SANG PENYELAMAT
“Kaito, bangunkan Imotou (adik perempuan dalam bahasa jepang), kita bisa terlambat untuk berangkat” perintah Yamamoto– pria berusia 16 tahun yang memiliki 2 orang adik bernama Kaito– pria berusia 15 tahun, dan Akari– gadis berusia 13 tahun.
Mereka anak yatim piatu, Ibu mereka harus meninggal setelah melakukan penyegelan kekuatan di tubuh adik mereka– Akari ketika baru lahir, dan ayah mereka Tsukikage ke-4.
Dan mereka sekarang tinggal di kediaman Suyhifang, rumah kakek dan nenek mereka yang sudah lama meninggal.
Sesampainya di kamar Akari...
“Imotou, oi.. okite!” panggil Kaito sambil mengetuk pintu kamar Akari berkali-kali, “Aku sudah bangun Niisan, apa yang sedang kamu lakukan di luar kamarku?” tanya sebuah suara dari belakang Kaito. Itu Akari, “Nantemo nantemo, nantemo.. kamu mengejutkanku seperti itu” jawab Kaito dengan nada kesal yang lucu.
“Seharusnya aku yang mengatakan itu, Yara” balas Akari sambil menyebutkan nama perempuan yang dekat denganya, lalu masuk ke kamarnya begitu tenang.
“Lihat saja pembalasanku” pikir Kaito kesal, “Oi, membalaskan apa?” tanya Akari dari dalam kamarnya, “Nani?, aku sungguh lupa dengan itu” pikirnya lagi lalu turun.
Bau masakan tercium, “Hmm, Niisan memasak apa?” tanya Kaito menghampiri kakaknya itu yang sedang memasak, “Chāhan” jawab Yamamoto.
“Baunya harum, ada yang sedang memasak enak?” tanya sebuah suara dari tangga, itu Akari, “Sudah siap.. sebentar lagi Gyuro-sensei akan datang menjemput” jawab Yamamoto sambil menyajikan masakannya, “Ayo makan” ajak Yamamoto, “HAI” jawab kedua adiknya serentak.
”Dōzo omeshiagarikudasai” seru mereka senang, “Akari, kamu baru saja selesai dari Akademi minggu lalu.. dan pastinya kalian sudah dibagikan kelompok, siapa saja anggotamu?” tanya Kaito sambil melahap makanannya dengan sigap.
“Itu sama saja seperti dulu, teman-temanku saja yang teracak anggotanya.. kelompokku tetap dengan nama kelompok 5, dan anggotanya ada 3. Aku, Asato, dan Daisuke” jawab Akari menjelaskan panjang lebar.
“Tapi Daisuke kan baru–”, “Tidak perlu di sebutkan.. aku sudah tahu” jawab Akari sambil berdiri, ia membereskan piring makannya lalu meletakkannya di Shinku. Akari berjalan menuju kamarnya untuk beres-beres barangnya.
Sementara kedua kakaknya...
“Dia semakin dingin sejak Otoosan gugur di perang 8 tahun lalu.. dia dingin apalagi setelah dia tahu kalau Okaasan meninggal karenanya, dia jadi lebih dingin dan tidak memperdulikan siapapun” tukas Yamamoto khawatir dengan sikap Akari.
“Benar.. aku sudah bingung untuk membuatnya berubah” balas Kaito setuju.
Setelah itu...
“Hoi, Akari-chan” panggil seorang gadis dari luar rumah mereka, “Misae-chan, sebentar.. Imotou ayo” panggil Yamamoto sambil menggunakan Kutsu yang biasa ia gunakan.
“Hai.. Misae-chan, dan.. Asato sialan” wajah Akari berubah ketika melihat Asato berada dibelakang Akari, “Hoi, jangan pernah memanggilku sialan dasar Kuntilanak” jawab Asato dengan nada kesal.
“Hoi, biarpun aku mempunyai rambut panjang hitam sepanjang lutut itu masih mending di banding rambut milikmu yang berwarna putih seperti sudah ubanan saja” balas Akari, wajah mereka begitu dekat.
Dan, pertengkaran dimulai...
“Disaat seperti ini kita memerlukan Gyuro-sensei untuk menenangkan mereka yang bertinju ini” gumam Kaito disamping Misae sambil tepuk jidat, “Yosh.. aku setuju dengan pendapatmu sensei” Misae ikut tepuk jidat. Misae adalah sahabat Akari dari kecil, dia pengguna Elemen Tumbuhan, Asato adalah sahabat Akari yang tidak pernah akur. Ibaratkan seperti Anjing dan Kucing, “Oioioi, sudahlah.. jangan bersikap seperti ini” Daisuke– sahabat Akari yang jenius, datang memisahkan mereka.
“Fiuhh.. arigatou Daisuke, kalau tidak kita tidak akan berangkat karena mereka” kata Yamamoto sambil merangkul Daisuke.
“Sudahlah, kalian harus berdamai” saran Daisuke tersenyum dengan tingkah kedua sahabatnya itu, “HMM” mereka memasang wajah seperti anak kecil.
Dan mereka berangkat...
“Akari-chan” panggil Azumi– adik sepupu Daisuke, ia menghampiri Akari lalu memeluknya, “A-azumi-sama, tolong pelukanmu” Azumi melepaskannya, “Akari-chan.. aku sudah 50 kali berkata pada mu jangan panggil aku dengan sebutan Sama itu” Azumi menasihatinya dengan wajah kesal yang tidak biasa.
”Yo, Akari” panggil seseorang. Itu Tsuzori Anata — anak laki-laki berusia 13 tahun setara Akari, dia wakil ketua kelas mereka dulu ketika di Akademi.
“Tsuzori-kun, tumben sekali kamu datang cepat pagi- pagi begini?” tanya Akari ketika melihat Tsuzori.
“Aku berlomba dengan Asato-kun, itulah kenapa aku pertama sampai, yo Asato-kun.. aku menang. Ini kemenanganku yang ke 41, dan kau masih 40” jawab Tsuzori sambil berseru pada Asato yang tidak jauh di belakang Akari.
“Astaga, orang sepertimu dikalahkan oleh orang dengan badan lebih kecil. Memalukan sekali bukan” ledek Akari berlalu, lalu naik kapal berpenumpang yang akan mereka gunakan untuk berangkat.
“NANI?!, KUNTILANAK KEPANG SATU TIDAK PERLU BANYAK BICARA” teriak Asato pada Akari ketika mendengar ucapan Akari.
“ANAK MUDA YANG SUDAH PUNYA UBAN TIDAK PERLU SOMBONG!!” teriak Akari membalas teriakan itu.
“Hei, sudahlah dia temanmu..” jawab seseorang dari dalam tubuhnya, “Cihh.. kau selalu membelanya, Akira” balas Akari bergumam pelan.
“Kau terlalu dingin” Akira masih menjawab dari dalam tubuhnya, “Sudah kalian tidak boleh ribut hanya karena anak itu” jawab Yamara— Singa Putih ekor 10 yang bersemayam di dalam tubuh Akari sejak lahir, sambil menyudahi perdebatan itu.
“Baiklah, aku mengalah” gumam Akari pelan.
Kapal itu berangkat, “Ahk, aku sungguh bingung kartuku tidak ada yang berguna” seru Asato malas sambil menidurkan tubuhnya, “Ayolah, ini masih panjang.. jangan menyerah!!” balas Tsuzori sambil menyemangati Asato.
“Gunakan ini” balas Akari yang sedang berjalan melewati kumpulan anak laki-laki itu lalu memberitahu Asato, “Aku mengira kartuku tidak ada ternyata masih ada” kata Asato bergembira mendapat bocoran.
“Kalau sudah begini aku menyerah.. kartuku sudah tidak berguna” jawab Daisuke terkekeh, Tsuzori ikut menyerah.
“Wahh.. tidak kusangka Akari pandai bermain kartu” Tsuzori memuji Akari yang sedang menggambar dengan suara seperti ingin membuat gosip.
“Ya, dia juga pandai bermain Catur. Di Akademi dulu dia juga terkenal pintar dan berprestasi. Nilai tes ujian tulisan saja selalu bagus. Aku iri dengan otaknya” kata Asato membenarkan fakta tentang Akari.
“Dia juga mahir menggunakan Pedang” tambah Daisuke sambil mengambil sesuatu dari tasnya.
“Luka di wajahnya itu akibat apa?. Aku tidak pernah tahu” tanya Tsuzori penuh penasaran ketika melihat luka berbentuk 'X' di pipi kanan Akari, “Itu akibat luka senjata pedang kutukan saat perang pertama, itu luka permanen dan tidak bisa hilang” jawab Asato menunduk.
Ia mengingat- ingat masa lalunya yang penuh dengan bayangan- bayangan mengerikan yang suram, “Andai saja aku bisa menyelamatkan Surinato dari penculikan, kamu pasti tidak akan mendapat luka permanen itu” batin Asato menatap Akari yang sedang menggambar.
“Sudahlah, Asato-kun.. Akari pasti bisa menerima apapun, lihat saja dia selalu tersenyum” jawab seorang gadis. Itu Tsukinara— gadis berusia 16 tahun yang mendapat pangkat Dewa 1.
Tsukinara adalah anggota tim 10, yang berisi remaja berusia 16 tahun keatas.
“Tsukinara-nee-chan, aku tidak yakin dengan apa yang Nee-chan katakan” balas Asato menundukkan kepalanya.
“Apa yang membuatmu tidak yakin?” tanya Tsukinara sambil duduk di depan Asato dengan kedua kakinya sebagai tumpuan, “Misae..” jawab Asato sambil mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.
“Kamu masih menyimpan copyannya ya, punyaku aku tempel dibuku” seru Daisuke sambil mengeluarkan buku tulisnya.
Itu foto mereka saat lulus Akademi, ada Akari yang sengaja mereka letakkan di tengah, Misae di samping kanan Akari sambil merangkulnya. Di samping kiri Akari ada Azumi berpose dua jari. Asato duduk di bawah Akari yang berdiri begitu juga dengan Daisuke. Kedua kakak Akari, dan masih ada 20 orang lagi di foto itu.
“Momen lucu ketika aku digendong Hideyoshi, saat itu aku meminta dengan paksa” tambah Tsuzori mengingat momen lucunya dengan Hideyoshi— laki-laki yang berusia 1 tahun lebih tua dari mereka.
“ASATO-KUN” teriak para gadis sambil berhamburan memeluk dirinya. Asato terkenal di Akademi karena wajah tampan dengan rambut putih dan mata kuning emas yang indah, “H-hei, tolong.. astaga siapa yang memberitahu kalian?” tanya Asato kebingungan dengan gerombolan para gadis, “Akari-chan memberitahu kami, kalau Asato-kun ada disini” jawab seorang gadis bernama Kirana Reomato— keluarga utama dari klan Reomato.
“Akari, ya?” gumam Asato sambil mengeram kedua tangannya. Ia selalu mengomeli Akari yang dingin dan jahil. Kalaupun Akari diomeli oleh sahabatnya itu, gadis itu hanya akan diam dan tidak mengacuhkannya.
“Akari Suyhifang” panggil Asato dengan nada lembut penuh amarah, “Nani? ada apa?” tanya Akari muncul dari sebuah ruangan. Akari bingung ketika melihat gerombolan gadis di belakang Asato.
Ia masih ingat barusan ia memberitahu keberadaann Asato tadi, dan wajahnya tampak khawatir bukan main, “Apa yang sudah kau katakan pada gerombolan ini?” tanya Asato dengan wajah kejam sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Akari sambil memegang kera baju Akari.
“Asato-kun tidak perlu memarahi Akari-san. Kami mendapat misi gabungan dari Kaito-nii-chan dan Yamamoto-nii-chan.. mengenai wawancara Akari-san dan Asato-kun” jawab Kirana menenangkan Asato yang marah.
Mendengar nama kedua kakak laki-laki yang tidak asing bagi mereka wajah mereka berubah, “EHH?!!” jawab mereka terkejut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments