BAB 2
Febri memasuki rumah dengan lesu. Ponsel barunya di sita dosen, ia tidak tahu harus melakukan apa jika jauh dari benda yang satu itu. Febri memincingkan matanya melihat ayahnya sudah pulang, tidak seperti biasanya. Ayahnya itu bos perusahaan besar, jadi misalnya dia dirumah itu adalah hal yang tidak wajar. Seharusnya ayahnya sibuk di perusahaan.
"Febri, anak kesayangan ayah sudah pulang, hayo salam dulu." Ucap ayahnya dengan nada manja, apa-apaan ayahnya. Kenapa ayahnya tiba-tiba menjadi seperti itu tidak seperti biasanya?
"Assalamualaikum." Ucap Febri malas, Reno mengangkat alis mendengar ucapan anaknya. Pasti ada suatu hal yang terjadi hingga anaknya lesu.
"Waalaikumsalam, anak ayah kok cemberut gitu, mukanya tambah jelek loh." Febri mendelik kepada ayahnya, ia duduk di sofa sebelah ayahnya kemudian ia melihat mamanya datang membawa minuman. Febri langsung mengambil minuman itu dan menenggaknya. Ibunya Risa hanya bisa mengeleng-geleng melihat kelakuan anaknya.
"Kakak kamu itu udah gede udah mau menikah, sebentar lagi udah mau punya suami masih aja ngambek-ngambekkan." Risa mengatakan itu melihat kelakuan anaknya.
"Mau sampai kapan kamu bersikap kayak anak kecil, apa-apa yang nyiapin mama."
"Ih mama apaan sih, lagian aku itu masih kecil belum siap buat nikah."
"Lagian mana ada cowok yang mau sama aku." Lanjut Febri.
"Kalo gitu biar mama yang nyariin, yakan pah kita jodohin aja sama temen papa itu yang udah jadi dosen. Mama denger dia udah cerai dua tahun yang lalu sama istrinya." Febri memuncratkan air yang baru diminumnya, mamanya mau menjodohkannya dengan seorang duda, bayangan dosen Filsafatnya yang berkumis dan berperut buncit dengan umur hampir pertengahan abad membuatnya bergidik ngeri. Ia tidak mau, ia hanya mau menikah dengan laki-laki seperti oppa-oppa yang sering ia tonton di drama korea.
"Papa setuju, lagi pula dia mapan dan bertanggung jawab, hanya istrinya saja yang bodoh meninggalkan pria itu."
Febri semakin melotot mendengar ungkapan ayahnya. Kenapa mereka malah bersekutu? tanpa meminta pendapatnya memang yang mau menikah itu siapa. Febri langsung menaruh gelasnya, lalu ia menjerit membuat kedua orangtuanya menutup telinganya.
"ARGHHH TIDAK!!!"
"Febri diam. Adikmu sedang tidur." Febri langsung menghentikan ucapannya, karena ia tahu kalau adiknya bangun suara tangis adiknya yang berusia 5 tahun itu akan mengalahkannya dan ujungnya ia akan disiksa oleh adiknya. Febri bergidik, membayangkan ia menjadi kuda yang ditunggangi adiknya.
"Febri kamu mau kan?" Pikiran Febripun seakan ditarik kembali ke dunia nyata.
"Enggak mau, Febri maunya nikah sama Oppa min-ho, Oppa jinsuk, Oppa jongki ngak mau sama oppa-oppaan mama. Lagian Febri belum mau menikah." Risa menghela napas mendengar ucapan anaknya. Kenapa anaknya bisa segila ini? padahal dulu ia tidak selebay itu.
"Febri kamu itu apa-apaan sih masa kamu mau nikah sama kakek-kakek." Reno langsung memasang ekspresi tidak suka, membayangkan anaknya menikah dengan kakek-kakek yang tadi anak peremupuannya sebutkan. Febri hanya bisa menatap sebal ayahnya. Ayahnya kurang gaul terlalu banyak sibuk hingga tidak tahu siapa itu oppa-oppa ganteng yang tadi ia sebutkan.
"Ih ayah, ituloh oppa-oppa yang kemarin Febri tunjukan sama ayah lewat ponsel yang ayah baru belikan. Bentar Febri kasih liat foto oppa ganteng," Febri tidak sadar jika ponselnya di sita oleh dosennya ia lupa dan bodohnya ia melakukan kesalahan besar itu di depan orangtuanya.
Febri asik mencari di tasnya namun tidak menemukan, mukanya berubah pucat ketika ia mengingat semuanya. Kejadian memalukan tadi siang, mulai dari insiden kepergok nonton video mesum sampai dia hampir dimesumin sama dosen tampan itu. alamak matilah dia, ayahnya mendelik seakan-akan curiga anaknya menyebunyikan sesuatu.
"Tidak jadi ayah,"
"Mana ponsel kamu ayah mau lihat,"
"Ih ngak jadi,"
"Kamu pasti menyebunyikan sesuatukan, mana tunjukan pada Ayah."
"Jangan bilang ponsel kamu hilang," Risa mencela, mataya mencincing seakan tahu anaknya menyembunyikan hal penting.
"Itu ponsel baru loh kak, ayah beli 7 juta dan kamu hilangkan memang cari uang itu gampang."
"Ngak ilang kok yah, tapi nanti 7 hari lagi kembali." Febri mengelak, walau dalam hati ia merasa ketar-ketir karena membohongi ayahnya. Reno yang sudah paham gelagat Febri yang tidak pandai berhong langsung memandang curiga.
"Ayah maunya sekarang."
"Bisanya seminggu lagi yah, pliss"
"Kenapa harus seminggu lagi? jawab jujur Febri" kini Risa tidak ingin tinggal diam, karena Reno pasti akan luluh sama anak perempuan kesayangannya itu. Risa paham betul suaminya itu terlalu memanjakan Febri.
"Ponsel Febri di sita dosen Febri."
Reno tertawa mendengar itu, astaga anaknya ini benar-benar seperti bocah SD saja. Masa ia sudah kuliah ponsel masih di sita-sita. Umurnya saja yang sudah dewasa tapi sikapnya masih seperti anak balita. Reno mengelus dadanya sabar.
"Kalau begitu besok ayah mau ketemu sama dosen kamu,"
"Jangan ayah." Larang Febri, ia tidak ingin ayahnya tau jika ia melakukan hal yang memalukan di kampus.
"Kenapa?"
"Ponsel kamu kok bisa sampai di sita, apa yang kamu lakuin Febri. Kamu tidak melakukan hal yang aneh-anehkan" Risa mencela lagi. Risa menatap Febri curiga, anaknya ini harus benar-benar di jaga dengan hati-hati. Febri mendesah, kenapa mamanya seperti tahu apa saja yang ia lakukan, memang yah ikatan batin seorang ibu itu benar adanya. Tahu aja kalau anaknya ada masalah.
"Itu ma, Febri mainan ponsel waktu pak dosen menjelaskan. " Reno tertawa lalu membelai puncak kepala Febri.
"Yasudah kalau begitu, pokoknya besok kamu temani ayah ketemu dosen itu mengerti. Tidak ada penolakan."
"iyah," dengan lesu Febri pergi meninggalkan orangtuanya sebelum hal-hal yang tidak ia inginkan terjadi namun samar-samar ia masih mendengar niatan mamanya yang bersikeras menjodohkannya dengan duda yang disebutnya tadi.
"Pokoknya yah pa kita harus menikahkan Febri sama si Bagas itu. Siapa tahu Febri berubah jadi dewasa, mama sudah pusing menghadapi tingkah kekanak-kanakannya itu."
Febri rasanya ingin menangis membayangkan itu. mamanya jahat sekali, kenapa nasibnya hari ini harus sial seperti ini? andai aja dia jadi Savira, pasti dia bahagia banget dikelilingi oppa-oppa tampan macam Rakan, Farhan dan malik, lah dia masa duda. Mengngingat duda ia jadi membayangkan wajah pak Arkan dan sentuhan Arkan yang membuatnya merinding itupun juga ikut terbayang. Febri bergidik ngeri, nasibnya miris dikelilingi oleh duda. Tapi kenapa tadi ia menikmati sentuhan pria itu dan ia baru menyadari jika Arkan laki-laki berani menyentuhnya padahal belum pernah ada laki-laki yang menyentuhnya seperti itu. Febri merasa ternodai yang menodai duda lagi, kenapa nasibnya harus sial begini. Ia maunyakan sama oppa-oppa unyu.
"HUAHHHHHH" Febri menangis kencang ia tidak menyangka hidupnya harus seperti ini. Ia tidak terima, apalagi jika benar akan menikah dengan laki-laki pilihan mamanya, hidupnya pasti akan seperti neraka lalu teman-temannya akan mengejeknya.
"Febri diam!!!" Suara mamanya, Febri langsung menahan isaknya, tapi ia tetap menangis tanpa suara.
"Ya Allah kenapa kau berikan ujian yang berat ini padaku ya Allah. Apa salahku?"
"Hiks..hiks..hiks.."
"Febri benci, benci pak Arkan, hiks pak Arkan,,," Febri tertidur setalah berulang kali menyebut nama itu tanpa ia sadari,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
MUKAYAH SUGINO
febri nokin ngekek aja 🤣🤣🤣
2022-01-27
0
tursina anriasi
lnjut,mg seru🙂
2021-03-15
0
Supartini
benci nti jadi cinta lo feb
2021-01-02
0