Heavenhell mematut dirinya didepan cermin besar yang berada dikamarnya. Hari ini adalah hari pertama ia bersekolah walaupun seingatnya ia sudah lulus bertahun-tahun lalu namun berhubung ia mendapatkan kesempatan kedua untuk hidup maka ia akan menganggap hari ini adalah hari pertama untuk memulai hidup yang sebenarnya. Walaupun ia tidak tahu apa yang akan terjadi nantinya, tetapi ia akan berusaha merubah alur hidupnya.
Tangan Heavenhell mengusap pelan pipinya.
Wajahnya memang tidak seperti wajah orang Indonesia pada umumnya, orang sering menyebutnya anak bule. Karena mata hazelnya juga kulitnya yang seputih susu, tidak peduli berapa lama ia berada dibawah matahari. Tidak perlu bertanya, ia sudah tahu jawabannya jika ia memang anak blasteran. Ayah kandungnya merupakan keturunan orang luar yang ia tidak tahu pastinya dari negara mana karena tidak ada yang memberitahunya.
Heavenhell tersentak kaget ketika ponselnya tiba-tiba berbunyi. Sebuah pesan dari Valdrin jika ia sudah di bawah. Papahnya itu bersikeras untuk mengantarnya ke sekolah, katanya Adhvan juga ingin ikut. Sehingga Heavenhell basa basi Heavenhell segera meraih tasnya dan bergegas menemui Valdrin.
......................
Bangunan sekolah yang berdiri menjulang tinggi dan kokoh terpampang di kedua mata Heavenhell. Tidak ada yang berubah pada bangunan ini, semuanya masih tetap sama seperti yang ada didalam ingatan Heavenhell. Hanya saja di masa depan sekolahnya ini akan menjadi sekolah terbaik di negara ini dan menjadi incaran semua siswa.
"Mau Papa anterin sampe kedalam?" tanya Valdrin.
Heavenhell menatap kearah Valdrin dan menggeleng. "Nggak usah, Pah. Aku bisa sendiri. Tadi malam, sekolah udah email aku buat nginfoin tentang kelas aku sama roster belajar."
Valdrin mengulas senyum tipis dan mengelus pelan kepala Heavenhell. "Yaudah, baik-baik yah. Kemungkinan kamu bakal ketemu sama Aretha didalam tapi yaudahlah yah. Kalian kan beda angkatan juga."
Heavenhell menganggukkan kepala dan diam-diam menghela nafas panjang. Benar, nantinya ia akan bertemu dengan Aretha karena bagaimanapun mereka satu sekolah belum lagi ia juga akan sekelas dengan Jazlan. Double kill sekali ceunah, mainnya borongan.
"Kalau gitu aku masuk dulu, Pah," balas Heavenhell menyalimi tangan Valdrin.
"Bye, bye Adhvan," kata Heavenhell pada Adhvan yang sibuk main game di ponsel Valdrin.
"Bye, Kakak," balas Adhvan melirik Heavenhell sejenak lalu kembali pada layar ponselnya. Gadis itu tersenyum kecil lalu membuka pintu mobil dan bersiap menghadapi harinya yang baru. Semangat menggebu-gebu didalam tubuhnya dan memberikan suntikan motivasi untuk dirinya.
......................
Tapi boong.
Semangat yang tadi dirasakan Heavenhell langsung surut ketika ia mendapati Jazlan tengah nongkrong bersama temannya di lapangan basket, mana letak ruangan kepsek tepat di sisi kanan lapangan itu jadi mau tidak mau ia harus lewat situ kalau ingin cepat sampai. Atau ia pura-pura tidak lihat aja kali yah. Lagian Jazlan bisa menotice dirinya dulu karena ia duluan yang menyapanya. Maka kali ini ia akan berpura-pura tidak mengenal Jazlan saja supaya semuanya berjalan mulus.
Dengan langkah mantap, Heavenhell memasang wajah datarnya dan berjalan dengan penuh percaya diri. Bodo amat sama Jazlan yang nantinya akan mempoligami dirinya, mentang-mentang ganteng plus kaya raya. Pokoknya ia harus jual mahal kali ini baik kepada Jazlan maupun lelaki manapun.
"Sagara.. Liat mama... Bwa... Sagara.. Liat mama,"
kata seorang siswa lelaki yang berpenampilan ala bad boy sekolah dengan cengiran nakal di bibirnya.
"Asw, pergi lo bangsat," tukas lelaki yang diejek dengan kesal.
"Loh Sagara udah bisa ngomong juga yah. Bangga banget Mama."
Satu jitakan kasar mendarat dengan sempurna
di kepala lelaki tadi membuatnya merengut kesal. Namun hal itu tidak berlangsung lama karena tatapan kesalnya tadi berubah ketika melihat Heavenhell yang melintas didepannya.
"Kiuw... Kiuw... Cewek yang pake rok. Ikan Hiu makan permen, I love men."
"Gaje banget sih lo, Ren," ujar lelaki yang bernama Sagara. Capek kali dirinya melihat tingkah Renan mana Jazlan sibuk mabar di ponselnya.
Tanpa menghiraukan perkataan Sagara, Renan memilih berjalan menghampiri Heavenhell yang berjalan dengan cepat seolah tahu jika dirinya itu suka ngejar.
"Eh, lo anak baru yah?" tanya Renan berjalan di samping Heavenhell yang menundukkan kepalanya.
"Nggak denger, gue pake earphone," balas Heavenhell cepat.
"Sombong amat sih, kan gue cuman nanya. Lo mau ke ruangan kepsek?" tanya Renan cerewet membuat Heavenhell merasa capek. Ya Tuhan, harusnya ia ingat jika Renan ini tengilnya minta ampun dan di masa depan ia akan menjadi pengacara paling handal karena keahliannya dalam perbacotan.
"Nggak, mau jalan lurus-lurus aja terus kalau ada sumur gue lompat kedalam," jawab Heavenhell asal.
Renan menghentikan langkahnya dan melebarkan matanya. Jawaban yang sangat tidak terduga, baru kali ini ada yang menyamai kerandomannya. Apakah ini jawaban dari doanya kepada Tuhan untuk mengirimkan seseorang yang bisa menjadi partner kerandomannya setelah Jazlan dan Sagara tidak bisa menunaikan tugas mereka sebagai teman yang baik.
"Ihh, anjay lah. Tapi disini nggak ada sumur," balas Renan lagi mengikuti Heavenhell.
"Apa-apa aja," tukas Heavenhell mempercepat langkahnya dan meninggalkan Renan yang ternganga akan jawaban absurdnya.
......................
Suara bising para siswa yang saling bersahutan terdengar sangat nyaring ditelinga Heavenhell yang masih berdiri didepan kelasnya. Seperti perkiraannya, ia sekelas dengan Jazlan dkk. Kelas IPA terbaik disekolah ini, ia masuk ke kelas ini murni karena kemampuannya bukan karena rekomendasi dari Valdrin.
Tarik nafas..
Buang..
Tarik nafas..
Bu-
"Heavenhell, silahkan masuk dan sapa temen-temen baru kamu," intrupsi wali kelasnya alias Ms. Meryl yang dimasa depan akan menjadi wakil kepala sekolah. Heavenhell mengangguk dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas. Vibesnya masih sama seperti dulu ia pertama kali menginjakkan kaki di ruangan ini.
Kelas yang mendadak hening, para teman sekelasnya yang menatapnya dengan pandangan bertanya-tanya dan juga Jazlan yang menatapnya dengan intens. Eh, apa Jazlan menatapnya? Heavenhell merasa gong dengan hal ini, bukannya harusnya lelaki itu akan acuh tak acuh padanya kenapa malah ikutan menatap dirinya. Kalau begini kan ia jadi gugup. Padahal ia berharapnya tidak bertemu dengan Jazlan lagi ini malah jalannya terbuka lebar seperti jalan raya.
"Emm.. Halo, nama aku Heavenhell Athanasia Caventry. Bisa dipanggil Heavenhell atau Ave. Salam kenal semuanya," sapa Heavenhell gugup sambil memainkan tali tas ranselnya.
"Makan itik di rumah nyonya, Heavenhell cantik siapa yang punya?" celetuk Renan membuat wajah Heavenhell jadi cemberut. Kenapa dia lagi sih. Harusnya Renan diam-diam bae seperti dulu dan hanya menggoda gadis lain kecuali dirinya.
"Kamu ini, Renan. Masih remaja tapi tengil banget," oceh Ms. Meryl yang geleng-geleng kepala melihat tingkah anak walinya ini yang genitnya minta ampun. Sementara Renan hanya bisa menyengir dan mengerling manja kearah Heavenhell yang dibalas dengusan kesal.
"Kamu bisa duduk di samping Kaneeisha, kebetulan salah satu siswi disini pindah kelas karena nggak kuat sama proses belajar di kelas ini."
Heavenhell menganggukkan kepalanya, ia masih ingat dengan kejadian ini yang dimana ia duduk dengan Kaneeisha Priscilla. Seorang gadis nerd yang selalu masuk rangking 3 besar di kelas ini bahkan ia juga selalu masuk rangking umum sekolah. Dan gongnya adalah ia naksir dengan manusia dari planet lain alias si Renan.
"Halo, Kaneeisha," sapa Heavenhell pertama kali ketika duduk disamping Kaneeisha.
Gadis berkacamata hitam yang memiliki gaya rambut pixie cut itu menganggukkan kepala dan tersenyum kearahnya. Kalau seperti ini ia seperti melihat wujud asli dari Sarada (anak Sasuke dan Sakura). Mana rambutnya sama-sama hitam dan pendek.
"Psstt... Psstt..." Suara cempreng Renan yang menoel-noel punggung Heavenhell. Kebetulan yang sangat luar biasa karena lelaki gesrek itu malah duduk di belakangnya bersama Jazlan. Dengan kesal Heavenhell berbalik dan menatap kesal kearah Renan yang menyengir kearahnya. Sebuah cubitan keras ia hadiahkan pada Renan yang membuatnya bad mood membuat mata Heavenhell tidak sengaja menatap wajah Jazlan yang sialnya sangat tampan di pagi hari, nggak tau kalau malam hari mungkin lebih tampan. Tapi itu tidak penting, lelaki itu hanya akan membuatnya mendapatkan ending tragis jadi ia akan tetap menjauhinya.
"Awwhh... Sakit banget. Kasar banget sih jadi cewek, padahal gue cuman mau bilang kalau Jazlan titip salam sama lo," ringis Renan yang mengusap punggung tangannya yang seperti digigit ratu semut. Nyut-nyutan sekali.
Jantung Heavenhell berdetak tanpa bisa ia cegah, sial rasa cintanya pada Jazlan tidak bisa ia padamkan secepat itu. Efek dari lelaki yang di kehidupan lalu adalah suaminya masih sama dan membuatnya berdesir, mungkin ini karena hormon remaja yang masih berkobar-kobar. Sehingga dinotice dikit langsung melayang. Heavenhell menggelengkan kepalanya pelan lalu menatap tajam Renan sebelum menunjukkan kepalan tangannya. Lelaki itu mengangkat kedua tangannya menyerah.
"Renan, kamu ini yah suka banget gangguin orang. Kamu nggak bisa yah nggak godain cewek cantik."
Renan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Maaf Bu, emang mata saya suka gatal kalau liat cewek cakep. Pengennya langsung dihalalin gitu."
Ms. Meryl menghembuskan nafasnya dengan kasar. Wakil ketua kelas macam apa muridnya ini. Untung saja ia bisa diandalkan kalau tidak sudah ia mutasi Renan ke kelas IPS.
Pembelajaran dimulai kembali dengan Ms. Meryl yang mulai menjelaskan materi pada seluruh muridnya. Semuanya nampak fokus namun tidak bagi Heavenhell yang merasa punggungnya terasa panas. Apa karena ia terlalu menekan punggungnya pada sandaran kursi atau gimana? Kenapa rasanya seperti ketempelan. Apa Renan kumat lagi gilanya tapi kayaknya enggak deh.
Heavenhell pun berbalik menatap kearah Renan yang sialnya terlihat fokus mengerjakan tugas.
Perlahan tapi pasti ia melirik kearah Jazlan. Dan sedetik kemudian jantungnya terasa mau berhenti berdetak ketika lelaki itu mengerlingkan mata kearahnya. Tubuh Heavenhell terasa panas dan nafasnya tercekat. Tidak, ini seharusnya tidak terjadi. Jazlan harusnya bersikap dingin padanya lalu acuh tak acuh padanya dan baru menotice dirinya saat ia memperkenalkan dirinya duluan.
Dengan cepat Heavenhell memilih kembali ke posisinya semula. Persetan Jazlan, ia tidak mau jatuh ke lubang yang sama. Cinta hanya mendorongnya ke jurang yang sama. Bayangan-bayangan kehidupan pernikahan yang gersang ketika menikah dengan Jazlan membuatnya tanpa sadar mengepalkan tangannya. Selamanya ia akan menjadi Heavenhell Athanasia Caventry bukan Heavenhell Athanasia Chalondra. Sesuatu yang menjadi mimpinya yang baru dimana hanya dirinya saja, berbahagia dan melepaskan hal yang menyakitinya. Sebuah langkah yang menjadi awal yang baru baginya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments