Pertarungan

“Akari Suyhifang maju ke babak selanjutnya” seru wasit itu turun. Teman-teman Akari begitu senang, “Imotou, itu luar biasa” batin Kaito ikut senang. Akari beristirahat.

Asato dan Daisuke menghampirinya, “Hebat.. kau bisa mengendalikan rambut panjangmu dengan baik. Andaikan rambutmu berwarna biru, itu pasti indah. Tapi warna hitam itu sepertinya cocok untukmu” puji Daisuke, “Yosh, Arigatou” jawab Akari senang, “Sejak kapan kau bisa menggunakan Shiroi me, itu bukannya sulit?” tanya Asato bingung.

“Aku sudah bisa menggunakan mata ini sejak 3 tahun lalu, namun aku tidak memperlihatkannya dengan jelas. Karena kedua saudaraku melarang” jawab Akari, “Ternyata satu tim ya” panggil seseorang.

Itu Shinji, di belakangnya ada Kumonaru dan Kishimoto, “Kimi wa—”, “Benar aku Shinji. Dari warna bola mata kuning dan rambut putih itu, sepertinya kau klan Matsumoto” tebak Shinji memotong Asato.

“Dan kau, pasti asalmu dari klan Reomato, dilihat dari rambut coklat dan mata hijau gelap itu tidak asing” nada Shinji seperti orang sombong yang menyebalkan.

“Lalu urusannya denganmu apa?” tanya Asato, “Tentu saja ingin menghinanya” jawab Shinji tersenyum sombong.

“Kau—”, “Asato” larang Akari. Asato emosi, “Kami tidak ada urusan dengan kalian, memangnya apa yang ingin kau katakan?, Shinji Fujisawa” tanya Akari tenang.

“Aku hanya ingin bertanya, apakah kau seorang Dōbutsu?” tanya Shinji dengan nada sedikit di naikkan. Akari terdiam, wajahnya berubah menjadi dingin dan pendiam.

Wajahnya itu memperlihatkan sifat dingin dan kejamnya itu, “Jangan hanya diam saja, kau harus menjawabnya” bantah Kishimoto, “Kalau benar, memangnya kenapa?” tanya Akari dengan nada dingin.

“Melihatmu sepertinya kau hanya Dōbutsu ekor 1, dibanding denganku aku ekor 3 pasti jauh lebih kuat” jawab Shinji sombong

“Maaf, Shiroi me memang dimiliki oleh ekor 1 bukan berarti aku pengguna ekor 1, aku ekor 10” jawab Akari membalikkan badannya.

“Nani?!!” Shinji terkejut, “Kalau aku tahu sifat lawanku seperti ini... mungkin saja aku sudah menggunakan teknik Furezu ni kōgeki suru” jawab Akari memasukkan kedua tangannya kedalam katung jaketnya.

“Asato, Daisuke.. ayo, Akito- sensei pasti sedang mencari kita” perintah Akari sambil berjalan maju. Asato dan Daisuke mengikuti Akari dari belakang.

“Cihh, aku akan membalasmu” batin Shinji kesal. Akari, Asato, dan Daisuke memasuki arena penonton.

Lalu, tiba-tiba saja mereka mendapat serangan petir dari udara, “Nani?!.. langit cerah kenapa ada petir?” tanya para penonton. Di atas ada seorang pria yang mulai menghancurkan arena ujian.

Mata putih Akari kembali beraksi, dia berlari dengan cepat, “Akari” panggil Asato. Para penonton serta peserta lain lari ketakutan.

“Dia kesini ingin mencari Shinji dan Sandaime-sama aku harus cepat ” Akari berhasil keluar, dia sudah melihat Shinji dan Sandaime ditahan oleh dua pria.

“Wah, ada seorang gadis ya?” tanya pria itu dengan nada senang yang kejam, “Apa yang kau lakukan cepat pergi Akari!!” perintah Shinji dengan nada khawatir.

“Hoi, kalau mau bertarung ajaklah temanmu” tukas Asato memukul pundaknya. Daisuke juga ikut, “Yosh.. ayo kita selesaikan” saran Akari senang, “Mata putih itu sepertinya tidak asing” gumam pria itu.

“Daisuke kau ahli air bukan?, buatlah hujan.. Asato panaskan air hujan menjadi uap, itu akan membuat kabut” bisik Akari, “Hai” jawab mereka pelan.

“Jinkō ame” gumam Daisuke, hujan turun dengan deras, “Sekarang” gumam Akari, Daisuke berhenti digantikan oleh Asato.

“Jōki mizu hītā” gumam Asato, uap muncul dan Akari menambahkannya sampai menjadi kabut,“ Kuso, aku benci dengan kabut” teriak pria yang bernama Haruko, “IKE!!” teriak Akari dari dalam kabut.

“Hiken” gumam Asato, tangannya mengeluarkan api. Ia bergerak cepat dan meninju Haruko berkali-kali, “Aoi shōtotsu” Daisuke memukul pria yang satu lagi dengan nama Naru itu berkali-kali. Tumbukkan biru milik Daisuke tidak ada yang memilikinya selain Daisuke.

Begitu juga dengan tinju api milik Asato, “Hanbun” gumam Akari. Dirinya menjadi dua lalu ia merebut Sandaime dan Shinji kembali, “Kuso mereka lepas” teriak Haruko, “Sen-kai no shōtotsu” gumam Akari lalu ia menumbuk dua pria itu dengan tumbukan bertubi-tubi.

Kedua pria itu babak belur, “T-tidak kusangka ada gadis yang sejenius ini” gumam Haruko sebelum ia akhirnya pingsan.

“A-aku setuju” jawab Naru ikut terkapar, “Bodoh sekali, anak-anak mampu mengalahkan kalian” jawab seseorang sambil menghilangkan kabut itu. Itu Sawaki Yamada, dia buronan.

“Mata putih itu sepertinya tidak asing” dia memperhatikan Akari, “Aku sungguh kecewa dengan kalian berdua, sungguh tidak bisa diandalkan” tukas pria itu.

“Baiklah, aku harus menyelesaikan ini sendirian sekarang” tambahnya, lalu menghilang. Akari meninju sesuatu di depannya, “Kuso kau bisa melihatku, aku mengira kau tidak bisa melihatku” ucap pria itu muncul kembali dan mencoba bangkit berdiri, “Itulah kenapa, jangan meremehkan anak-anak seperti kami” jawab Akari senang.

“Asato”, “Hai, Seno senpū” pusaran angin begitu banyak. Shinji terpukau dengan aksi itu, “Saidai-fū yari” tambah Daisuke, ada banyak air berbetuk tombak tajam.

“Inazuma sen” sentuhan terakhir dari Akari, “Petir?, elemen utama Suyhifang” batin Shinji, sementara serangan itu mengenai Sawaki. Dan dia pingsan lemas.

Setelah kejadian itu...

“Arigatou gozaimasta, kalau tidak ada kalian kami pasti sudah terbunuh” ucap Sandaime pada Akari, Asato, dan Daisuke.

“Dōitashimashite, itu memang harus kami lakukan tadi” jawab Akari, “Namun sebelum kamu kembali aku harus mengambil ini” tambah Akari ia mengambil kekuatan mata milik Sawaki, “Kau sudah mengambil mata milik klan Hamari” Sawaki menahan rasa sakit luar biasa. Dan kekuatan itu masuk kedalam tubuh Akari, “Pantas saja dia bisa tembus pandang seperti itu, dia menggunakan mata orang lain” gumam Asato.

“Baiklah, kami pergi dulu Sandaime-sama, sumimasen” Akari meninggalkan mereka Asato, dan Daisuke mengikutinya dari belakang, “Akari” panggil Shinji mengejarnya, Mereka berhenti, “Arigatou gozaimas, gomenasai, aku sudah berlagak sombong” kata Shinji meminta maaf, “Sudahlah, manusia memang selalu bersalah” jawab Akari tersenyum tulus.

Mereka kembali berjalan menuju penginapan yang sudah di tentukan.

Sesampainya...

“Imotou” panggil kedua kakak Akari, mereka berhamburan memeluk Akari, “Yokatta” gumam Kaito senang, “Niisan, aku tidak bisa bernafas” jawab Akari. Kakaknya melepaskan pelukan itu.

“Akari-chan” panggil dua orang gadis, itu Misae dan Azumi, “Aku khawatir sekali ketika melihatmu berlari mengejar buronan itu” kata Misae senang, “Benar, untung saja kamu baik-baik saja” tambah Azumi.

“Kamu boleh-boleh saja bertarung, tapi ingat rambut ini” Misae menarik rambutnya lalu mengepangnya kembali agar rapi, “Arigatou Misae-chan” jawab Akari terkekeh. Misae tersenyum, “Heh, kau memang selalu menjaga rambut panjangmu ini. Rambut langkah yang tidak dimiliki oleh kami” balas Misae memaklumi temannya itu.

“Aku suka sekali rambut mu, dibanding dengan biru milikku” tambah Misae, “Aku lebih suka. Melihat rambut hitamku ini aku seperti mirip hantu berambut panjang saja” jawab Akari sambil tertawa.

Temannya yang mendengar ikut tertawa.

“Kenapa rambut Akari-san bisa cepat panjang?, rambutku saja tidak sepanjang itu” tanya Azumi penasaran, “Akari seperti bagian dari klan Hamari, Hamari mempunyai pemikiran yang pintar dan jenius, mirip seperti Suyhifang. Tapi kalau Hamari ini merupakan klan yang melakukan pemanjangan rambut, dan rambut panjang itu berguna dalam bertarung” jawab Daisuke menjelaskan panjang lebar.

“Pantas saja rambut sepanjang lutut ini kamu pertahankan” kata Asato, “Aku akan memotongnya nanti” kata Akari.

“EHH?!” teman-temannya terkejut, “Memangnya kenapa?” tanya Akari bingung, “Kalau aku jadi kamu, aku akan mempertahankan rambut ini” jawab Misae masih mengepang rambut Akari.

“Karena rambut ini, aku jadi sulit untuk mencucinya. Mengeringkan rambut ini memakan waktu sekitar 30 menit” jawab Akari mengeluh, “Menyisir rambut ini juga memerlukan 2 orang, Kaito-niisan dan Yamamoto-niisan menjadi repot untuk menyisir rambutku” tambah Akari.

“Tidak apa, itu juga bermanfaat nantinya” jawab Kaito, di sampingnya Yamamoto, “Niisan” panggil Akari terkejut, “Itu tidak penting, ketika usiamu sudah 15 tahun baru kau bisa memotongnya” tambah Kaito duduk di samping Misae sambil membantu Misae mengepang rambut, “Tapi, kenapa dari tadi belum selesai Misae?” tanya Akari bingung, sudah 15 menit ia menunggu Misae selesai mengepang rambutnya, “Rambutmu mudah terpisah” jawab Misae.

“Sudahlah, aku akan membantu mengepangnya” jawab Yamamoto ikut duduk membantu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!