Pintu pagar yang sudah berkarat itu terbuka lebar, bunyi decitan memekakkan telinga saat pintu dibuka dengan paksa. Suara kecipak kaki menginjak genangan air terdengar riuh, seolah sepasang kaki besar sengaja memainkan air genangan dengan begitu riang.
"Nja, jangan lari... jalanan samping becek dan licin!" teriak mas Joko
"Ahiihihiiii... " suara tawa riang menjawab rasa khawatir mas Joko
Street... Gubbraakkk!
"Nah kan! Apa mas Jo bilang, jangan lari-lari. Jalanan di samping becek dan licin karena batunya sudah berlumut."
"Huaaaa... marshmallow ku terhempas... Huaaaa..." jerit Senja mengeluarkan tangisan pilu.
Di sebuah jendela, seorang remaja berusia enam belas tahun memperhatikan tingkah konyol gadis gemuk berseragam putih biru di halaman rumah mas Joko dan mbok Darmi. Ia tertawa saat gadis kecil bertubuh besar itu kehilangan keseimbangan saat kakinya melompat di sebuah konblok berlumut.
Bajunya putih birunya kotor oleh tanah dan lumut yang ia robek dari permukaan konblok.
"Rasain!" makinya diiringi derai tawa
Mas Jo mengangkat tubuhnya dengan susah payah, karena berat badan gadis itu lebih berat dari tubuh mas Jo sendiri. Ia membopong Senja hingga masuk ke dalam.
"Aduuh sakit mas Jo... " rengeknya dengan manja.
Suaranya riuh dan menuntut perhatian orang yang ada di sekelilingnya. Tangisannya memenuhi ruang hening yang sejak tadi sedang dinikmati oleh Zac. Tatapan Zac tidak bisa lepas dari sosok gadis putih berpakaian ketat itu, matanya bulat menawan, pipinya kembung seperti squishy, bibirnya merah dan basah, rambutnya cokelat sedikit bergelombang.
Ada daging putih bersinar yang menyembul sedikit dari sela kancing bajunya yang terbuka, terlihat begitu kenyal dan enak dipandang. Tenggorokan Zac terasa kering sehingga kesulitan menelan salivanya sendiri.
Suara kaki berlari tergopoh dari arah dapur menambah keriuhan suasana.
"Aduuhh anak kesayangan mbok kenapa, Nja' jatuh ya nduk," suara itu terdengar panik dan cemas.
"Sakiitt mbok, marshmallow aku sakit... Huhuhu" gadis itu menungging minta pantatnya di puk-puk sama mbok Darmi
"Ututu... Yang ini sakit yaa... " mbok Darmi mengusap lembut pantat gadis yang dipanggil Nja.
Zac mendengus kesal, mbok Darmi bukan pelayan di rumah gadis itu, tapi gadis itu berhasil menarik kasih sayang mbok Darmi darinya. Zac tidak terima! Ia menjatuhkan gelas kaleng dengan sengaja.
Klontraaang!
"Mbok! Aku juga sakit, kenapa dia yang mbok perhatiin."
Suara kecemburuan Zac menghentikan tangisan dan kemanjaan Senja. Sesaat. Setelah itu tangisannya kembali membahana dan semakin dibuat keras. Zac menutup kedua telinganya dengan telapak tangannya yang masih diperban.
Zac juga sakit, ia baru saja mengalami kecelakaan tunggal di jalan raya. Papanya baru saja membelikan motor sport hadiah ulang tahunnya yang ke enam belas. Kakinya masih di gip, tangannya yang sobek tersentuh aspal jalanan masih diperban. Ia tidak terima jika mbok Darmi lebih memperhatikan orang lain. Karena mbok Darmi adalah asisten rumah tangga di rumah Zac, sejak pemuda itu masih bayi. Setelah kakek dan neneknya meninggal, mbok Darmi dan mas Joko adalah keluarga terdekatnya.
"Mbok aku mau bobo," ucap gadis itu manja.
"Bobo di kamar mbok ya, di ruangan ini sudah ada mas Zac. Dia nggak suka suara rame, mas Zac butuh istirahat di ruangan ini."
"Kenapa nggak dia aja yang pindah ke kamar mbok. Nja maunya di sini. Nja mau makan sambil nonton TV," ucapnya menambah kekesalan Zac.
"Zac, kursinya kan lebar. Kamu bergeser ya biar Nja ikut duduk di situ sambil nonton TV," tegur mas Joko
"Dia berisik mas Jo, aku ngga suka!" tolak Zac
Mbok Darmi dan mas Jo kewalahan dengan kemanjaan dua anak majikan mereka.
Zac memang tinggal di rumah mbok Darmi, karena rumahnya yang besar terlalu sunyi bagi Zac. Mama papanya selalu sibuk dan seringkali berpindah tugas dari suatu kota ke kota lain. Rumah mbok Darmi adalah hadiah pemberian dari kakek dan neneknya. Jadi Zac bebas bisa kapan saja tinggal di sana.
Sementara Senja, datang hanya sesekali ke rumah mbok Darmi jika gadis itu ingin menikmati kentang goreng mustapa dan cireng buatan mbok Darmi.
"Geser!" perintah gadis itu
"Ngga mau! Ini tempatku."
"Geser ngga, kalau nggak mau geser aku duduki nih kakinya!" ancamnya.
Zac bergeming, dia memasang headset ke telinganya dan mendengarkan musik rock and roll. Tanpa ijin lagi, Senja duduk di samping Zac.
Blesss!
Suara benturan bokong besar melesak dan menekan busa sofa yang sudah menipis. Tangan Zac yang sedang diletakkan di sofa ikut tertindih 'marsmallow' miliknya.
Wajah Zac seketika merah padam, tangannya yang sedang sakit terasa semakin berdenyut. Tapi bukan itu yang membuat wajahnya memerah. Telapak tangannya terasa hangat dan merasakan kelembutan marshmallow milik Senja.
Zac menoleh, gadis itu pun menoleh ke arahnya dengan senyuman manis yang dibuat-buat. Bibirnya yang basah mengerucut dan bergerak-gerak karena mulutnya sudah penuh oleh makanan.
"Tanganku sakit tertindih bokong mu," ucap Zac dengan suara tercekat
"Ya tarik aja, gitu aja kok repot!" ucapnya dengan acuh tak acuh
"Beraaatt!" ucap Zac mendramatisir
"Ck! Lemah!" cela Senja sambil memiringkan dan mengangkat bokongnya ke arah kiri.
Zac menatap layar TV dengan tatapan kosong. Batinnya bergumam, mimpi apa dia semalam, hari ini harus bertemu gadis manja dan aneh ini. Tapi suatu hal yang Zac rasakan sangat berbeda, jantungnya berdegup dengan kencang saat gadis itu berada di sisinya. Aroma vanila yang samar keluar dari tubuh gadis itu. Dada putih bersinar miliknya masih mengintip, seakan sapaan lembut berbisik dalam dadanya, 'lihat aku'.
"Itu sakit ya?" suara merdu itu tiba-tiba saja masuk ke telinga Zac.
Ternyata senja menarik headset di sebelah kiri dan dia berbisik di telinga Zac. Lelaki remaja itu panik bukan main, tubuh Senja sudah menempel tepat di bahunya. Tubuhnya hangat, senyumnya merekah dari bibirnya yang indah dan penuh, tatapannya lembut dan memancarkan perhatian yang menenangkan.
Wajah mereka terlalu dekat. Hingga Zac menahan napas saat napas lembut beraroma strawberry itu membelai kulitnya. Senja memasukan keripik kentang ke mulut Zac yang sedikit terbuka. Zac menurut, ia mengunyah kripik itu. Gerakan rahangnya seakan seirama dengan gerakan bibir Senja yang juga sedang mengunyah.
Zac memejamkan mata saat dada Senja menempel dengan kulit lengannya. Jantungnya berdebar-debar, keringat tipis memenuhi keningnya. Udara ruangan dan udara luar rumah masih kompak menyalurkan udara dingin yang menusuk. Tapi saat tubuh Senja menempel padanya, hawa dingin itu berubah hangat dan berkeringat, seakan kedekatan mereka memercikkan api dari dalam tubuh Zac.
Di sekolah, banyak gadis cantik yang sering bermain dengannya, terkadang dari mereka dengan sengaja memeluk Zac karena alasan teman dan keakraban. Tapi Zac tidak pernah merasakan hal aneh seperti yang ia rasakan saat berdekatan dengan Senja.
Seperti sebuah kerinduan lama yang menunggu untuk disentuh.
"Apa ini awal hadirnya masa puberku?" gumam Zac
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
sudah pasti iya Zac. selamat datang ke masa remaja ting2. 🤭
2025-10-08
1
Dinar Almeera
Mas Jo mau jadi abangku gak?
2025-10-07
2
🌹Widianingsih,💐♥️
🤣🤣🤣awas Zac, nanti kamu jatuh cinta sama cewek gendut
2025-10-18
2