4 # Almira vs Dio

“Almira, tunggu!” panggil Dio saat pria itu baru saja sampai lobi perusahaan Hanapra.

Almira menoleh, dia baru saja masuk kedalam lift dan hendak menutup pintu lift. Mendengar suara dari orang yang dia kenal, Almira langsung kembali menekan tombol agar pintu tetap terbuka.

Dio bergegas masuk kedalam, dia sedikit ngos-ngosan karena lari dari pintu masuk lobi menuju lift.

“Pak Dio sendirian?” tanya Almira yang tidak mendapati Leo bersama dengannya.

Dio mengangguk. “Masih video call sama calon istri. Makanya aku duluan,” jawab Dio.

“Oh. Untung pak Leo tidak seperti sahabat bapak yang satunya itu. Sudah punya calon istri tapi hatinya kemana-mana,” sindir Almira.

Dio mengerutkan dahinya. “Sahabatku, Ra?” tunjuk Dio pada dirinya sendiri.

“Pak Dio yakin tidak tahu siapa yang saya maksud? Atau pak Dio hanya pura-pura tidak tahu?” Almira mencecar Dio, seolah dia lupa kalau orang yang saat ini dia cecar adalah atasannya juga.

Dio terkekeh saat mendengar Almira yang begitu cerewet tidak seperti biasanya. Oke…atau memang itulah kepribadian Almira yang sebenarnya? Kalau memang benar tentu Dio menemukan hal baru dari sifat sekertaris Leo tersebut.

“Kenapa pak Dio ngliatin saya seperti itu?” Almira merasa terganggu dengan tatapan Dio padanya.

“Kamu lupa sedang bicara dengan siapa, Almira?” Dio mengangkat satu alisnya beserta senyuman smirk nya. “By the way saya ini atasan kamu juga lho,” skakmat, Almira lupa siapa yang ada di sampingnya, si alnya di dalam lift hanya ada mereka berdua.

“Masih jam 7.45 sih pak, jadi secara profesional saya belum masuk jam kerja. Itu berarti saya dan pak Dio bukan atasan atau bawahan,” ucapan Almira mampu membuat senyuman Dio luntur.

“Saya permisi duluan pak Dio,” pamitnya bergegas keluar dari lift dan meninggalkan Dio yang masih tidak percaya kalau Almira bisa bersikap berbeda ketika menyangkut soal sahabatnya yang bernama Rhea. Semacam dari anak kucing berubah jadi singa betina.

Almira bergegas menuju mejanya, dia terus mengumpati dirinya dalam hati. “Bege banget sih kamu Almira. Bisa-bisanya nyerocos mulu, lupa kalau pak Dio atasanmu. Untung saja pak Leo tidak di sana,” gumamnya.

Almira langsung memulai tugasnya sebagai sekertaris, dia menyalakan PC nya meskipun Leo belum datang. Seperti biasa dia akan memeriksa ulang jadwal Leo hari itu, Almira berubah kemode serius jika sudah ada di balik meja kerjanya.

Tidak lama kemudian Leo datang dengan ponsel yang masih menempel di telinga, sepertinya atasannya tersebut masih bertelepon Ria dengan sang kekasih.

“Pagi pak Leo,” sapa Almira seperti biasanya, Leo mengangkat tangan sambil mengangguk sebagai tanda balasan karena dia sedang bicara melalui sambungan telepon.

“Sudah dulu ya, beb! Aku sudah sampai kantor,” ucapnya mengakhiri panggilan telepon pada Hana, setelah itu dia memasukkan ponsel ke dalam saku celana.

Leo kemudian berbalik. “Ra tolong buatkan saya kopi,” pintanya pada Almira.

“Baik pak,” Almira berdiri dari kursinya untuk ke pantry, bersamaan dengan itu Dio baru saja lewat.

“Almira!” panggil Dio “Iya pak Dio, ada yang bisa saya bantu?” tanyanya kemudian.

“Sekalian satu, ya! Mau buat kopi untuk pak Leo, kan?” pinta Dio yang diangguki kepala oleh Almira. “Oke pak,”

Sebelum Almira benar-benar pergi, Dio sempat mendekat kearah Almira. “Kamu lebih menggemaskan mode ngreog seperti tadi, Ra. By the way, saya ini tipe setia lho! Tidak suka lirik sana-sini,” bisiknya pada Almira.

Almira hanya bisa melongo mendengar ucapan lirih tangan kanan atasannya tersebut, Dio menahan tawanya melihat ekspresi Almira. “Mingkem, Ra. Lalat masuk mulut kamu itu nanti,” Dio menepuk puncak kepala Almira yang tertutup Hijab, kemudian berlalu meninggalkan Almira yang masih terbengong-bengong di sana.

“Pak Dio wa ras, kan? Aneh banget,” Almira mengangkat dua bahunya acuh, dia bergegas menuju pantry untuk membuatkan kopi Leo dan Dio. “Eh, tunggu! Apaan dia tadi  bilang aku ngereog? Dasar sama saja dengan Rega itu,” kesalnya.

***

Dio masuk keruangan Leo setelah mengetuk pintu ruangan, seperti biasa Dio akan duduk di kursi yang ada di hadapan meja Leo. “Jadi ambil cuti berapa hari?” tanya Dio.

“Satu minggu. Aku temani Hana dulu di Singapura satu minggu,” jawab Leo.

“Aku kira kalian mau bulan madu,”

Leo menggeleng. “Hana belum libur kuliah, Dio. Hari berikutnya setelah resepsi sudah harus balik Singapura,”

Dio terkekeh. “Aku tidak menyangka akhirnya kamu dan Hana bisa sampai tahap ini. Aku kira kamu akan bertahan dengan keras kepalamu itu, syukurlah akhirnya kamu menyadari sebelum terlambat.”

“Awalnya aku juga berpikir seperti itu, Dio. Aku berusaha mati-matian untuk tidak perduli dengan semua tingkah Hana, kamu tahu sendiri secegil apa adik Arka dan Arya itu. Hingga aku merasa kosong saat dia tidak lagi mengusikku, terlebih saat ada Romi yang jadi mainan barunya.” Mereka berdua tertawa saat mengingat Leo yang cemburu pada Romi yang ternyata hewan peliharaan Hana.

“Aku harap Rega tidak akan salah ambil keputusan,” celetuk Dio tiba-tiba. “Dan aku baru tahu Almira bisa ngereog gara-gara kemarin dia bersama Rhea melihat Rega makan siang bersama Karin meskipun di sana ada kita juga,” imbuhnya.

Leo mengangguk. “Semoga saja,”

Tok!Tok

Atensi keduanya teralihkan pada suara ketukan pintu. “Masuk!” titah Leo.

“Saya mengantar kopi untuk pak Leo dan pak Dio,” Almira masuk dengan nampan berisi kopi dan juga setoples cookies.

Leo dan Dio mengangguk mempersilahkan sekertarisnya masuk, Almira menaruh dua cangkir kopi di meja Leo karena Dio juga duduk berhadapan dengan Leo di sana.

“Jadwal saya hari ini apa, Ra?” tanya Leo kemudian.

Almira kemudian membuka tabletnya. “Hari ini hanya memeriksa berkas, pak. Tidak ada meeting atau temu klien,” jawab Almira.

“Oke. Terimakasih,”

“Sama-sama, pak. Saya permisi kembali ke meja dulu,” pamitnya diangguki Leo.

Almira beranjak keluar dari ruangan, Leo mengerutkan dahinya saat melihat Dio yang senyum-senyum sendiri sambil memperhatikan Almira yang keluar dari pintu ruangan tersebut.

“Menggemaskan,” gumam Dio yang masih dapat di dengar oleh Leo.

“Ehem. Segitunya ngliatin Almira,” sindir Leo. “Sudah sana sikat! Sebelum diambil orang,” lanjut Leo yang sudah memperhatikan gerak-gerik sahabatnya tersebut sedari awal bertemu dengan Almira. Semacam ada ketertarikan atau cinta pada pandangan pertama? Pfff… Arshaka dan yang lain tidak akan percaya kalau Leo menceritakan tingkah Dio yang semacam kena sindrom merah jambu.

Dio tersenyum. “Dia unik. Aku baru tahu kalau Almira sangat cerewet, dia bisa ngereog seperti yang tadi aku katakan. Menggemaskan,” jawab Dio sambil senyum-senyum sendiri.

Leo tergelak. “Aku harap kamu tidak bertingkah konyol,” Leo mewanti-wanti. “Almira tidak seperti gadis-gadis yang langsung takluk saat kamu perlihatkan black card punyamu itu,” imbuh Leo.

“Justru karena itu, Leo. Aku jadi tertarik, terlebih circlenya hanya Rhea. Sa ravv sih kalau Rega beneran lepasin Rhea,” Dio mendengus jadi ikut kesal pada sahabatnya tersebut.

“Kamu benar. Rega mungkin akan menyesal, aku lihat dia pada Karin bukan cinta tapi hanya sebatas ingin melindungi. Tapi pada Rhea dia selalu bisa melakukan hal-hal yang tidak pernah dia lakukan,” Leo sepakat dengan ucapan Dio tadi.

Leo ikut menghela napas, baru kali ini dia melihat Rega seperti itu selama mereka saling mengenal. Leo sebenarnya paham sindrom-sindrom sebelum pernikahan, tapi dia bersyukur bumbu-bumbu yang dia dan Hana lalui hanya sebatas Hana yang tantrum.

Terpopuler

Comments

darsih

darsih

masih penasaran sm cerita nya Ka

2025-10-14

0

Zea Rahmat

Zea Rahmat

semoga aja karin ga saiko

2025-10-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!