Bab 4

Di Padang, jantung Akbar yang tadinya berdebar karena cemas, kini berdebar karena alasan yang sama sekali berbeda: kelegaan yang membuncah. Notifikasi dengan nama Erencya muncul begitu cepat, seolah gadis itu memang sedang memegang ponselnya. Balasannya yang sopan, bahkan membalas sapaan salamnya, membuat senyum tipis terbit di wajah Akbar.

Ia tidak ingin kehilangan momentum. Jemarinya yang tadi terasa kaku kini bergerak lincah.

Akbar: Terima kasih sudah dibalas. Saya kira pesan saya akan diabaikan, hehe. Sedang begadang juga?

Di seberang pulau, Erencya terkekeh kecil membaca balasan itu. Pria ini terdengar jujur dan sedikit canggung, membuatnya terasa lebih manusiawi.

Erencya: Iya, lagi ngerjain tugas Kimia yang nggak ada habisnya. Kalau kamu, kenapa belum tidur?

Dan begitulah obrolan pertama mereka dimulai.

Akbar menceritakan tentang skripsinya yang membuatnya sering terjaga hingga larut. Erencya mengeluh tentang betapa sulitnya menyeimbangkan antara sekolah, les, dan kehidupan sosialnya yang terbatas. Mereka menemukan sebuah ikatan sederhana dalam keluhan mereka masing-masing, sebuah rasa senasib sebagai 'pejuang malam'.

Obrolan mengalir begitu saja, tanpa jeda canggung yang biasanya menyertai perkenalan dengan orang baru. Waktu seakan mencair. Mereka bertukar cerita tentang kota masing-masing. Akbar menggambarkan debur ombak di Pantai Padang dan aroma rendang yang melegenda. Erencya bercerita tentang Jembatan Gentala Arasy yang bercahaya di malam hari dan betapa ia menyukai suasana di Wihara Kwan Im.

Saat Erencya menyebut nama wihara itu, Akbar terdiam sejenak. Sebuah pengingat lembut akan dunia mereka yang berbeda. Namun, anehnya, itu tidak menciptakan dinding. Justru sebaliknya, itu melahirkan rasa penasaran. Ia ingin tahu lebih banyak tentang dunia gadis itu.

Akbar: Pasti indah sekali ya di sana. Saya belum pernah ke Jambi.

Erencya: Harus coba kapan-kapan! Nanti aku ajak keliling. Padang juga pasti seru, ya? Aku cuma pernah lihat di TV.

Emoji senyum di akhir kalimat Erencya seakan mengirimkan kehangatan langsung ke kamar Akbar. Obrolan mereka berlanjut hingga menyentuh usia.

Akbar: Saya 24 tahun. Mungkin sudah terasa tua ya buat anak SMA?

Erencya: Hahaha, nggak juga. Berarti aku harus panggil Kakak ya? Aku 18 tahun, baru kelas 1 SMA.

Kakak. Satu kata sederhana itu entah kenapa terasa begitu manis saat dibaca oleh Akbar. Ada rasa hormat sekaligus kedekatan di dalamnya. Sejak saat itu, Erencya memanggilnya "Kak Akbar".

Di kamarnya, Erencya sudah benar-benar melupakan rumus Kimia. Buku catatannya tergeletak terbuka, namun matanya tak lepas dari layar ponsel, bibirnya tak henti-hentinya tersenyum. Sementara di Padang, laptop Akbar sudah masuk ke mode tidur, layarnya gelap. Dunianya kini menyempit menjadi layar ponsel berukuran enam inci yang menampilkan percakapannya dengan Erencya.

"Astaga, udah jam satu pagi!" ketik Erencya tiba-tiba, setelah tanpa sengaja melirik jam digital di sudut layarnya. "Aku harus tidur, besok pagi sekolah. Bisa-bisa aku jadi zombi di kelas."

Akbar tersenyum. Ia pun tidak sadar sudah selama itu mereka mengobrol.

Akbar: Iya, benar juga. Maaf ya sudah menahan kamu begadang. Selamat istirahat, Erencya.

Erencya: Nggak apa-apa, Kak. Seru kok ngobrolnya. Selamat istirahat juga, Kak Akbar.

Setelah pesan terakhir itu, tidak ada lagi balasan. Percakapan pertama mereka telah usai.

Akbar mematikan layar ponselnya dan berbaring di kasur, menatap langit-langit kamarnya yang gelap. Namun, pikirannya terang benderang. Rasa jenuh dan hampa yang tadi menyelimutinya telah sirna, digantikan oleh sebuah perasaan hangat yang aneh. Ia meraih kembali ponselnya, membuka kembali ruang obrolan itu, dan membaca ulang seluruh percakapan mereka dari awal.

Malam itu, di kamarnya yang sunyi, Akbar tahu ia telah menemukan sesuatu—atau seseorang—yang jauh lebih menarik daripada skripsi. Sesuatu yang terasa seperti sebuah awal.

Terpopuler

Comments

👣Sandaria🦋

👣Sandaria🦋

aduh! ini lagi. 18 tahun baru kelas 1 SMA, Thor? berapa tahun itu tinggal kelasnya?😭😭😭 atau authornya masuk SD umur 8 th kali..?🤔

2025-10-06

0

Fendri

Fendri

awal dari segalanya ini

2025-10-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!