Pagi hari telah tiba, dan di tempat tidur masih terdapat Alena yang masih bergulat dengan mimpi indahnya seakan enggan bangun.
Kkrriiinggg!!!!!!
Suara alarm di meja samping tempat tidur membangunkan Alena.
"Hmm, ganggu aja, si alarm,"
ujar Alena sambil meraba-raba meja di samping.
Klik!
Alarm pun dimatikan, dan Alena bangun bersandar di headboard sambil mengucek matanya.
Tok~ tok~ tok~
"Sayang, bangun," terdengar suara dari luar kamar Alena.
"Buset, siapa sih, pagi-pagi udah datang?" Alena turun dari tempat tidur sambil menggaruk-garuk kepalanya.
"Ehh, tunggu dulu! Perasaan cuman gue sendiri, kenapa ada orang di apartemen gue?"
Langkahnya berhenti di depan pintu sambil mengerutkan kening heran.
"Sayang~ Sudah bangun belum?" Suara itu lagi.
Alena yang tersadar langsung ngeh kalau suara itu milik sang pacar.
"Astaga, kenapa gue lupa, kalau anak ini juga tahu password?"
Alena yang mengatakan itu langsung membuka pintu kamar, dan terpampang lah sang pacar sedang tersenyum ke arahnya.
"Selamat pagi, Ay. Tumben pagi-pagi udah datang kemari?" tanya Alena.
"Suka-suka aku dong, yang penting kamu sudah bangun dan cepat siap-siap sana," ujar sang pacar yang langsung membalikkan badan Alena dan mendorong pelan agar segera siap-siap.
"Aiss, Ay, ini jam berapa coba? Masih pagi banget," Alena yang pasrah didorong oleh pacarnya menuju kamar mandi.
"Masih 05.40 a.m," jawab sang pacar.
"Itu kan masih pagi banget, huaaa aku masih ngantuk, Ay." Alena yang mulai merengek.
"Enggak boleh tidur lagi, sayang. Bagus dong, biar kita berdua masih bisa sarapan dengan santai. Kalau bangun telat kan enggak keburu sarapannya, apalagi jarak ke sekolah lumayan jauh," sang pacar menjelaskan panjang lebar.
"Ya, sudah kamu keluar sana, aku siap-siap dulu." Setelah mengucapkan itu, Alena langsung masuk ke kamar mandi sekaligus bersiap-siap ke sekolah.
Sedangkan sang pacar langsung keluar dan menyiapkan sarapan mereka.
Beberapa menit kemudian, Alena keluar dari kamar yang sudah siap dengan perlengkapan sekolahnya. Sang pacar yang melihatnya hanya tersenyum.
"Sayang, sarapan yuk. Maaf ya aku cuma bisa bikin sandwich doang," katanya sambil menaruh 2 potong sandwich di atas meja.
"Iya, enggak apa-apa kok, Ay." Alena langsung menarik kursi lalu duduk, ikut mengambil satu potong sandwich lalu memakannya.
"Ini, diminum dulu." Sang pacar menaruh satu gelas susu hangat di depan Alena.
"Terima kasih ya, Ay."
Sang pacar hanya menanggapi dengan dehaman saja.
"Oh iya, aku lupa." Sang pacar langsung menyodorkan kunci mobilnya ke Alena.
Sedangkan Alena yang tahu itu langsung mengambilnya tanpa sepatah kata pun.
Akhirnya mereka selesai sarapan. Mereka berdua langsung keluar dari apartemen Alena sambil mengobrol ringan. Saat sampai di bawah, Alena langsung berangkat duluan, setelah itu disusul oleh sang pacar.
## Sekolah
Alena pun tiba di sekolah dan langsung memarkirkan mobilnya. Setelah itu, Alena keluar dari mobil. Suasana sekolah masih sepi.
Alena langsung berjalan menuju ke kelasnya.
Suasana kelas pun masih sunyi, hanya 6 orang ditambah dirinya. Alena bergegas duduk dan menaruh tasnya di atas meja. Habis itu, Alena langsung merebahkan kepalanya di atas tas dan mulai menutup matanya.
Beberapa menit kemudian, Alena mendengarkan suara ribut di dalam kelas yang menandakan bahwa teman-teman kelasnya sudah ramai.
Dan... Brakk!!!
Gebrakan meja itu membuat Alena terkejut bukan main.
"Anj*ng..!" Latah sang ketua kelas yang sedang fokus membaca buku.
"Dewi....!! Lo gila? Pagi-pagi udah cari masalah?" tanya Alena yang merasa jengkel karena ulah Dewi.
Sedangkan Dewi hanya cengengesan saja sambil berjalan ke samping Alena.
"Hai, Good Morning my Bestie. Mau pelukan selamat pagi?"
Percayalah, ingin rasanya Alena melemparkan tubuh Dewi lewat jendela.
Karena tidak ditanggapi, Dewi hanya biasa saja dan langsung mengeluarkan ponselnya lalu mulai fokus dengan ponselnya. Sedangkan Alena melanjutkan tidurnya yang sempat tertunda.
Beberapa menit kemudian, Seorang guru masuk.
"Selamat pagi, anak-anak Bapak yang luar biasa. Gimana hari ini? Sehat? Bapak punya kejutan untuk kalian. Mau tahu enggak kejutannya apa?" ujar sang guru yang merupakan wali kelas mereka.
"Emang kejutannya apa, Pak?" tanya salah satu siswa di depan.
"Oke, kamu mau tahu atau mau tahu banget?"
Siswa yang mendengar perkataan wali kelas tersebut hanya memutar matanya malas.
"Len, nih guru, kalau bisa dipukul, percaya, gue orang pertama yang bakal memukulnya," bisik Dewi ke Alena.
"Sama, gue juga."
"Hehehe, karena Bapak melihat wajah penasaran banget dari kalian, maka Bapak akan memberitahukan kejutannya. Tapi sebelum itu, buat kamu yang di luar, masuk dulu," pinta wali kelas mereka ke seseorang.
Sedangkan yang diperintahkan melangkah masuk, dan dia adalah murid baru.
"Oke kamu, perkenalkan nama. Ingat, singkat saja, soalnya Bapak kasihan anak-anak Bapak sudah penasaran dengan kejutan dari Bapak,"
ujar wali kelas yang sudah mengambil tempat duduk di depan sambil melihat ke arah para siswanya.
"Baik, Pak. Hay, perkenalkan. Nama saya Nadia Clarissa Audrey. Mohon bimbingannya, teman-teman," sang murid baru itu memperkenalkan nama.
"Oke, Nadia, kamu bisa duduk ke bangku yang kosong,"
sang wali kelas melihat Nadia yang sudah berjalan ke arah bangku yang kosong.
"Oke, sekarang masuk ke acara yang penting, yaitu kejutan untuk kalian! Hahaha," ujar wali kelas dengan gaya seorang MC nikahan.
Semua murid yang di dalam kelas mulai penasaran kejutan apa yang diberikan.
"Kejutannya adalah...!!"
Brakk~ brakk~ brakk
Bunyi meja yang dibuat oleh sang wali kelas mereka, seakan membuat kesan lebih tegang.
Semuanya pada fokus ke arah wali kelas mereka.
"TES HARIAN MATEMATIKA! HAHAHAHAHA..!" teriak sang wali kelas sambil membuka kedua tangan ke samping, terlihat seperti selebrasi.
"HAAA????" ucap siswa secara kompak.
"Pak, kok bisa? Ini kan masih suasana lomba, harusnya belum ada kegiatan belajar," kata sang ketua kelas yang tidak terima dengan perkataan wali kelas mereka yang katanya kejutan itu.
"Huaaaa, ini bencana besar. Bunda, semoga anakmu keluar dari kelas dengan nyawa masih ada di tubuh ini," kata dramatis Dewi yang sangat shock. Padahal dia kira kejutannya adalah sang murid baru, ternyata hanya perkataan mematikan.
"Dewi, kalau gue tahu bakal jadi gini, gue sudah bolos tadi," ucap Alena melihat ke arah Dewi.
Dan mereka berdua pun berpelukan saling menguatkan bersama.
Sedangkan Nadia yang melihat kejadian ini hanya menatap heran saja, karena dia juga agak shock. Hari pertama masuk sudah dihadapkan dengan kejadian ini.
Sang wali kelas melihat muridnya yang men dramatis keadaan hanya bodo amat.
"Hai guys, hari ini yang lomba kelas lain, bukan kelas kalian. Daripada Bapak melihat kalian tidak ada kerjaan, lebih baik kita tes harian, ya kan?" ucap wali kelas.
"Tapi kan, Pa—"
Belum sempat menyelesaikan perkataanya, sang wali kelas sudah memotong.
"Halaah, enggak ada tapi-tapi! Cepat buka buku kalian!"
"Se.ka..RANG .!!"
Braakk.!!
Mereka pun terlonjak kaget dan buru-buru membuka buku mereka karena mau tidak mau harus mau, ini keadaannya.
Alena dan Dewi hanya pasrah.
30 menit kemudian.
"Oke, kumpul..!" ujar wali kelas.
"Sabar, Pak, belum selesai!" teriak Dewi yang masih belum selesai. Sama halnya dengan Alena yang sangat pasrah dengan hasilnya nanti.
"Mau kalian yang antar? Atau Bapak yang ke sana? Kalau sampai saya yang berdiri, kumpul, habislah riwayat kalian, anak-anak waliku!"
Mereka mendengar ancaman wali kelas langsung dengan cepat mengumpulkan kertas jawaban mereka ke meja guru.
Alena yang sudah menaruh kertas jawaban, rasanya dia ingin menangis saja.
"Nah, gitu dong. Hasilnya nanti Bapak bagi setelah selesai semua kegiatan lomba, dan itu minggu depan." Beliau langsung merapikan kertas-kertas jawaban di mejanya dan membawanya keluar menuju kantor guru.
Setelah mereka sudah tidak melihat sang wali kelas lagi, terjadilah kehebohan.
"Huaaaa bunda..."
"Mampus, mana cuma 2 lagi yang kejawab, mana belum tentu benar lagi."
"Dih... bodoh kali."
"Sialan...!"
"Oh My God..! Tolong katakan kalau ini cuma mimpi."
"Fix, kita semua enggak selamat kali ini."
Dan masih banyak lagi kata-kata putus asa mereka.
"Dewi, mari kita healing ke kantin yuk," ajak Alena.
"Yukk, lama-lama bisa stres gue."
Dan mereka berdua pun berjalan keluar dari kelas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Michelle Flores
Menggugah hati
2025-10-11
0