan kedua tangannya, ternyata dugaannya benar… selama ini Kepala Pelayan tidak melakukan tugasnya dengan baik.
“Kau boleh tinggal di sini,” kata Aland yang membuat senyuman Selena merekah.
“Sekarang kau ikut dengan Mary! Dia yang akan mengantarmu ke kamar tamu, sebelum kamarmu dibereskan!” Aland menujuk Mary yang ternyata menangis, karena mendengar cerita dari Selena.
“Nona Selena mau digendong?” Tanya Mary yang terlihat seperti pelayan baik hati, tidak seperti pelayan yang tadi memberi Selena makanan basi.
“Aku tidak ingin merepotkan Kakak, aku bisa jalan sendiri,” ujar Selena yang kini mencoba turun dari tempat tidur Aland.
“Kau sangat kecil!” Kata Aland yang tiba-tiba menggendong adik bungsunya yang terlihat kesusahan untuk turun, karena tempat tidurnya cukup tinggi untuk Selena yang memiliki kaki begitu pendek.
“Terima kasih Tuan,” ucap Selena kepada Aland yang sudah menolongnya.
Aland tidak menjawabnya, ia menatap lekat punggung kecil adik bungsunya. Umur Selena sudah tiga tahun, tetapi tubuhnya begit kecil seperti anak berusia dua tahun.
“Ibu melahirkannya dengan bertaruh nyawa, tetapi orang lain malah ingin membunuhnya? Tidak akan ku biarkan! Tidak ada yang bisa membunuhnya, hanya aku yang bisa membunuh Selena!” Aland mengepalkan kedua tangannya.
“Ayah, kau harus segera kembali. Jika Ayah terlalu lama di medan perang, Anna akan menghancurkan kediaman Cessalie.”
Aland bisa saja langsung menghukum Anna, karena saat ini dirinya yang berkuasa di kediaman Cessalie. Namun, Aland sangat tahu sifat ayahnya, jadi ia akan menunggu Duke Alaric pulang.
Sedangkan pada Selena, ia sudah dimandikan oleh Mary dan pakaiannya sudah diganti dengan gaun yang sangat cantik.
“Nona Selena sangat cantik!” Puji Mary yang begitu takjub dengan wajah cantik Selena yang memang begitu mirip dengan mendiang Duchess.
Selena menatap penampilannya di depan cermin, ia sendiri tidak menyangka akan secantik ini. Mata hijaunya yang sangat indah, dipadukan dengan rambut hijau yang bergelombang, paras yang sangat cantik dan juga menggemaskan.
“Terima kasih sudah membantuku, Kakak,” ucap Selena kepada Mary yang ternyata benar-benar pelayan yang baik.
“Nona bisa memanggil saya Mary, mulai sekarang saya adalah pelayan pribadi Nona Selena,” ujar Mary dengan senyuman hangatnya.
Selena ikut tersenyum, akhirnya ia menemukan satu orang yang memiliki hati yang baik.
“Saya akan membawakan makanan untuk Nona Selena, jadi Nona Selena bisa tunggu di sini dulu!” Kata Mary yang membawa Selena duduk di sofa.
Setelah itu Mary keluar untuk mengambilkan makanan, tetapi tidak lama kemudian pintunya terbuka dan menampilkan seorang pelayan tua yang menatap Selena dengan tajam.
“Kau sangat nakal! Ayo kita kembali ke Paviliun Barat!” Anna langsung menyeret Selena untuk segera kembali ke Paviliun Barat.
“Tidak! Aku tidak mau!” Selena tentunya memberontak, tetapi tenaganya tidak sebanding dengan Anna.
“Menurutlah Nona Selena! Jika Anda tidak ingin mendapatkan hukuman!” Ancaman itu tidak membuat Selena takut atau menangis seperti biasanya.
“Aku tidak mau kembali ke tempat menyeramkan itu!” Teriak Selena agar ada yang mendengarnya, lalu menolongnya.
“Diamlah!” Bentak Anna yang membuat mata Selena berkaca-kaca.
Anna mengira kalau bentakannya berhasil membuat Selena ketakutan, tetapi sekarang jiwa yang berada di dalam tubuh Selena adalah jiwa yang berusia delapan belas tahun dan bukan lagi anak kecil yang polos nan lugu.
“Jadi begini sikapmu terhadap anggota keluarga Duke Cessalie?” Suara itu membuat Anna membeku.
“Tuan Aland, saya—”
“Penjaga! Kurang dia di penjara bawah tanah!” Teriak Aland yang membuat dua penjaga langsung datang dan menyeret Anna.
Selena masih menangis ketakutan, lebih tepatnya berpura-pura. Aland mendekat ke arahnya, ia meraih tangan sang adik dan ternyata ada bekas cengkeraman di pergelangan tangan Selena.
“Apa dia sering menyiksamu?” Tanyanya.
“Iya,” jawab Selena.
Aland tiba-tiba menggendongnya, membawa Selena kembali ke dalam kamar tamu.
“Ceritakan apa saja yang kau alami selama ini!” Pinta Aland yang memangku adiknya.
Tiba-tiba saja beberapa ingatan masuk ke dalam kepala Selena, ini adalah ingatan dari Selena yang asli. Meskipun masih kecil, Selena adalah keturunan dari Elf… jadi memiliki kecerdasan yang sangat tinggi, tetapi Selena yang asli begitu penakut dan tidak berani melawan Anna yang selalu menghukumnya.
“Ada apa?” Tanya Aland saat menyadari kalau sang adik tengah menahan sakit.
“Kepalaku rasanya sangat sakit!” Jawab Selena yang tidak berbohong.
Ingatan yang menghampirinya membuat kepalanya kesakitan, tanpa sadar ia mencengkeram tangan Aland yang masih memangkunya.
“Baiklah, aku tidak akan memaksamu untuk bercerita. Sekarang kau bisa beristirahat!” Aland membawa sang adik ke tempat tidur.
Selena tidak menolak, karena ia benar-benar tidak sanggup menahan rasa sakit di kepalanya. Setelah memastikan sang adik tidur dengan nyaman, Aland berlalu keluar dari kamar tamu.
“Kakak benar-benar membiarkannya tinggal di sini?” Tanya Ezekiel yang mendengar beberapa pelayan membicarakan Selena yang tinggal di kamar tamu.
“Iya, dan kau jangan mengganggunya! Tunggu Ayah pulang!” Pesan Aland sambil menepuk bahu sang adik.
Ezekiel mendengus kesal, ia membuka pintu kamar tamu dengan kasar dan membuat Selena yang hampir tertidur, terkejut.
“KAU!” Ezekiel menunjuk wajah Selena yang terlihat berbeda dari tadi.
“Ada apa?” Tanya Selena dengan suara yang terdengar begitu imut.
Ezekiel menarik tangannya yang sempat menunjuk wajah adik bungsunya, entah mengapa tatapan polos yang dilayangkan Selena membuat tidak tega untuk melanjutkan marahnya.
“Kau sudah makan?” Tanya Ezekiel yang tidak tahu harus mengatakan apa.
“Tadi Kak Mary mengambilkan makan untukku, apa Kakak pemarah ini mau makan bersamaku?” Tanya Selena dengan tatapan yang membuat Ezekiel merasa gemas.
“Hmm, baiklah kalau kau memaksa.”
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Eka Putri Handayani
selena gak salah, semua itu takdir gak ada orng yg mau lahir dngn keadaan dmna ibunya meninggal stlh lahir dia. jd jngn trll keras sm adik kalian seharusnya kalian jd perisai pelindung dia jngn sia²kan pengorbanan ibu kalian dng menyakiti adik kalian
2025-10-26
0
MommyRea
jgn terlalu keras sama adikmu yg tdk salah sama kelahirannya sehingga ibumu meninggal lho ezhekiel...
2025-10-21
0