Berbincang Dengan Saudara

Paginya, semua anggota keluarga yang masih tinggal di hotel, sarapan bersama, kecuali pengantin baru. Karena mereka meminta untuk mengantarkan sarapannya ke kamar saja.

"Sebelum pulang, bolehkah kami bertemu dengan Bunga?" tanya Bambang ragu-ragu.

"Tentu, memang kalian berencana pulang kapan?" tanya Andrian.

"Besok," sela kakak Bambang.

"Baiklah, tapi kami berdua rencananya ingin check-in dari hotel ini. Tapi, kalo kalian mau tetap tinggal gak apa-apa. Karena hotel ini, milik abang Vivi, jadi kalian bisa tinggal disini untuk sementara waktu," jelas Andrian.

"Kenapa, tidak mengajak kami ke rumah kalian aja? Bukan kah, tamu seharusnya di jamu dengan baik, oleh tuan rumah seperti kalian?" tanya kakak Bambang bernama Wina.

"Maaf sebelumnya, karena tidak mengajak kalian untuk ke rumah kami. Tapi, itu semua kami memiliki alasan yang kuat, maaf sekali," balas Vivi dengan senyuman di wajahnya.

"Halah, pasti takut kami tahu di mana rumah kalian kan?" tebak Wina, dengan bibir mengerucut. "Kalian takut, jika kami tau alamat kalian, kami akan datang kesana kan?" tuduh Wina dengan mata melotot.

"Iya, itulah yang kami takutkan," balas Andrian dengan tatapan tanpa ekspresi.

Wina menelan ludah. Kikuk.

Bambang langsung menengahi, dia mengatakan, harus pulang nanti siang. Namun, sebelumnya dia kembali ingin bertemu dengan Bunga dulu.

Memperkenalkan Bunga, dengan kedua kakaknya yang lainnya.

Sesuai permintaan Bambang. Kini Bunga sedang berada di restoran yang ada di hotel tersebut.

"Hai Bunga, umur kita hanya beda empat tahun. Dan aku, kakak pertama mu, bernama Julia," ujar Julia mengulurkan tangannya.

Bunga menyambut uluran tangan itu. Dia teringat pesan Rangga. Bukan kah, yang bersalah hanya orang-orang dewasa pada saat itu? Bukan kakak ataupun abangnya.

Jadi, Rangga meminta Bunga untuk mau menemui saudara-saudaranya yang lain.

"Dan aku, kakak keduamu. Namaku Yuyun, umur kita beda dua tahun," kembali Bunga menerima uluran tangan dari Yuyun.

Sedangkan Deni, dia memilih untuk mendengarkan obrolan-obrolan adik-adiknya. Dia hanya menyahut, ketika namanya di sebutkan.

"Bunga, apa kamu bahagia, disini?" tanya Deni, ketika Julia dan Yuyun diam.

Bunga menatap Deni, raut wajah serius dan khawatir terlihat jelas di sana.

"Tentu, mereka memperlakukan aku bak anak kandung, bukan hanya mereka saja. Tapi, semua orang disini, termasuk keluarga besar dari kedua orang tuaku," sahut Bunga.

"Syukur lah, jika kamu mengalami suatu hal yang membuatmu tak bahagia katakan saja pada kami," tambah Deni.

Bunga menyunggingkan senyumannya. "Hal yang tidak membuatku bahagia ialah, saat tahu keluargaku menjualku. Dan mereka malah menikmati uang itu dengan bahagia," ujar Bunga.

Deni menelan ludah, sedangkan Julia dan Yuyun saling pandang.

"Bukan kah, itu terlalu berlebihan? Kamu disini tidak kekurangan sedikit pun. Beda dengan kami, yang harus banting tulang, siang dan malam," bantah Yuyun sedikit kesal.

Dia tidak terima dengan tuduhan yang di lontarkan oleh Bunga. Karena itu, terdengar sangat kejam.

Dan Yuyun serta Julia merasa jika Bunga sedikit lebay. Dia mengganggap dirinya seperti korban. Padahal, hidupnya di kalangan orang kaya, bisa merasakan ataupun menikmati apapun yang diinginkannya.

"Iya, bahkan saat kecil dulu, kami pernah gak makan sampai sehari-semalam," tambah Julia.

"Diam lah, sebaiknya kalian pergi aja dari sini," berang Deni dengan mata melotot.

Julia dan Yuyun saling pandang, dan tangan mereka saling bertautan. Takut, melihat ke arah Deni.

Sedangkan Bunga tersenyum miris. Karena nyatanya kedua saudara perempuannya mempunyai pandangan yang berbeda terhadapnya.

...****************...

Setahun berlalu, pernikahan keduanya berjalan dengan bahagia. Dan atas permintaan Rangga, sekarang Bunga udah tidak lagi bekerja.

Dan sekarang Rangga lah, yang bekerja di perusahaan Andrian.

Dan tentu saja, Rangga harus berusaha dari bawah dulu. Karena dia harus membuktikan, jika ia layak berada di posisi tinggi seperti Bunga kala itu.

Beruntung, Andrian tidak mempermasalahkannya.

Karena dia tahu, kewajiban seorang istri ialah mentaati perintah suaminya.

Bunga mulai menjalani perannya sebagai istri dengan bahagia. Dan sekarang, dia juga udah hidup terpisah dengan orang tuanya.

Walaupun terpisah, rumah mereka bersebelahan. Karena Andrian dan Vivi sengaja membeli rumah tersebut, jauh-jauh hari, untuk persiapan saat Bunga menikah nanti.

Dan untuk kenyamanan dirumahnya. Bunga menolak yang namanya art. Dia memilih menjalankan segala suatu hal sendirian. Hitung-hitung, biar tidak bosan berada di rumah.

"Bunga, temani mama ikut arisan yuk?" chat masuk dari Vivi.

"Aku tanya abang dulu ya ma," balas Bunga.

Dan karena Rangga memberikan izin untuknya. Bunga dan Vivi kini berada di salah satu restoran.

"Wah, Bunga ... Makin cantik aja selama jadi istri," puji teman arisan Vivi, setelah mereka cipika-cipiki.

"Tante, bisa aja ... Tante juga gitu, awet muda sekali," balas Bunga, membuat wanita itu cengengesan.

Begitu lah, para wanita. Paling suka mendengar kata-kata pujian.

Satu-persatu teman arisan Vivi mulai berdatangan. Ada yang di antar sama suami, ada juga yang di antar sama supir. Bahkan ada dari mereka yang juga di temani oleh anak-anaknya.

Ya, sekalian ajang pencarian jodoh. Siapa tahu, mereka bisa berbesanan.

Dan diantaranya, ada salah satu pemuda yang dulu pernah di kenali sama Bunga. Dia kesana juga atas permintaan mamanya.

Sejak kedatangannya, sampai kini dia tidak pernah sekalipun mengalihkan matanya dari Bunga. Baginya, Bunga terlalu indah diantara anak teman-teman mamanya yang lain.

Pembawaannya yang tenang, menambahkan kesan indah di mata lelaki itu.

"Dia udah punya suami, kendalikan pandanganmu," peringat mamanya dengan berbisik.

"Dia terlalu indah ma, kenapa harus jatuh ke tangan lelaki yang salah? Bahkan, aku bisa memberi apapun yang diinginkannya," pongah lelaki itu sombong. "Ku dengar, suaminya hanya karyawan biasa. Pasti sekarang dia serba kekurangan," tebak lelaki itu.

"Jangan macam-macam nak, dia gak akan kekurangan. Karena kedua orang tuanya, tidak mungkin membiarkan ia menderita. Jadi, kamu tidak usah mengusik rumah tangganya," nasehat wanita itu lagi.

Bunga masih saja bercengkrama dengan anak-anak perempuan dari teman arisan mamanya. Dan karena sering bertemu, otomatis mereka juga saling berteman dan saling tukar kontak.

"Aku lihat, sejak tadi dia terus saja memandang mu Bunga, apa dia gagal move-on?" tanya sahabat Bunga, yang tahu jika lelaki itu pernah di dekatkan dengan Bunga.

Ya, Bunga mempunyai satu sahabat di sana. Karena kebetulan, mereka satu sekolah, hingga kuliah. Dan saat tahu, jika mama mereka teman arisan, ikatan pertemanan dari keduanya berubah semakin dekat, hingga jadi sahabat.

"Biarkan saja. Bahkan, terakhir kali bertemu, dia masih menyombongkankan harta orang tuanya." cetus Bunga, karena tahu siapa lelaki yang di maksud sahabatnya. "Dia juga mengatakan, jika banyak perempuan yang rela antri agar bisa mencicipi keringatnya," lanjut Bunga, membuat sahabatnya bergidik ngeri.

"Untung aku punya pacar, gak kebayang jika mama ku, ikut sesat ingin menjodohkan aku dengannya," kekeh sahabat Bunga.

Dan keduanya pun, cekikikan bersama.

Terpopuler

Comments

nowitsrain

nowitsrain

Mantap, Adrian 👍👍 orang begini memang harus diceplosin sekalian, nggak perlu basa-basi

2025-10-07

1

nowitsrain

nowitsrain

Iya lah, ntar dateng mulu lagi minta duit. Idihhh ogah

2025-10-07

1

nowitsrain

nowitsrain

Coy, perasaan dibuang itu nggak akan bisa sembuh cuma dengan dilimpahi uang dan kemewahan...

2025-10-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!