5. OTW

...Moskow -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -> Miami...

Keinginan Ilya untuk menikah memang sempat menggemparkan, tapi ketika keterkejutan dan segala pertanyaan terjawabkan, situasi pun mereda tanpa ada pertikaian besar mengikutinya.

Seryozha yang sempat menentang, Eddy, atau bahkan Alexey dan Freya yang baru datang dari Ankara dan menyuarakan kebingungan, perlahan mulai menerima ide pernikahan tersebut. Tentu saja, semuanya berkat Ingrid Ivanova yang membela keinginan cucunya dengan keras kepala.

"Yah, Ilya sudah cukup dewasa untuk membuat keputusannya sendiri. Selama pria itu dari keluarga baik-baik, aku tidak akan keberatan." —merupakan tanggapan Alexey Ivanov saat hadir di rapat keluarganya untuk membahas tentang pernikahan Ilya.

Sesudah memberi tanggapan, Alexey menyerahkan segala keputusan ke tangan Freya—istrinya yang kini duduk di sebelah ilya sambil menyisir rambut puteri bungsunya itu.

"Ilya, pernikahan bukan permainan. Kalau kamu benar-benar mau menikahi pria ini, kamu harus siap menjadi istri dan mengemban tanggung jawab dari posisi itu."

"Mamochka, aku tidak akan mau menikah kalau aku tidak memikirkan itu." Ilya merengut lucu. Suara manjanya membuat Freya tidak bisa mengomelinya apalagi membantahnya.

"Oh, ratuku, apa dia begitu tampan sampai kamu menyukainya?"

"Paling tampan di dunia."

"Lebih tampan dari Papa?"

Ilya mengangguk. "Lebih tampan dari Papa. Dia seperti pangeran, Mama. Aku tidak bisa membayangkan masa depanku tanpa dia."

"Oooh, kamu sangat kasmaran."

Eddy yang ada di ruang santai itu mengerutkan kening risih. "Bagaimana bisa kamu sangat menyukainya? Aku tidak paham. Maksudku, Nick memang idamannya banyak perempuan, semua orang yang memandangnya akan memujanya. Tapi kamu, kamu terakhir kali melihatnya saat Anya menikah. Anya sudah mempunyai dua orang anak sekarang."

"Aku sudah men-stalk sosial medianya sejak lama," sahut Ilya kepada Eddy.

"Menjijikkan," imbuh Seryozha.

"Kenapa kamu baru mau menikahinya sekarang?"

"Karena..., aku harus menyelesaikan kuliahku." Ilya mulai merasa tak nyaman, jika Eddy menginterogasinya, bukan tidak mungkin Eddy bisa mengendus kebohongannya. Ini berbahaya. Ilya tidak mau usahanya yang sudah berjalan 60 persen menjelang sempurna akan dibatalkan karena kakaknya yang jelek itu memutuskan ikut campur.

"Untuk apa menyelesaikan kuliahmu kalau kamu akan berakhir menikah?"

"Oh, oh? Pertanyaan macam apa itu Eddy? Apa perempuan tidak boleh terpelajar hanya karena dia akan menjadi seorang istri? Apa kamu mau menikah dengan perempuan bodoh? Apa kamu menganggap semua istri di dunia adalah wanita bodoh?"

"Haaa?" Eddy terperangah. "Aku tidak—"

"Mamockha, aku tidak percaya ini, ya. Mengapa Eddy merendahkan perempuan? Apa dia tidak lahir dari rahim Mama?"

"Ilya, Princess, kamu salah mengartikan ucapanku." Eddy menjadi agak panik saat Ingrid dan Freya melempar delikan tajam padanya.

"Aku tidak salah. Kamu memang mengatakan perempuan yang akan menikah tidak perlu belajar."

"Tidak, yang aku maksudkan adalah..."

"Sudah, cukup." Alexey menengahi, tatapannya kemudian jatuh pada Eddy. "Eddy, pandanganmu yang seperti itu sangat tidak pantas. Pendidikan itu hak semua orang, entah akan dia gunakan untuk hal yang berguna atau tidak."

"Benar sekali," sahut Ingrid. "Peradaban berkembang mengikuti manusia yang berpikir dan mau belajar. Lagipula, semakin cerdas seorang wanita, semakin pantas ia menjadi istri. Kecerdasan membuatnya mampu memilah mana yang benar dan mana yang salah dengan lebih rasional dan kritis. Tidak hanya dia menjadi istri yang layak, tapi juga Ibu yang baik. Dia akan melahirkan anak-anak yang terdidik."

Sesi rapat untuk mendiskusikan pernikahan Ilya pada malam hari itu berujung menjadi sesi menceramahi Eddy. Ilya berhasil melarikan diri dari topik 'mengapa Nicholas?' yang dilayangkan Eddy padanya, dan saat mengamati Eddy terpaku di sofa dan menerima wejangan keras dari Mama, Papa dan Baba Ingrid, Ilya merasa puas ia sampai mau tertawa.

Rasakan!

...----------------...

Dua puluh jam adalah lama penerbangan dari Moskow ke Miami. Selama dua puluh jam itu juga, Ilya menghabiskan sebagian waktunya dengan tidur-membaca-tidur-makan-tidur-membaca.

Ketika Ilya tidak tidur, membaca, makan, dan tidur lagi, ia menggunakan waktunya untuk menyimak Freya yang mengobrol dengan Ingrid mengenai sosok Nicholas yang informasinya tertera di tablet.

"Ilya benar, pria ini sangat tampan, Ma. Dia akan sangat serasi dengan Ilya."

"Kamu tahu Eddy tidak begitu setuju pada pernikahan mereka, kan, tapi ketika aku menanyakan kualitas pria ini, dia memujinya, Freya. Luar biasa, katanya pria ini lebih baik daripada Seri."

"Oh, Eddy. Dia tidak bisa berbohong." Freya terkekeh. "Aku harap Nick akan baik kepada Ilya juga."

"Pasti, Freya, pasti. Aku tidak akan melepaskan cucuku kepada sembarangan pria kalau aku tidak merasakan keamanan darinya. Kita akan tinggal di Miami selama beberapa bulan dan kalau Ilya memang mulai nyaman bersama pria itu, kalau aku bisa mempercayai Ilya secara penuh padanya, barulah aku akan kembali ke Moskow."

"???" Bola mata Ilya hampir melompat keluar dari soketnya saat ia mendengar ucapan Ingrid. Apa neneknya itu serius? Apa ini artinya Ingrid akan masih memonitor kehidupannya di Amerika?

"Apa Mama sudah menyiapkan tempat tinggal? Kalau belum, aku bisa meminta Eddy menyiapkan satu tempat tinggal untukmu."

"Tidak perlu, aku akan tinggal dengan Ilya."

"Haaah?" Ilya terperangah. Suaranya menarik perhatian Freya dan Ingrid yang sedang asik mengobrol di seberangnya.

"Ilya, kamu sudah bangun. Apa kamu mendengarkan obrolan kami?"

Ilya meneguk ludah. "Ba-baru saja, Mama. Aku baru bangun..."

"Mengapa kamu syok seperti itu?"

"Syok? Aku? Baba..., aku pasti bermimpi buruk barusan."

Mimpi yang sangat buruk. Ilya mau membenturkan kepalanya ke meja. Mengapa Ingrid begitu betah menjadi bisul di bokongnya? Ini sungguh melelahkan. Ilya hanya ingin kebebasan.

"Karena kamu sudah bangun, bagaimana kalau kita mendiskusikan tema pernikahan yang cocok untukmu." Tanpa menyadari masam di wajah Ilya, Freya menyerahkan tabletnya yang menunjukkan sebuah website yang mencantumkan beberapa referensi tentang tema pernikahan.

"Waah, semuanya sangat indah." Ilya berkomentar dengan minat palsu tertuang di wajahnya. Sulit bagi Ilya menunjukkan ketertarikan ketika baru saja, ia mendengarkan kalau Ingrid akan menetap bersamanya di Amerika.

Gila! Ilya bisa gila!

"Ketika Papa dan Mama menikah, kami menggunakan konsep pernikahan ala-ala Jane Austen. Itu adalah tema yang indah dan romantis, seperti novel romansa. Mama selalu gembira ketika mengingatnya."

"Itu adalah pesta yang elegan," puji Ingrid sambil mengelus pundak Freya.

"Bagaimana denganmu, Ilya? Pesta macam apa yang kamu inginkan?"

"Aaah, kalau mengikuti penulis...,"

Sejujurnya, kalau mengikuti suasana hati Ilya yang saat itu kusut dan masam, Ilya memikirkan Crime and Punishment-nya Dostoevsky sebagai aesthetic pernikahannya. Jika memakai tema dari buku itu, pernikahannya akan menjadi suram dan hitam. Sangat depresi.

Namun, tentu saja Ilya tidak akan mengungkapkan isi hatinya. Tidak terkecuali ia mau pesawat itu putar balik di udara dan membawanya kembali ke Moskow.

"Aku mungkin tertarik pada Shakespeare." Adalah jawaban paling aman yang Ilya pikirkan. "Tapi tentu saja, aku masih memikirkan konsep lain."

Ilya menjaga jawabannya tetap terbuka saat itu, karena bagaimanapun, ia tidak mau salah pilih dan berujung memakai tema yang paling merepotkan di dunia. Pernikahannya harus simple.

Setelah obrolan itu, Ilya pura-pura menyibukkan diri melihat berbagai tema pernikahan. Beberapa jam kemudian, pesawat mereka akhirnya mendarat di tanah Amerika yang akan menjadi titik awal kebebasannya.

'Tidak masalah, Ilya. Yang penting kamu sudah di Amerika sekarang. Kamu hanya perlu meyakinkan Baba ingrid kalau Nick adalah pria yang pantas dan terpercaya, dengan begitu, setelahnya, kamu akan memperoleh kebebasan utuh. Bebas dari pengawasannya yang berlebihan.'

Ilya membatin lega ketika kakinya menapak di tanah. Perjalanan itu memakan waktu lama, dan ia sangat lelah dan gerah. Ilya merindukan berendam air hangat dan tidur berjam-jam di ranjang yang empuk dan nyaman.

"Mr. Ivanov." Saat di bandara, seorang pria paruh baya yang tidak Ilya kenali siapa datang menyapa mereka. Pria itu hadir bersama dua orang puteranya yang tinggi dan oh...OOOOH!!!

Setelah lima tahun lamanya tidak berjumpa, hanya melihat pria itu lewat Insta dan beberapa lembar foto dari majalah bisnis, Ilya akhirnya kembali bertatap muka dengan tiket emasnya.

Nicholas Duncan kini berada di depan matanya.

..."Selamat datang, Miss Ilya."...

...----------------...

Terpopuler

Comments

carlos cupu

carlos cupu

Jangan berhenti menulis, kami butuh cerita seru seperti ini 😍

2025-10-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!